3rd POV
.
.
.
.Angga bolak balik mengetukkan pulpen di meja kerja nya. Sudah lewat 3 hari sejak dia bertemu Aya di mall dan bayangan Aya menarik tangan laki-laki lain tak bisa hilang dari pikirannya.
"Gayatri.. Adit.. Adit siapa?" Angga bicara pada dirinya sendiri.
Tok tok.. suara pintu ruangannya diketuk dan lalu masuklah Kinan.
"Pak Angga, ada titipan makan siang? Saya sama temen-temen mau keluar.."
Angga menggeleng.
"Pak Angga tapi akan makan kan?"
Angga mengernyit, tumben sekretarisnya ini bertanya detail mengenai jadwal makan siangnya.
"Makan ya Pak. Jangan sampai ga makan."
"Kamu kemasukan setan mana, sampai perhatian begini sama saya?"
Kinan cemberut.. "Saya kan emang selalu perhatian sama Pak Angga.. Pak Angga aja suudzon mulu sama saya."
Angga hanya memutar bola matanya.
Kinan memang khawatir dengan boss nya itu. Hasil bergosip dengan Naya, dia tahu kalau boss nya sudah putus dengan Aya karena orang ketiga, Laras.
Kinan sempat menyuruh Naya untuk memberi tahu Aya kalau dia berani jamin boss nya itu tak ada hubungan apa-apa dengan Laras. Tapi Aya tetap keukeuh untuk putus dan tak mau membahas hal itu lagi. Sejak itulah dia jadi kasihan dengan boss nya.
Kinan tahu sejarah Angga dengan Laras, bagaimanapun.. dia yang mengurus semua keperluan boss nya itu. Dia tahu, maksud Angga bukan untuk menyakiti Aya tapi tampaknya ketidaktegasan Angga sudah membuat kepercayaan Aya hilang.
"Yasudah sana pergi." Kata Angga.
Kinan kembali dari lamunannya. "Jangan lupa makan ya pak. Pak Angga ga ada jadwal kok sampai jam 3 nanti."
"Hm." Jawab Angga.
"Inget Pak.. jangan kebanyakan bengong. Ayam aja cepet mati kalo kebanyakan bengong."
"Maksud kamu?"
Kinan terkekeh.. " ga ada maksud apa-apa. Kasih tau aja.. mariii Pak.." Kinan pamit dan pergi dari ruangan boss nya itu.
Angga menghela nafas. Se-pathetic itu kah dia, sampai dia bisa melihat Kinan menaruh pandangan simpati padanya.. Angga berdiri dan berjalan ke jendela besar di ruangannya, menatap ke luar dari lantai 17 kantornya itu.
"Gayatri.." desisnya. Rasa rindu itu terlalu besar sampai-sampai kadang dia reflek menyetir ke arah apartemen wanita itu. Kalau sedang parah, dia akan berhenti di parkiran seperti stalker 15 menitan lalu pergi lagi. Ya, dia memang menyedihkan.
Tok tok!
"Ck.. mau apa lagi sih anak itu? Masuk!" Angga menoleh ke pintu, sudah siap menceramahi Kinan.
"Woiii.. sehat lo?"
"Eh San!" Angga tersenyum mendekati Sandy yang sudah masuk ke ruangannya. "Tumben ga telp dulu. Untung gw lagi di kantor.."
"Gw telponin hp lo berkali-kali. Akhirnya telp Kinan dan dia bilang lo lagi bengong di ruangan."
"Kurang ajar emang tu anak. Sama siapa? Pandu?"
Sandy menggeleng sambil nyengir, "Pandu kan lagi di luar negeri. Udah 3 hari an. Gw sama.."
"Sama gw." Wanda datang sambil menutup pintu ruangan Angga, "mau ngacak-ngacak kantor orang yang bikin sahabat gw nangis."

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (JINRENE AU)
RomanceDisaat dua insan manusia berusaha saling menghindar tetapi malah semakin tenggelam dalam hidup satu sama lain.. Bisakah mereka terus menghindari takdir? Angga. "Ngga mungkin lah aku bisa suka sama perempuan seperti ini. No no no. Big no! She's not m...