Unfulfilled Promises

3.2K 280 92
                                    

Kala itu adalah titik pertama kita. Aku tak akan pernah berhenti untuk memikirkan senyummu ketika kau mengatakannya.

---

Konoha, awal musim gugur.

"Shizune-san?" Iruka mengetuk pintu perpustakaan. Wanita yang seumuran dengannya itu tengah menenteng beberapa buku tebal.

"Ah, Iruka-san ada apa?"

Iruka menunduk. "A-ano, bisakah aku minta tolong padamu untuk mengirimkan surat ini kepada Kakashi-san di Iwagakure?"

"Hm? Lagi? Baru kemarin kau meminta tolong padaku untuk mengirimkan suratmu."

"Ah, maaf. Aku belum menguasai jutsu seperti yang kalian miliki. Ja-jadi, maafkan aku karena selalu merepotkanmu."

Shizune tertawa. "Ma... Ma... Jangan sungkan, aku bukannya keberatan. Hanya merasa heran saja melihat kalian sering sekali saling berkirim surat cinta. Ini baru satu bulan sejak Kakashi-san menjalankan misi khususnya ke Iwagakure."

Iruka menggeleng cepat. "I-ini bukan surat cinta kok!"

Shizune meraih surat milik Iruka. "Benarkah? Kalau begitu kau tidak akan keberatan kalau aku membacanya keras-keras. 'Kakashi-san, tolong izinkan aku untuk memberikan mu seluruh cintaku.' waaah..." Shizune tertawa.

"A-aku tidak menulis hal seperti itu!!!"

---

Hatake Kakashi-san,  pertemuan pertama kita tidak terlalu baik. Aku berusaha mengakrabkan diri padamu, dan kau yang merasa risih dengan manusia sepertiku. Sangat wajar mengingat status sosial kita jelas sangat berbeda.

Hari itu, kita beradu argumen tentang ujian chunin. Aku hanya mengkhawatirkan anak-anak muridku, yaah... Meski bukan lagi tanggung jawabku. Tapi kau bersikukuh bahwa kau bahkan lulus enam tahun lebih cepat daripada bocah-bocah itu.

Kau berbeda, jenius dan kuat sejak lahir. Tentu aku tak terima ketika kau menyamakan dirimu yang jenius itu dengan anak-anak dari kelasku.

Ketika kau menatapku dengan sebelah matamu, dadaku benar-benar terasa bergemuruh. Aku tidak mengerti rasa seperti apa yang sedang terjadi. Yang pasti, aku membeku, tertelan dalam kilau kelam matamu yang selalu nampak malas.

Setelah pertemuan pertama itu, dan bukti yang ku lihat sendiri bahwa anak-anak didikku layak, aku mulai menghormatimu. Kau benar-benar seorang shinobi yang mengerti situasi. Ketika aku tau kau begitu melindungi ketiga muridmu, aku mulai sering memperhatikanmu.

Aku melihatmu. Kepercayaan, simpati, dan kesepian yang membaur. Semakin banyak aku tau, semakin aku jatuh padamu. Dan entah bagaimana, kita secara alami menjadi satu.

Tapi, kebahagiaan itu tiba-tiba berakhir. Aku tau suatu hari hal ini akan terjadi. Lagipula dunia memang selalu berubah, bukan?

---

"Aku menolak, aku kemari hanya sebagai utusan Konoha untuk melindungi calon Tsucikage kalian."

"Tidak bisa! Itu keputusan desa."

Kakashi menggeram marah. "Tapi desaku tak memberikan ku tugas itu. Lagipula kenapa aku harus melakukannya? Aku hanya jonin biasa kalau kalian lupa."

"Jonin biasa katamu? Kau anak dari Si Taring Putih Konoha, non Uchiha yang mampu mengendalikan sharingan, dan mantan ketua anbu. Jangan kira kami tak tau sepak terjangmu dalam dunia shinobi."

"Diam bocah gendut! Petinggi-petinggi desamu hanya membuat keputusan secara egois, aku tidak akan pernah menerimanya!"

Kakashi melangkah gusar. Tugas katanya? Bahkan Tsunade-sama tidak pernah mengatakan soal 'itu'.

KakaIru (ManXMan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang