ANGGARA
.
.
.Great. Again, what was I thinking back then.. ngajak Gayatri ke apartemenku segala. Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tak gatal sewaktu melihat Gayatri sedang melihat-lihat foto di sudut ruang tv apartemenku.
Apartemenku terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama ada ruang tamu, 1 kamar mandi tamu, dapur dan ruang tv. Sedangkan di lantai kedua ada 1 kamar utama dan 1 kamar tamu.
"Apartemennya, Mas Angga banget.." Gayatri tiba-tiba menoleh ke arahku.
"Maksudnya?" Aku sudah duduk di depan tv sambil ngutak ngatik film apa yang bisa kami tonton. Tadi aku menjanjikan nonton tv, bukan?
"Iya, apartemennya neat and clean. Udah gitu cat nya abu abu dan putih. Furniture nya juga tema nya abu-abu dan putih. Ini tuh Mas Angga banget."
"Bosenin, maksudmu?"
Aku melihat cengiran di wajahnya. Gemas. "Gayatri, sini.." aku menepuk sofa di sebelahku. "Kamu kaya lagi inspeksi. Semua diliatin."
Dia terkekeh dan duduk di sebelah kananku. "Mau nonton apa?" Tanya nya.
"Kamu pilih deh." Sejujurnya, aku ga lagi minat nonton.
"Okay!" Katanya dengan semangat sambil mengambil remote dan mulai memilih channel apa yang bisa kami tonton.
Pikiranku mulai berseliweran kemana-mana. Apakah aku harus menarik garis antara kami atau aku coba saja dengannya.. menjalani apa yang orang tua kami mau.
Apa dia tak pernah ingin ada kejelasan antara kami? Apa dia tak tertarik denganku? Ah masa iya, ada yang tak tertarik denganku?
Lalu kalau aku mencoba menjalin hubungan dengannya, bagaimana dengan perbedaan kami? Apa dia bisa selalu menuruti mauku? Apa aku bisa menerima gaya hidupnya?
"Mikir apa?" Tanyanya tanpa menoleh ke arahku. Kakinya sudah dinaikkan ke sofa, mencari posisi nyaman untuk nonton. Aku tersenyum kecil.
"Kenapa tahu, saya lagi mikir?"
"Ya kapan sih Mas Angga ga mikir kalau lagi sama gw? Tiap ketemu juga kita banyakan diam nya. Itu lagi mikir juga kan?"
Aku hanya berdehem. "Mau minum apa?" Aku berdiri dan menuju dapurku. Melihat ada makanan apa yang bisa kusuguhkan. Akhirnya aku hanya membawa 2 gelas air putih ke ruang tv. "Maaf, cuma ada ini. Saya ga pernah stock cemilan. Tapi kalau kamu mau saya masakkin, saya bisa.."
"Oyaa? Mas Angga bisa masak?" Matanya membulat mendengarku.
"Saya hobi. Dan enak loh."
Dia tertawa.. "harusnya orang yang bilang enak. Bukan Mas Angga. Nanti kapan-kapan masakin gw dong.. kalau sekarang, gw masih kenyang. Kan habis makan tadi."
Aku hanya mengangguk. Kami terdiam lagi. Dia sibuk nonton film yang sudah dia pilih, sedangkan aku sibuk menatap wajahnya dari samping. "Minggu depan, saya ke Singapore lagi kira-kira 7 hari." Kataku tiba-tiba. Sekedar ingin dia tahu saja.
Gayatri menoleh ke arahku, "lama juga ya. Case nya besar ya?"
Aku mengangguk. "Agak alot. Sudah hampir setengah tahun saya pegang, belum juga ada titik tengahnya."
"I see.. tapi untuk ukuran sekelas Mas Angga, pasti goal lah ya.."
Aku tersenyum mendengarnya. "Jadi minggu depan kita ga bisa ketemu."
"Oh, minggu depan kita ada rencana mau ketemu emangnya?" Gayatri menatapku dengan iseng.
"Kamu ga mau?"
Gayatri tertawa kecil, "Mas Angga lucu banget sih. Maksudnya mau rutin ngajakin gw ketemu seminggu sekali, gitu? Are you asking me out on a date?" Tembaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (JINRENE AU)
RomanceDisaat dua insan manusia berusaha saling menghindar tetapi malah semakin tenggelam dalam hidup satu sama lain.. Bisakah mereka terus menghindari takdir? Angga. "Ngga mungkin lah aku bisa suka sama perempuan seperti ini. No no no. Big no! She's not m...