3rd POV
"Girllsss.. Pak Angga dateeeeng.." bisik seorang perempuan ke sekumpulan perempuan-perempuan yang sedang ber-ghibah di pojokan kantor. Usia mereka tergolong masih muda. Typical anak-anak milenial jaman sekarang.
"Yang bener lo?? Dia udah masuk kantor lagi?" Tanya temannya sambil memakai lipstick yang mulai luntur akibat sarapan lontong sayur tadi.
"Seriuusaan.. gw liat dia turun di lobby tadi. Mana ganteng banget pulaaa.." kata si pemberi berita.
"Akhirnyaaa ada yang bening lagi di lantai ini. Hampir aja gw resign gara-gara seminggu Pak Angga ga dateng." Timpal perempuan yang lainnya, disambut cibiran tman-temannya.
"Lebay lo! Mau bayar pake apa tu cicilan hp, kalo lo resign?" Sahut yang satu nya lagi.
"Woooooyy kerja woooy.." tiba-tiba seorang wanita muda dan cantik datang, membubarkan perkumpulan gosip yang terdiri dari 5 orang juniornya itu.
"Eh hehehe.. Mba Kinan." Mereka malu-malu, tertangkap basah seniornya sekaligus sekretaris dari bos mereka itu.
Kinan yang sudah hapal dengan kelakuan perempuan-perempuan di kantor ini tiap lihat bos nya, cuma geleng-geleng. Jangan kan di kantor ini, perempuan mana sih yang bisa menolak pesona Angga.
Angga Setyo Prawiro. Lawyer yang lagi naik daun di kancah per-advokat an. Terkenal pintar, tegas dan tampan. Belum lagi latar belakang keluarga nya yang hanya menambah kesempurnaan laki-laki ini.
"Pagi Pak." Kinan dengan sigap memberi salam saat melihat boss nya keluar dari lift dan berjalan menuju ruangannya.
Angga hanya mengangguk dan berjalan lurus terus. Kinan berbalik badan, berusaha mengikuti langkah panjang Angga. Sebelumnya dia menoleh ke arah gerombolan perempuan tadi.
"Dwi! Lap tuh iler. Gilaa liat Pak Angga sampe ngeces.." goda Kinan lalu setengah berlari menyusul si boss. Meninggalkan suara-suara ribut di belakangnya sambil nyengir.
Kinan membuka pintu ruangan boss nya pelan-pelan.
"Pagi Pak Angga.." sapanya."Pagi. Kinan, kamu sudah ada jadwal sidang saya belum ya?" Tanya Angga tanpa melihat ke arah sekretarisnya. Dia sudah sibuk membuka laptop dan mulai bekerja.
Kinan menghela nafas, susah memang punya boss workaholic. Baru duduk aja sudah tanya kerjaan.
"Saya sudah email sih Pak kemarinan. Coba deh Bapak cek lagi. Atau apa mau saya print in? Tapi ga go green dong jadinya kalau apa-apa mesti saya print in."Angga menoleh malas ke sekretarisnya itu. Sudah mau 4 tahun Kinan jadi sekretarisnya dan masih juga kelakuannya begini, berani menjawab Angga.
Tapi sebenarnya itu salah satu dari banyak sikap Kinan yang membuat Angga mempertahankan dia jadi sekretarisnya. Lalu alasan yang paling penting adalah.. Kinan tidak pernah melihatnya seperti perempuan lain melihatnya.
Dia tak ikut-ikutan mencoba menarik perhatiannya dan tak pernah bersikap centil di depannya. Angga benci perempuan-perempuan yang seperti itu dan Kinan tahu betul hal itu. Mereka saling melengkapi sebagai atasan dan bawahan.
"Print in saya 1 copy." Perintah Angga.
"Emangnya beneran ga ketemu di email Bapak?"
"Saya ga ada waktu buat nyari email kamu, Kinan. Print in 1 copy buat saya. Sekarang."
"Iyaa.. baik Pak Angga." Kinan bergegas keluar ruangan dan pergi ke meja nya. Kalau nada boss nya sudah begitu, tak ada yang berani melawannya lagi.
Angga masih membaca file kasus yang sedang dikerjakannya belakangan ini. Tak tanggung-tanggung, case ini diberikan oleh bapaknya sendiri dan apapun yang bapak kasih ke Angga, dia harus bisa menyelesaikannya dengan baik. Walaupun dia harus bolak balik Jakarta - Singapore untuk case ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (JINRENE AU)
RomanceDisaat dua insan manusia berusaha saling menghindar tetapi malah semakin tenggelam dalam hidup satu sama lain.. Bisakah mereka terus menghindari takdir? Angga. "Ngga mungkin lah aku bisa suka sama perempuan seperti ini. No no no. Big no! She's not m...