"I always wonder what crosses your mind when your eyes meet mine."
-Unknown-
.
.
.3rd POV.
Aya menimbang-nimbang.. haruskah dia pergi sekarang juga? Taksi online nya memang masih agak jauh, tapi kalau dia berjalan agak ke depan mungkin masih bisa menemukan ojek pangkalan.
Rasa gelisah mulai menghinggapinya hingga membuatnya tak sadar menggigit bibirnya terus menerus dan kakinya tak berhenti bergerak kecil kesana kemari. Bukankah alasan dia berbohong adalah untuk menghindari Angga? Lalu kenapa dia berubah menjadi galau disuruh tunggu oleh orang yang sama?
Hari ini, memang Aya sudah wanti-wanti ke Wanda kalau dia ga akan lama di meeting ini. Maka itu dia merencanakan berbohong kalau Raka sudah menjemputnya. Padahal Raka sedang liburan bersama keluarganya ke luar negeri.
"Ayolah Aya.. jalan aja ke depan trus naik ojek. Kalau lo bareng sama Mas Angga.. pasti bakalan awkward dan nanti kalau hati lo ga kuat, lo mau gimana?" Batin Aya. "Iya bener. Pendirian gw harus kuat. Sesedikit mungkin berinteraksi sama itu orang, makin bagus!" Aya memantapkan hati.
Dia buru-buru berjalan meninggalkan restaurant dan menyusuri trotoar mencari kendaraan apapun itu. Yang penting bisa cepat pergi dari situ. Matanya melihat ke sana sini, mencoba menemukan ojek atau taksi yang kosong. Panas matahari jam 1 siang sungguh terik membuat wanita cantik itu berkeringat. Kesal rasanya harus bersusah payah begini gara-gara seseorang yang harusnya sudah tak perlu dia hiraukan lagi.
"Gayatri.." Tangannya tiba-tiba ditarik, membuat Aya berjengit.
"Astaga!!" Aya berhenti sambil menoleh, "hampir aja aku teriak copet ya Mas!"
Angga mengatur nafasnya, "ya kamu.. kok main jalan aja. Kan sudah aku bilang tunggu. Aku cuma ambil kunci sama dompet."
"Aku kan ga bilang iya. Lagian.." Aya terhenti melihat Angga yang masih mengatur nafasnya, "Mas Angga habis lari?"
"Aku takut kamu sudah keburu naik ojek atau apalah.. kata pak satpam, kamu jalan kaki.. jadi.. aku.." Angga hanya menunjuk-nunjuk arah restaurant tadi sambil berhenti bicara karena masih ngos-ngos an. "Sudahlah ga usah dibahas. Panas nih. Ayo.." Angga menarik tangan Aya kembali ke parkiran.
"Eeeh tunggu duluu.. aku kan ga bilang setuju. Mas Angga!!" Aya meronta tapi percuma. Tangan Angga begitu kuat mencengkeram pergelangan tangan wanita mungil itu.
Angga membawa Aya ke parkiran restaurant yang tadi dan disambut oleh satpam.
"Naaah ketemu kan mba nya. Saya hapal muka mba nya, soalnya sering nongol di tivi!" Sahut satpam itu lalu disusul ucapan terima kasih oleh Angga dan tatapan tajam dari Aya sambil merengut.
Angga membawa Aya menuju mobilnya. Mobil yang sama seperti dulu sewaktu mereka masih bersama dan baru begitu saja, memori masa-masa itu sudah berkelebatan di pikiran Aya.
Aya menghela nafas disaat dia sudah duduk di kursi penumpang dan hembusan AC mengenai wajahnya..
"Kepanasan kan? Makanya nurut, kalo dibilang tunggu ya tunggu. Aku kan.." Angga terdiam karena merasa yang diomeli sekarang sudah menatapnya dengan tajam.
Benar saja, Aya sudah bersidekap sambil memicingkan matanya ke arah Angga saat lelaki itu meboleh ke arahnya. "Nurat nurut.. Emangnya kenapa aku harus nurut disuruh-suruh sama kamu?"
Angga menghela nafas kecil, sebenarnya dia ingin tersenyum melihat Gayatri seperti itu. Seperti Gayatri yang dia kenal dulu. Tapi ditahannya saja, daripada wanita itu makin lama manyun kepadanya.
Aya mendengus, "buruan deh jalan. Aku mau pulang." Aya mengalihkan pandangan ke samping kiri. Sengaja agar dia tak mencuri pandang ke Angga, karena 2 tahun ternyata hanya membuat ketampanan lelaki itu makin menjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (JINRENE AU)
RomanceDisaat dua insan manusia berusaha saling menghindar tetapi malah semakin tenggelam dalam hidup satu sama lain.. Bisakah mereka terus menghindari takdir? Angga. "Ngga mungkin lah aku bisa suka sama perempuan seperti ini. No no no. Big no! She's not m...