- 34 -

1.7K 178 45
                                    

Aya menatap wajah tampan lelaki di depannya. Dia tak pernah tau, ada lelaki yang ketampanannya naik berlipat-lipat hanya karena memakai baju batik. Ya, Aya tak bisa melepaskan pandangan dari Angga yang duduk di depannya.

Angga menaikkan alis ke arah Aya. Pasalnya, MC sedang cuap-cuap memperkenalkan kedua belah pihak keluarga sambil melucu. Tapi Aya bahkan tak sedikitpun tersenyum. Aya hanya membalas senyum kecil ke arah Angga, membuat lelaki itu menghela nafas lega.

Kali ini Aya mencoba fokus ke acara. Dia bisa mengagumi Angga seumur hidupnya nanti ke depan. Jadi sewaktu MC mempersilahkan Aya menjawab..

"Apakah pinangan Mas Anggara diterima oleh Mba Gayatri? Baiknya sebelum orang tua menjawab, orangnya langsung dulu yang kita tanya.. gimana Mba Aya, diterima ga Mas Angga nya?" Tanya MC.

Aya dengan yakinnya menjawab, "Ga mungkin aku tolak dong.." membuat yang hadir tertawa pelan, termasuk Angga yang tersipu gemas.
.
.
.

Aya memukul pelan lengan Angga, membuat sang lelaki yang sedang sibuk ngobrol dengan kakaknya menoleh kaget.

"Apaan sih?" Sahut Bagas.

Aya mendecak ke arah Bagas sang kakak yang telihat terganggu melihat Aya disitu.

"Kok jadi Mas Bagas yang apaan? Harusnya Aya yang nanya, apa-apaan dari tadi ngekepin Mas Angga." Sungut Aya.

"Bukan urusan anak kecil. Sana dulu." Sahut Bagas.

"Ga mau! Abis ini tuh Aya ga boleh ketemu sama Mas Angga gara-gara dipingit. Aya mau puas-puasin."

"See.. yang begini nih.." Bagas menunjuk Aya sambil geleng-geleng. "Lo siap kan Ngga?"

Angga tersenyum manis ke arah Aya, "Insyaa Allah siap."

"Siap apa siih? Udah deh.. Mas Bagas, aku ambil Mas Angga dulu." Aya menarik Angga yang tergopoh-gopoh mengikuti tarikan wanita mungil itu.

"Mau kemana sih?" Angga berhenti tiba-tiba membuat Aya ikut nge-rem mendadak.

"Ke tempat yang agak sepi?"

"Mau ngapain? Sabar dulu aja.. sebulan lagi kita halal."

Muka Aya memerah.. "Apaan sih Mas Angga nih. Mikirnya kemana-mana!"

"Kamu yang kemana-mana. Muka mu yang merah." Ledek Angga.

Aya menepuk-nepuk pipinya sambil menggelengkan kepala.

Angga terkekeh gemas. "Gayatri.. duduk yuk sambil makan. Aku lapar."

Aya mengangguk lalu mereka mencari ruangan yang sepi. Rasanya sudah cukup mereka meladeni pertanyaan sesepuh dan keluarga besar. Kali ini mereka sama-sama ingin ngobrol dengan tenang.

"Aku ambilin makannya, mau?" Tanya Aya ragu-ragu. Bersikap manis bukan sifatnya.. tapi meladeni Angga sudah harus jadi prioritasnya sekarang bukan?

Angga sendiri tersenyum lebar.. "Mau banget."

"Mau.. makan apa?" Tanya Aya dengan awkward nya.

"Apa aja yang kamu ambilin, aku makan."

Entah kenapa percakapan ini membuat jantung Aya berdegup kencang. Malu. Tapi senang.

"Mm.. ok. Tunggu sini." Aya beranjak pergi.

"Gayatri." Panggil Angga.

Aya menoleh dan melihat senyum Angga lebar sekali.

"Makasi ya."

Aya hanya berbalik badan dan menahan senyumnya. Mengumpat dalam hati, kenapa Angga bisa semanis itu.
.
.
.

Destiny (JINRENE AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang