Healing (22)

2.4K 339 105
                                    

BRAKKK!!!

"ITU DIA!!!!" Tsunade menggebrak meja hingga terbelah dua, mengakibatkan dokumen-dokumennya beterbangan berantakan. Shizune yang sejak tadi tengah fokus meneliti jurnal pengobatan sampai terlonjak kaget. Dua wanita dewasa itu tengah fokus dengan pekerjaan masing-masing, lalu tiba-tiba Tsunade berteriak sekaligus membelah mejanya.

"Tsunade-sama!!!" Shizune mencengkram kepalanya. Tamat sudah riwayatnya. Dokumen berserakan pastilah dia yang harus membereskan semuanya. Jabatannya sebagai ajudan Hokage hanya indah didengar orang lain, padahal yang sebenarnya ia juga merangkap babunya Tsunade.

Tsunade tersenyum lebar. "HAHAHAHA!!!! AKHIRNYA AKU TAU! AKU YAKIN SEKALI!"

Shizune memutar bola matanya. "Tau apa Tsunade-sama?"

Tsunade menyentuh hidungnya. "Ini. Hidung."

"Haaah? Aku juga tau kalau itu Hidung, Tsunade-sama."

"Cih, maksudku, indera penciuman. Alasan mengapa Kakashi mengatakan kalau aroma Iruka terasa menyengat karena Kakashi terbiasa dengan indera sensor anjing. Seluruh kuchiyose miliknya adalah anjing dengan beragam tipe sensor. Seperti Jiraiya yang mampu merasakan hawa lingkungan karena kuchiyose miliknya adalah katak. Sudah pasti ini berhubungan!" Serunya panjang lebar, tak lupa pose bangga khas Tsunade.

Shizune mengusap dagu. "Benar juga, Kakashi-san tipe yang sensitif dalam segala hal. Ah, tapi kenapa hanya aroma Iruka-san yang tercium menyengat olehnya. Jika penyebabnya karena hidung Kakashi-san yang tajam, harusnya dia juga mampu mencium aroma kita?"

"Kau ini terlalu lama membaca buku Shizune..." Tsunade menghela napas. "Kau kira anjing akan langsung hapal dengan aroma semua manusia? Tentu saja tidak. Intensitas pertemuan Kakashi dengan kita dan dengan Iruka sangat berbeda. Apalagi Kakashi dan Iruka sudah saling bersentuhan. Denganku dan denganmu? Yaaa... Aku mungkin bersentuhan dengan Kakashi ketika menjewernya, tapi tentu sentuhan semacam itu berbeda dengan yang dilakukan Kakashi dan Iruka. Lagipula, tak semudah itu menghapal bau."

Shizune mengangguk-angguk. Sangat masuk akal seluruh penjelasan Tsunade. Meski Shizune merasa belum yakin. Ia percaya ada faktor lain dari semua itu, hanya saja sekarang ini hanya perkiraan itulah yang cukup relevan dengan keadaan.

"Panggil Kakashi dan Iruka kemari, aku harus memastikannya sekalian melakukan tes lainnya."

Shizune mengangguk. Ia menangkupkan kedua tangannya, membentuk segel. Cahaya ungu pudar berpendar, kemudian berubah menjadi dua burung kertas yang bercicit ramai. Shizune mengangguk, dua burung kertas itu terbang keluar jendela menuju arah yang berlawanan.

---

"Hidung?" ulang Kakashi ragu. "Apa maksudnya berhubungan dengan hidungku?"

"Jangan pura-pura bodoh, Kakashi. Aku tau kau pintar sejak lahir." sindir Tsunade kesal.

"Yah, aku tau aku pintar. Maksudku, aku hanya tak kepikiran apapun soal hidungku seperti yang kalian katakan."

Tsunade menghela napas. Ia menoleh kepada Iruka yang sejak tadi hanya duduk diam memperhatikan diskusi ketiganya.

"Iruka, aroma apa yang menggambarkan seorang Kakashi?"

"Eh? Maksudnya?"

Tsunade menepuk dahi. "Kalian berdua ini kenapa sih? Dari tadi menanyakan maksud? Memangnya pertanyaan ku terlalu tidak jelas ha?" aura-aura hitam menguar dari balik punggung Tsunade. Kakashi reflek mundur beberapa langkah berikut Shizune yang sudah bersembunyi di balik tubuh Iruka.

"Ah, maafkan aku Tsunade-sama. Aku hanya bingung dengan pertanyaanmu. Ku pikir mungkin lebih baik aku menanyakan maksudnya terlebih dahulu daripada aku memberikan jawaban yang salah. La-lagipula data ini nantinya untuk kami. Makanya..." Iruka menunduk, takut jika alasannya tak diterima.

KakaIru (ManXMan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang