"AAAAAAARRRRRGHHHHH!!!!!" Suara lolongan Kakashi menggema kuat di salah satu rumah sakit. Beberapa jonin dikerahkan untuk berjaga di beberapa sisi ruangan. Sebelumnya, Tsunade telah memasang kekkai guna menahan suara Kakashi agar tidak mengganggu pasien di kamar lain.
Beberapa petugas medis termasuk Shizune dikerahkan untuk mengatasi Kakashi. Ini sudah jauh di atas kendali Tsunade. Setiap pergelangan tangannya ditahan oleh benang chakra super kuat.
Iruka menggigit bibirnya. Ia berdiri di sisi kanan Kakashi, menyalurkan chakra hijau pudar dari tangannya. Setelah sekian lama belajar mengendalikan chakra, ia bisa berpartisipasi dalam penyaluran chakra pada tubuh Kakashi.
Tsunade mengatakan bahwa ada cara untuk menyembuhkan Kakashi secara berkala. Proses itu membutuhkan banyak waktu dan tak bisa dilakukan sekaligus dan tentu saja membutuhkan banyak tenaga dan pikiran. Beruntung, Iruka bukan seseorang yang mudah menyerah dalam belajar. Selelah apapun dia mempelajari semua ninjutsu medis, dia tetap melakukannya.
Kehadiran Tsunade berperan besar dalam proses ini, tapi Iruka adalah kunci untuk keberhasilannya. Sebisa mungkin mereka mengerahkan chakra untuk menahan ketidakberaturan sharingan milik Kakashi.
Butuh berjam-jam Tsunade, Shizune, dan Iruka melakukan proses transfer chakra yang tentu saja seketika membuat Iruka lemas dan nyaris jatuh saat selesai melakukan itu. Tsunade melepas kekkai yang ia pasang. Jonin-jonin yang ia tugaskan untuk berjaga sudah diperbolehkan pergi. Kakashi sudah tenang, ia tertidur lelap seolah tak pernah terjadi apa-apa.
Shizune membantu memapah Iruka. Ketiganya berkumpul di ruangan Hokage untuk membicarakan tentang kelanjutan proses penyembuhan ini.
"Iruka, apa sebelumnya Kakashi mengalami tekanan mental?"
Iruka menggeleng. "Aku tidak tahu Tsunade-sama. Saat pertama kali berlatih denganku dan aku masuk rumah sakit, Kakashi-san seperti mengalami sesuatu yang menyedihkan, dan malam itu setelah ia mengabaikan ku, sharingan miliknya kembali bereaksi bahkan lebih parah. Dia nyaris kehilangan seluruh akal sehatnya."
Tsunade mengangguk. "Kau pasti tau 'kan bagaimana sharingan bisa dibangkitkan?"
"Perasaan mendalam?"
"Hm. Setidaknya sampai saat ini, kesedihan mendalamlah yang selalu membangkitkan mata itu."
Iruka diam beberapa saat. "A-aku tahu kisah tim nya dan perasaan bersalah Kakashi-san. Tapi, bukankah itu sudah lama? Aku juga tau bahwa mangekyo sharingan Kakashi-san bangkit karena tidak sengaja membunuh Nohara Rin. Lalu apa hubungannya dengan keadaan saat ini?"
Tsunade menarik sudut bibirnya. "Ada. Menurutmu kenapa chakra mu yang cocok dengan Kakashi?"
"Hee? Aku tidak paham."
"Kau akan mengerti nantinya. Pada intinya, sharingan Kakashi terus merespon emosi dalam dirinya. Kita memang tidak bisa mengendalikan emosi, apalagi menahan Kakashi dari pikiran buruk setelah apa yang terjadi padanya di masa lalu. Tapi, sebisa mungkin jangan sampai Kakashi tenggelam dalam perasaan itu. Kabar buruknya, itulah yang memicu sharingan-nya berkontraksi."
Iruka membelalakkan mata. "B-benarkah?"
"Ya, itu dari hasil penelitian ku hingga saat ini. Aku akan terus mencari tahu apakah ada pemicu lain yang membuatnya seperti itu. Dengan begitu, kita bisa memikirkan langkah selanjutnya."
"Lalu, apa yang harus ku lakukan setelah ini?"
Tsunade mengusap dagunya. Godaime Hokage itu memang sangat ahli jika dalam pengobatan fisik, tapi sakit yang diderita oleh Kakashi melibatkan perasaan dan emosi. Butuh penelitian lebih banyak agar ia tahu dengan pasti bagaimana mengatasi semuanya.
"Kalau bisa, ku harap kau tidak pernah meninggalkan Kakashi."
"Eh?"
"Emosi kelamnya selalu terpicu ketika dia sendirian. Ya, aku tak memungkiri bahwa kadang kala emosi kelamnya juga terpicu saat bersama orang lain. Tapi, dengan adanya kau bersama Kakashi, itu akan meredam setidaknya beberapa persen dari emosi pemicu itu. Sekarang ini, kesadaran Kakashi akan dunia yang cerah harus benar-benar dibangun. Dia selalu memandang dunia menjadi abu-abu sejak peristiwa 'itu' makanya sulit sekali mengontrol emosi kelamnya itu."
Iruka menunduk dalam. "Ya aku tidak keberatan melakukannya. Tapi, aku tidak yakin Kakashi-san akan menerima."
"Kenapa kau bilang seperti itu?"
Iruka mengusap tengkuknya pelan. "Kakashi-san tidak suka privasinya diganggu 'kan. Dan dalam hal ini, aku hanyalah orang luar yang kebetulan chakra-nya cocok dengan yang dibutuhkan Kakashi-san. Aku hanya tidak ingin Kakashi-san merasa risih dan terganggu."
Tsunade mendengus. "Hmmp, Kakashi pasti menganggapmu lebih dari sekadar pendonor chakra. Kenapa kau selalu merendah seperti itu?"
"E-eh bukan seperti itu Tsunade-sama." Iruka menggerakkan kedua telapak tangannya. "Aku tidak bermaksud merendah. Tapi, Kakashi-san begitu tertutup, aku hanya merasa sungkan ketika melewati batas yang seharusnya tidak ku lewati."
Tsunade menghela napas. "Terserahlah, tapi kau harus berusaha melakukan apa yang ku katakan padamu. Kau harus ingat kalimatku sebelumnya. Alasan mengapa chakra mu yang cocok dengan Kakashi. Sudah itu saja. Beristirahatlah, kau harus memulihkan chakra mu."
Iruka membungkuk dalam. "Permisi." dan segera keluar dari ruang kantor Hokage.
-----
Iruka tak langsung pulang. Ia kembali ke rumah sakit untuk menjenguk Kakashi. Ruangan Kakashi hanya diperbolehkan untuk dijenguk Iruka saja.
Ia teringat dengan semua yang dikatakan Tsunade.
'Kakashi pasti menganggapmu lebih dari sekadar pendonor chakra.'
Iruka memejamkan matanya. Bayangan tentang kejadian malam itu tiba-tiba menyeruak masuk. Ciuman Kakashi yang mampu ia rasakan sepenuhnya. Apa sebenarnya yang dipikirkan jonin itu ketika melakukannya?
Iruka menyentuh bibirnya sendiri. "Kakashi-san, benarkah aku tidak hanya sekadar pendonor chakra untukmu?"
Kakashi tertidur sangat pulas. Wajah tidurnya tampak damai. Tidak ada kerutan di dahinya, tidak ada alis yang menukik tajam, juga tidak ada bola mata dengan sorot menusuk.
Iruka mengusap helai-helai perak Kakashi, menghantarkan ketenangan pada si pemilik sharingan. Iruka mengulas senyum tulus. Ia sendiri tidak tahu kenapa begitu banyak melibatkan emosi dalam ikatan ini. Sejak awal, hubungan mereka seharusnya hanyalah partner chakra. Mereka kebetulan sama-sama mengasuh Naruto yang itu juga membuat mereka saling mengenal.
Harusnya Iruka sudah sadar sejak pertama kali menerima tanggung jawab ini.
Iruka menggigit bibirnya sendiri. "Mungkin aku sendiri yang telah melewati batas dan dengan lancang melibatkan perasaanku." gumamnya parau.
Tapi ciuman itu?
Kenapa?
Iruka sebisa mungkin mengenyahkan ingatan itu. Waktu itu ia menangis dengan tidak tahu malu di hadapan Kakashi. Bahkan jonin itu sudah dengan jelas menyuruhnya berhenti. Kenapa ia tidak berhenti? Kenapa ia sendiri malah yang terlalu menggebu mengharapkan kesembuhan Kakashi?
Terlalu banyak pertanyaan akan apa yang ia lakukan sendiri. Iruka tidak mengerti.
"Kira-kira kalau kau bangun dan melihatku, apa yang akan kau katakan, Kakashi-san? Masih mengharapkan ku untuk mengakhiri ini kah? Atau kau dengan sukarela menerima ku dalam hidupmu?"
Iruka tertawa kecil, yang lebih seperti menertawakan dirinya sendiri.
"Sebagai seseorang yang kebetulan terhubung denganmu, aku berharap kau menerima ku layaknya kau menerima teman-temanmu dulu. Bodoh, iyakan?"
TO BE CONTINUE
A/N : Mind to vote or comment?

KAMU SEDANG MEMBACA
KakaIru (ManXMan)
FanficApa kau tahu hal yang paling berat di dunia ini? . Udara . Udara yang kau hirup sebelum kematian. >>BREATH, dan cerita-cerita lainnya. I DON'T OWN THE PICTURE CREDIT TO THE ARTIST.