Entah sudah berapa menit Aya menunduk, tak berani menatap mata lelaki di depannya ini karena dia yakin air matanya akan langsung turun sewaktu bertatapan nanti.
Sedangkan lelaki tampan itu hanya bolak balik menghela nafas sambil menatap wanita pujaan hatinya, menimbang-nimbang apa yang harus dia lakukan sekarang. Haruskah dia melepasnya? Atau justru dia ikat saja wanita ini? Dia yakin kalau dia nekat meresmikan hubungannya, Aya akan diam saja dan menyetujuinya. Ya, dia tahu betul bagaimana Aya dan yakin kalau dia sedikit lebih 'memaksa', wanita ini akan menurutinya.
Tapi apa itu yang dia mau? Apakah itu akan membuat Aya menjadi miliknya seutuhnya? Tapi untuk melepasnya, jujur saja.. Raka tak siap sama sekali.
Raka berdiri dengan frustasi, membuat Aya akhirnya mengarahkan pandangan ke tempat Raka berada sekarang. Bisa dilihat oleh Aya, mata Raka menerawang tak jelas kemana and it breaks her heart.
Hari ini memang sudah mereka sepakati untuk bertemu. Daripada hanya beradu argumen lewat text atau telepon, Raka lebih senang bertemu dan bicara langsung, mau dibawa kemana hubungan mereka. Jadilah sekarang mereka berada di dalam apartemen Raka. Aya sengaja menghampiri Raka karena lelaki baru selesai bekerja pukul dua dini hari tadi.
"Raka.." Panggil Aya, masih sambil duduk di sofa ruang tamu lelaki itu sementara yang dipanggil masih berjalan mondar mandir tak karuan. "Raka.. maafin aku." Aya ingin memulai pembicaraan ini.
"Stop!" Raka berdiri di depan Aya yang sekarang menengadah memandangnya. "Ga perlu minta maaf. Kita anggap saja semua ini ga kejadian. Bagaimana?" Tanya Raka, lebih dulu memotong omongan Aya karena dia sudah tahu apa yang akan dipinta oleh wanita itu. Raka terlihat panik.
"Maksud kamu?"
"Ya semua ini.. kamu ketemu lagi sama dia. Anggap aja ga pernah kejadian. Ini semua pasti karena kesibukan aku jadi jarang nemenin kamu dan kamu sama dia juga mungkin hanya karena baru ketemu lagi kan, makanya jadi begini?" Raka berusaha meyakinkan Aya.
Aya terdiam. Dia tak mau menyakiti Raka, tapi apa dia akan terus mengendap-endap di belakang Raka untuk bertemu dengan Angga? Bukankah pengkhianatan justru akan semakin menyakiti hati lelaki baik ini?
"Tapi Raka, aku dan Mas Angga.."
Raka menggeleng-geleng dengan cepat. "Aya, dengar aku.. kita resmikan saja ya?" Potong Raka sambil berlutut di depan Aya dan menggenggam tangan wanita mungil itu. His voice is full of desperation. Matanya penuh dengan pengharapan. Dia tak mau ditinggal oleh Aya dan nekat akan mengikat wanita itu. Dia harus memiliki Aya. Whatever it takes.
Aya menelan ludah mendengarnya.
"Toh sebelum ini juga kita sudah berbicara mengenai hubungan kita. Kita sepakat kan kalau kita akan menikah? Kita percepat saja.. bagaimana?"
Mulut Aya kelu dan air matanya ingin keluar melihat Raka yang terlihat seperti orang panik. Rasa bersalah bertubi-tubi menghujam jantungnya sampai sesak rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (JINRENE AU)
RomanceDisaat dua insan manusia berusaha saling menghindar tetapi malah semakin tenggelam dalam hidup satu sama lain.. Bisakah mereka terus menghindari takdir? Angga. "Ngga mungkin lah aku bisa suka sama perempuan seperti ini. No no no. Big no! She's not m...