- 30 -

1.1K 154 54
                                    

3rd POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


3rd POV

"Bagus yang mana sayang? Kalau aku sih pilih yang agak lebar begini. Kalau kamu?"

Tak ada jawaban. Raka masih celingukan melihat sederet cincin untuk lamarannya dengan Aya.

"Eh Ay, tapi yang ini bagus juga ya?"

Masih tak ada jawaban. Raka menoleh ke samping kiri nya dan melihat Aya ada disana, tapi entah pikirannya ada dimana. Pandangan matanya kosong, menerawang menatap sederet cincin yang ada di depannya.

Raka menghela nafas. Sudah dua minggu sejak Raka menemukan Aya berjongkok sendirian sambil menangis di pernikahan Wanda dan Sandy waktu itu. Hatinya hancur melihat wanita yang disayang nya menangisi laki-laki lain seperti itu. Tapi tekadnya sudah bulat. Dia sudah mengobati hati Aya sejak dua tahun yang lalu. Kenapa dia harus berhenti sekarang?

"Ay.." Panggil Raka dengan sabar sambil menyentuh tangannya.

Aya tersadar dari lamunannya lalu menoleh ke Raka. "Ya? Gimana Ka?"

Raka menggeleng, "Mau pulang aja?"

Aya juga menggeleng, "Pilih cincin aja dulu biar cepat selesai."

"Aku sudah kasih pilihan. Kamu mau yang mana?"

"Yang mana aja Ka. Aku ikut aja."

Raka menelan ludah. Jawaban yang sama untuk semua hal yang berkaitan dengan acara pertunangan mereka.

Aya tersenyum kecil, "Kamu pilih aja Ka, biar kita ga bolak balik."

Raka mengangguk. Lagi-lagi, semua pilihan ada di tangan Raka.
.
.
.
.

"Hi calon manten.."

Aya menoleh ke arah Gendhis dan Widuri yang baru datang, menyadarkannya dari lamunan lagi. Hal yang sekarang akrab dengan dirinya, kapan dan dimana saja dia bisa melamun.

"Kok barengan?" Aya mencium pipi kedua kakaknya itu.

"Aku minta dijemput Gendhis. Lagi ga ada supir yang anter." Jawab Widuri sambil duduk di samping Aya.

Hari ini mereka bertiga memang janjian untuk fitting baju acara lamaran Aya dan Raka. Tapi sebelum itu mereka janjian juga untuk makan siang bersama.

"So how's life?" Gendhis menatap adik bungsunya yang duduk tepat di hadapannya. Mudah untuk Gendhis menebak Aya sedang tidak baik-baik saja. Kantung matanya tebal dibalik kacamata yang dia kenakan hari ini. Ekspresi nya juga tidak ceria seperti calon pengantin pada umumnya.

Gendhis dan Widuri memang sengaja berangkat bersama agar bisa diskusi mengenai Aya terlebih dulu. Mereka sudah paham kondisi Aya yang sebenarnya.

"Life is.. good, I guess?" Aya tersenyum kecil, "I'm getting married.." desisnya sambil mengeluarkan senyum yang sudah dilatihnya berkali-kali di depan kaca kamarnya. It's not that hard to fake a smile, she's a model after all.

Destiny (JINRENE AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang