- 25 -

1.2K 183 30
                                    

"Maybe I'm scared because you mean more to me than any other person."
-unknown.

Angst.. Angst.. Angst..

3rd POV
.
.
.
.

Aya menatap Raka yang sedang berbicara dengan semangat mengenai film. Dari segi cinematography nya, diaolog nya, kostum nya.. aaah.. Aya sungguh menikmati semua yang keluar dari mulut Raka.

"Why is he sooo dreamyyy.." batin Aya.

"Aku bikin kamu bosan ya?" Raka berhenti.

Aya menggeleng dengan cepat. "Nggaaa.. aku seneng dengerinnya."

Raka tersenyum, "sorry.. aku kalau sudah ngoceh kebablasan. Gantian deh kamu yang cerita."

Aya tersenyum, "aku ga ada cerita apa-apa." Aya menyeruput kopi nya. Hari ini entah kencan mereka yang keberapa. Sejak pertama kali dikenalkan oleh Bagas, Aya merasa langsung klik dengan Raka.

Hobi mereka sama-sama nonton film, walaupun profesi mereka berbeda - Raka seorang dokter - tapi Raka supel banget dan bisa langsung membuat Aya nyaman. No drama, no push and pull.. pure attraction between them.

Ya, Aya sungguh tertarik dengan Raka. Jangan ditanya kenapa bisa move on secepat itu dari Angga. Justru dia butuh Raka untuk move on dari Angga. Raka mengalihkan pikirannya dari Angga. Raka membuat Aya berpikir kalau dia berhak untuk bahagia, untuk disayang, dan dijadikan prioritas.

Lagipula, 3 bulan sudah waktu yang cukup untuk move on bukan? Toh dia sudah bebas untuk berkencan dengan siapapun.

Raka menyentuh tangan Aya dan disambut oleh Aya. "This is nice.." kata Raka.

Aya menatap tangan mereka yang bertautan sambil tersenyum kecil, "I know.."

"Gayatri."

Aya tersentak dan reflek menarik tangannya dari genggaman Raka. Suara itu sukses bikin dia kalang kabut dan sewaktu Aya menoleh, Angga sudah berada di samping meja mereka.

Angga melihat semuanya. Tatapan Aya ke lelaki yang duduk di depannya, senyum Aya, dan genggaman tangan mereka. Angga hampir saja mengurungkan niatnya untuk menghampiri meja mereka. Terlalu sesak rasanya melihat wanita yang ingin direbutnya kembali seperti sudah lupa padanya dan mencurahkan perhatiannya pada laki-laki lain. Tapi kepalang tanggung. Dia sudah mendesak Wanda untuk mengatakan dimana Aya hari ini. Dia kangen dan mau ngobrol. Wanda sudah bilang kalau Angga mungkin ga akan suka dengan keadaan yang sekarang, karena Aya sedang kencan. Tapi disinilah dia sekarang..

"Mas Angga? Ngapain? Kok bisa? Gimana?" Aya celingukan.

"Nyari siapa?" Tanya Angga.

"Mas Angga sendiri? Laras mana?"

Angga mengernyit, "kenapa harus sama Laras?"

Aya mengedikkan bahu, melihat laki-laki yang sedang berdiri si sampingnya. Semua tak ada yang berubah dari terakhir kali dia melihatnya waktu wedding anniversary orangtuanya.

"Ay?" Suara Raka menyadarkan Aya dari tatapannya ke Angga.

"Shit.." desisnya kecil. Dia lupa ada Raka disana. Aya menoleh ke Raka, "Ka kenalin.. ini Mas Angga." Aya mengutuk dirinya sendiri kenapa harus berada dalam situasi ini. Dia belum siap menjelaskan ke Raka, siapa Angga.

Angga dan Raka bersalaman. Suasana awkward tingkat tinggi pun terasa. Mereka bertiga berdiaman beberapa saat.

"Saya mau bicara dengan Gayatri bisa?" Tanya Angga ke Raka.

"Silahkan. Kalau Aya mau.." jawab Raka.

"Gayatri, bisa ikut aku sebentar? We can't talk di tempat ramai begini. Nanti kamu diliatin orang." Kata Angga.

Destiny (JINRENE AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang