- 7 -

1.2K 187 51
                                    

GAYATRI

"Heran ga lo?" tanya ku pada Wanda. Wanda ini adalah sahabatku dari SMP yang baru aja balik dari kerja alias syuting film di luar kota. Makanya aku baru sempat cerita padanya. Dia yang ga pernah sekalipun ketinggalan update tentang hidupku. Begitu juga aku yang tak pernah absen soal cerita hidupnya.

Walaupun karena kesibukan kami masing-masing, kami jarang bertemu.. Tapi kami selalu punya cara untuk mengupdate cerita. Maklum, dia juga punya profesi mirip-mirip denganku. Dia seorang artis ternama yang sudah membintangi beberapa film.

"Gila sih Ya! Kalo lo ga naksir sama orang seganteng ini sih kebangetan! Candid aja ganteng.." Wanda menunjukkan foto Angga dari hp nya padaku.

"Dapet dari mana lo?" Ku ambil hp Wanda, menatap foto itu lalu ku kembalikan hp itu padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dapet dari mana lo?" Ku ambil hp Wanda, menatap foto itu lalu ku kembalikan hp itu padanya. "Don't care. Don't wanna know."

"Duilah.. Denial amat lo. Santai dong."

"Ga denial. Ga perduli, jadi ga pake penasaran-penasaran aja."

"Masaaa???" Cibir Wanda.

Resek banget si Wanda, ga bisa apa aku bohong dikit sama dia?

"Lo sadar ga, dia ini cowo pertama yang panjang lebar lo jelasin ke gw dari A sampai Z nya. Setelah berabad-abad lama nya?"

Aku hanya menghela nafas. Ya memang begitu kenyataannya. "Ya karena gw baru ketemu laki aja."

"Bullshit! Berapa banyak yang deketinlo tapi cuma lo basiin doang? Akuin aja lah lo tertarik. Cewe normal mana yang ga tertarik liat portfolio seorang Angga ini."

Haruskah? Pikirku.. Dengan semua kelakuan menyebalkannya, haruskah aku mengakui kalau aku tertarik padanya?

"Trus trus.. Gimana tuh pas kemarin lo pergi sama dia?" tanya Wanda penasaran.

Pikiranku jadi melayang ke waktu 2 minggu sebelumnya. Ya, sudah 2 minggu sejak terakhir aku bertemu dengan Angga dan itu komunikasi terakhir kami.

Aku cukup kaget waktu dia tau-tau mengajakku untuk pergi. Kupikir mama bakalan ikut denganku, ternyata mama memilih pulang dengan supir. Aku bisa melihat tatapan bahagia mama melihatku berjalan menjauh dengan Angga.

Anehnya lagi, sepanjang perjalanan kami menuju mall tempat kami memutuskan untuk cari makan, cuma berdiam-diaman. Sampai di mall pun begitu. Hanya sesekali kami ngobrol, itupun hanya membahas keluarga masing-masing.

Umurku sudah tak muda lagi, apalagi Angga yang umurnya hanya terpaut 1 tahun dengan Mas Bagas, kakak pertamaku. Tapi kenapa kami seperti ABG bau kencur sekarang? Jujur saja, aku nervous berduaan dengannya. Lebih tepatnya terintimidasi. Dia tampan luar biasa, aku memperhatikan setiap wanita yang melihatnya kemarin, pasti menoleh ke arahnya. Membuatku ingin melotot pada mereka, which I did several times. Haha. Lalu dia juga pintar luar biasa. Aku mendengarnya menelepon beberapa kali dan berbicara hal-hal yang tak kumengerti. Baru kali ini aku merasa minder di depan laki-laki.

Destiny (JINRENE AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang