lepas

6.1K 764 90
                                    






Jungkook mengelus perutnya yang semakin membesar, terhitung sudah duabulan lebih ia menjalani hubungan jarak jauh dengan taehyung. Mereka benar-benar menjalaninnya dengan baik, meski sesekali ia mengeluh karena terkadang ia sangat rindu dan ingin sekali memeluk lelaki yang berstatus sebagai ayah dari anak yang dikandungnya itu.

Ia juga sesekali masih merasakan yang namannya nyidam, namun sebisa mungkin ia mengatasinya sendiri. Ibu taehyung akan membantunya dengan senang hati untuk mencari makanan yang ia inginkan. Dan sekarang senyumnya tak berhenti mengembang, taehyung baru saja mengabari dirinya bahwa pekerjaannya sudah hampir selesai dan berjanji secepatnya akan kembali.

Perihal Rose, taehyung sudah menceritakan kronologi yang sebenarnya dengan lengkap dan ia tak masalah. Ia sangat mempercayai taehyung dan Rose, lagipula mereka hanya bekerja sama dan bagi jungkook semuanya tak masalah.

"jungkook, ayo"

Ibu kim menyerahkan tangannya untuk menggapai tangan putih jungkook, mereka akan melakukan check up kandungan sekarang. Dengan senyuman mengembang, jungkook bangkit dengan sedikit susah.

"apa kau sudah memberitahu jenis kelamin bayi kalian pada taehyung?"

Jungkook menggeleng sambil mengeluarkan senyum bahagiannya.

"belum, bu. Aku ingin memberitahunya nanti setelah ia pulang, ini kejutan"


Ibu kim mengelus surai halus jungkook sayang, tak salah kan ia memilih jungkook menjadi pasangan hidup anak bungsunya itu.

"kapan dia akan kembali? Dia tidak boleh terlalu lama meninggalkan kalian, bagaimanapun juga kau hamil itu perbuatan taehyung, kau pasti sangat tersiksa saat merindukannya"

Ibu kim benar, rasanya memang sangat tersiksa. Bayangan dimana dirinya yang setiap malam terbangun karena keinginan sang bayi untuk dimanja dan disapa oleh papahnya. Jungkook tak pernah bercerita bagaimana tersiksanya dia menahan rindu dan rasa ingin disentuh taehyung. Hormon kehamilan yang kadang naik turun berusaha ia lalui sendiri hingga rasanya ia tak sanggup lagi. Jungkook tersenyum miris mengingat hal itu.

"taehyung bilang sebentar lagi, bu"

"awas saja jika anak itu berani macam-macam diluar sana, ibu yang akan menjadi orang pertama yang menghukumnya"

















••••


















Taehyung melepas jas kantornya dengan perasaan puas dan sungguh senang. Proyek besarnya berjalan lancar dan sudah 80% mencapai kesuksesan. Menghempaskan tubuhnya pada sofa merah sebuah restaurant yang sudah ia sewa untuk acara perayaan mendadak.

Malam ini atas saran dari Rose, ia merayakan keberhasilannya. Mengundang seluruh karyawannya dan beberapa kenalannya untuk datang dan bersenang-senang.

Malam itu adalah malam kepuasan tersendiri bagi taehyung, ia menenggak minuman beralkohol yang disediakan oleh para pelayan. Tertawa lepas menghilangkan beban yang beberapa bulan ini coba ia pikul dan pecahkan. Sedang asik mengobrol ringan dengan temannya, pundak lebarnya ditepuk halus oleh seseorang. Taehyung langsung memberhentikan percakapannya dan berdiri tegak saat melihat Rose yang mencoba mengatakan sesuatu.

"tae, aku akan pulang lebih dulu. Sepertinya aku tak enak badan"

"aku akan mengantarmu,"

"tidak, kau lanjutkan saja acaranya. Tidak enak jika pemilik acara pulang dengan cepat-"

Taehyung menggapai lengan kecil Rose setelah dilihatnya tubuh perempuan berambut pirang itu akan limbung, sepertinya Rose benar-benar sakit.

"apa yang kau katakan? Ini semua juga berkat kerja kerasmu, aku akan mengantarmu. Ayo"







Taehyung terlihat pamit dan meninggalkan acara yang ia buat sendiri. Ia akan kembali lagi setelah mengantar Rose kembali ke apartemen mereka. Saat sampai diapartemen taehyung langsung menggiring Rose kekamar perempuan itu. Membiarkannya berbaring dengan jas hitamnya yang masih melekat di tubuh kecil Rose. Ya, taehyung memutuskan untuk memberikan jas nya, perempuan itu memakai dress yang sedikit terbuka tadi.

Sementara dirinya mengambil sebuah kompresan, beruntung sekali ia cukup tau pertolongan pertama saat seseorang terkena demam.





"aku akan memanggil dokter pribadiku esok,"

Rose tersenyum lemah, mencoba bangun namun taehyung menahan bahunya agar tetap tertidur.

"tidak, tae. Aku hanya demam biasa. Kau tak perlu khawatir,"

"kesehatanmu lebih penting, ingat itu"







Kini Rose terduduk bersender dikepala ranjang. Taehyung membantu perempuan itu menemukan posisi nyamannya.

"maaf, tae. Aku mengacaukan acara perayaan kita, kau jadi meninggalkan acara itu demi mengantarku"

"acara itu juga atas kerja keras mu, aku justru merasa sangat bersalah jika membiarkanmu sendiri dalam keadaan tak sehat seperti ini"


Rose tersenyum manis, hatinya terasa melayang melihat perhatian kecil yang taehyung berikan padanya. Rose melihat kesempatan itu, selama berbulan-bulan mereka tinggal bersama ia berusaha membangun lagi kepercayaan taehyung padanya. Mencoba mengambil perhatian taehyung dan mengembalikan perasaan yang dulu pernah ada pada diri lelaki tampan itu.

Jujur saja, Rose menginginkan semuanya kembali seperti dulu. Ia tak ingin kehilangan taehyung dan menyianyiakan pria tampan itu lagi. Memang terdengar egois, tapi setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua kan?

Rose mengambil jemari panjang milik taehyung, menggenggamnya erat dan menatapnya dengan tatapan yang kini berubah sendu.

"tae, b-bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?"

"tanyakan saja,"

"ehm, a-apa masih adakah rasa itu? A-aku ingin kita seperti dulu lagi, tae... "











Taehyung menarik tangannya yang digenggam Rose dengan perlahan. Menelan ludahnya kasar dan membuang pandangannya yang tadi menatap kearah wajah pucat Rose.

"kau harus beristirahat"

Ingin beranjak, namun Rose justru beranjak memeluknya hingga ia jatuh terduduk lagi. Wanita itu terisak sekarang.

"tae, hiks. Maaf-aku mohon berikan aku kesempatan lagi, aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi! Aku berjanji, tae-hiks"







Taehyung menghela nafasnya lemah, menangkup kepala kecil Rose kedalam kedua tangan besarnya dan menatap mata indah Rose secara langsung. Hatinya berdetak kencang saat menatap mata indah itu mengeluarkan air mata pilu. Tangan besarnya mencoba menghapus air mata itu dengan pelan.

"kumohon jangan menangis,"

Rose menggeleng pelan, ia tak ingin menerima penolakan taehyung. Ia tak bisa, "aku sudah tak memiliki siapapun didunia ini, tae. Hanya kau, aku mohon berikan aku kesempatan sekali lagi. Aku berjanji- aku berjanji kita akan bahagia bersama, aku akan menerima Renjun dan menganggapnya sebagai anak kandungku sendiri-hiks"

Taehyung menggeleng tanpa sadar, lagi-lagi wajah jungkook terlintas dipikirannya. Ini tidak benar, jungkook menunggunya kembali kerumah dan dengan kurang ajarnya ia malah merasakan debaran ini kembali.

Belum selesai dengan pikiran kalutnya tentang jungkook, taehyung merasakan benda kenyal menempel diarea bibirnya. Melihat wajah Rose yang begitu dekat dan menyadari bahwa wanita berambut pirang itu kini menciumnya. Taehyung dapat merasakan rasa asin akibat airmata yang dikeluarkan dari mata cantik itu.




Tubuhnya tak bisa menolak, hatinya menjerit keras dan berkata bahwa semua ini tidak benar. Ia masih saja diam saat Rose justru kini berpindah duduk diatas pangkuannya. Memeluknya dan mendominasi seluruh otak dan tubuhnya. Malam itu taehyung total tak sadar dan tak berdaya, maka ia membiarkan tubuhnya pasrah tanpa sadar sebuah penyesalan kini menanti dirinya.















••••
















GARELA PAS BUAT PART INI, HUHUHU:""

I wish•tk-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang