pengakuan

6.5K 708 39
                                        


Lucas melirik sang tuan dengan ujung matanya takut. Sejak dokter menyuntikkan obat bius pada taehyung, lelaki itu tertidur pulas hingga beberapa jam dan kini terbangun dengan tatapan kosong. Entah apa yang ada dipikiran taehyung sampai lelaki tampan itu tak berbicara sepatah katapun sejak tadi, ini membuat lucas sangat canggung.

Masih dengan jalan tertatih, lucas berusaha mendekat ke ranjang rawat taehyung. Luka tembak yang ia dapat di dadanya memang sudah mengering dan berangsur pulih, namun tentu saja itu masih sedikit nyeri.






"t-tuan, apa kau baik-baik saja?"

Taehyung menatap lucas. Lucas menelan ludahnya kasar, ia tak bisa lagi mendekskripsikan bagaimana terpaan dingin dari bola mata coklat milik tuannya itu. Taehyung memang sudah sangat sering mengeluarkan tatapan dingin padanya, tapi untuk kali ini mungkin lebih dari biasanya.

"aku kembali. Maaf tidak memberitahumu tentang kepulanganku dan kesembuhanku, aku tau keadaan disini tidak baik-" lucas menjeda ucapannya.

Dirasa taehyung mau mendengarkan lanjutan ucapannya, lucas menarik nafas dalam dan menggaruk tengkuknya gugup. Ia akan mengakui kebodohannya didepan tuannya sekarang. Ya, kebodohannya yang menurutnya sangat konyol ini.

"aku kemari untuk mengakui kebodohan dan kekonyolanku"

"aku yakin jungkook akan bertahan dan menerimamu kembali. Dia sangat mencintaimu, tuan"

"rasanya sudah terlambat. Tanpa sadar aku mengacaukan semuanya... " gumaman taehyung.

Menunduk dalam, lucas mengulum lidahnya didalam mulutnya. Menatap prihatin atas keadaan tuannya yang kini menatap kosong kearah sebuah jendela kamar rawat inapnya.

"tidak. Jungkook mencintaimu, itu yang kutau"

"....dan soal teror saat itu. Apa kau masih ingat? Seseorang menyerang kita saat perjalanan pulang hingga aku terluka tembak seperti ini?"

Taehyung langsung memberikan seluruh atensinya pada lucas. Kali ini dengan sedikit ekspresi tertarik. Terlihat dari raut wajahnya yang agak bingung dan mengeras. Ia bahkan hampir lupa dengan teror itu, tiba-tiba saja sang peneror hilang entah kemana sejak lucas dilarikan kerumah sakit akibat luka tembak.

"maafkan aku tuan, sebenarnya sipeneror itu adalah aku sendiri. Dan yang menyerang kita saat itu juga adalah anak buahku atas perintahku. Aku tau aku bodoh, mereka kelewat batas, aku bahkan tak menyuruhnya untuk menggunakan sebuah senjata tapi mereka memang bodoh. Ini murni kesalahanku"

Benar saja, rahang taehyung mengeras seketika. Satu bogeman mentah diwajah lucas dapatkan hingga pria kurus itu limbung dengan darah segar yang mengotori sudut bibir dan hidungnya. Emosi taehyung sangat tersulut begitu mengetahui bahwa ia dipermainkan.

"sialan, permainan apa yang coba kau buat?"

"t-tuan tunggu, aku bisa jelaskan! Aku melakukanya atas perintah nyonya kim!" jawab lucas dengan panik. Jantungnya hampir melorot saat melihat taehyung yang akan melayangkan tinjunya lagi.

Seketika tubuh taehyung membeku. Kakinya yang kini sudah berpijak dilantai dingin kamar rumah sakit terasa melayang. Ibunya? Lagi?

"itu benar, taehyung"

Taehyung menatap wanita paruh baya yang menjadi dalang dari semuanya ini masuk. Masih dengan wajah santainya, sang ibu membawa sebuah nampan berisi makanan dan buah-buahan yang disediakan rumah sakit. Menaruhnya di meja kecil sebelah ranjang lalu menatap sang anak dengan tatapan biasa saja seolah semuanya baik-baik saja.

Taehyung benar-benar ingin marah, mengapa ibunya bisa sampai sejauh ini? Mengapa setega itu untuk menyerangnya? Bagaimana jika saat itu ia benar tertembak dan membuatnya terluka? Bagaimana jika saat itu lucas benar-benar tak tertolong dan ternyata semuanya hanya sebuah permainan belaka. Sangat konyol.

Taehyung mengeluarkan tawa hambarnya. Menatap tak percaya pada ibunya yang kini malah berjalan mendekat kearahnya.

"ibu tau ini kesalahan ibu, benar sekali ibu yang menyuruh lucas meneror mu. Ibu ingin mengakui semuanya didepanmu saat ini"

"aku begitu terkejut, apalagi kali ini? Apa kau benar-benar ibu yang melahirkanku? Kau mencoba mencelakai anakmu sendiri, ibu?" taehyung menekan kata ibu diakhir kalimatnya.

Mengusap wajahnya tambah frustasi. Masalah dirinya dengan jungkook belum selesai dan sekarang semua masalah seolah terkumpul dan menghantamnya secara bersamaan.

"semua ibu lakukan hanya untuk menyadarkanmu! Ibu ingin kau melihat keberadaan jungkook! Ibu ingin kau terus bersamannya, ibu hanya ingin kau mengakui bahwa kau mencintai jungkook! Ibu memang keterlaluan hingga lucas menjadi korban dari semuanya, tapi yang ibu lakukan semuanya demi dirimu! Apa aku salah menginginkan yang terbaik untuk anakku?!"

"tapi tidak seperti ini, bu! Caramu benar-benar salah!"

"ya, tapi sekarang terbukti kan kalau kau memang mencintai jungkook? Kau tidak ingin jika jungkook pergi darimu!"

Taehyung menunduk, nafasnya terlihat berkejaran saat ia meninggikan suaranya. Ia lelah sungguh, ia hanya butuh jungkook sekarang.

"apalagi, tae? Apa yang kau tunggu? Kau mencintai jungkook! Ibu ingin kau menikahinya, ibu ingin kau memiliki keluarga kecilmu sendiri bersama jungkook"

Taehyung berjalan mundur, menggeleng tanpa sadar. Putaran memori tentang pernikahan ibunya yang hancur, ayahnya yang selalu memukuli ibunya dan kata perceraian kini seperti mengejeknya dan berteriak keras didalam otaknya. Semua terlihat menuju pada jalan yang buntu dimana ia tak tau lagi kemana harus melangkah. Ia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupan pernikahan dengan jungkook. Apa ia bisa tidak menjadi seperti ayahnya? Apa ia bisa menjaga jungkook dan pernikahan mereka kelak?

"lupakan masa lalu sialan itu, tae...ini masa depanmu. Jangan menjadi bajingan seperti ayahmu, ibu ingin kau hidup bahagia bersama keluarga kecilmu. Ibu mohon, lepaskan semua pikiran burukmu tentang sebuah komitmen"

Ibu kim kini menggapai lengan besar sang anak. Memeluknya dengan air mata berderai, membawa taehyung dalam dekapan kecilnya. Sejak kecil memang taehyung yang terlalu merasakan bagaimana kisah pahitnya keluarga mereka. Berbeda dengan seokjin yang sudah sangat dewasa saat itu, taehyung hanyalah bocah kecil yang terus menangis saat dirinya dipukuli oleh sang suami.

Taehyung membalas pelukan sang ibu dengan erat. Seperti bocah laki-laki yang takut kehilangan mainannya, pergelangan tangannya meremat kuat ujung baju sang ibu. Menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher kecil sang ibu dengan tangisan tersedu. Ia begitu tersentuh dengan apa yang ibunya lakukan demi kebahagiaanya, tapi kini ia juga harus berperang dengan hatinya sekarang.

"...ibu ingin kau bahagia, taehyung. Ibu mohon.."

Ibu kim membungkus wajah itu dengan tangan kecilnya. Wajahnya sama sembabnya, menatap mata tajam anaknya yang kini sangat merah dan terlihat rapuh.

"m-maafkan aku, bu-hiks"

"tidak, kau pantas mendapatkan kebahagiaanmu. Kali ini kau harus bahagia"



Ibu kim membubuhkan ciuman ringan pada kening taehyung. Lucas yang sejak tadi menyaksikan adegan mengharukan tersebut mengembangkan senyuman leganya. Ia juga bahagia jika melihat tuannya itu bahagia, memang sudah sepantasnya seperti ini.



















••••



Iya pendek.

Disini ada yang sadar ternyata kakak taehyung itu seokjin? Di chap awal aku ada bilang kalau namjoon itu kakak iparnya tae kan? Atau kalian baru tau kalo seokjin adalah kakaknya tae?

Dan aku mau kasih kabar baik buat kalian, jadi dengan pertimbangan yang matang aku gajadi bikin book ini tamat. Maybe aku bikin season 2 nya? Liat aja nanti

Dan untuk publish book baru, mungkin belum dulu karena ide ku lagi stuck dan mau fokus kesini dulu.

Aku mau minta saran untuk season dua, enaknya lanjut disini aja atau buat terpisah ya my? soalnya di season 2 ini bakalan beda lagi konflik dan jalan ceritanya. Ofc, taekook bakal nikah dan udah punya tiga anak, hehehe


Dah gitu aja, mau bobo

I wish•tk-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang