alasan (+)

8.7K 974 56
                                    







"apa kau mengantuk?"

"ehm" rose mengangguk manja, menyandarkan kepala cantiknya pada lengan kekar taehyung.

"pergilah tidur terlebih dahulu, aku akan menyusulmu nanti"

"kau berjanji? Aku sangat takut tidur seorang diri"

"aku berjanji,"

"baiklah, selamat malam"

Cup.

Rose mengecup kilat ujung bibir taehyung. Setelah wanita itu menghilang dihadapanya, taehyung mengelap bekas kecupan itu dengan ekspresi kesal.

"dia pikir apa yang dia lakukan, huh" mendumel dengan suara pelan.

Kini matanya menatap lurus kearas siluet bagian belakang tubuh seseorang yang sedang mencuci piring di wastafel. Mereka habis makan malam bersama, Renjun sudah pergi ke kamar untuk tidur. Sekarang hanya ada dirinya dan lelaki manis yang sejak tadi sibuk membelakanginya.









Jungkook yang mendengar dengan jelas percakapan taehyung bersama rose tadi tak bisa menahan getar dalam tubuhnya. Jelas saja hatinya menjerit sakit, tapi ia tak bisa melakukan apapun. Yang bisa ia lakukan hanyalah menyelesaikan cucian piringnya dengan cepat dan segera masuk kedalam kamar.

Jungkook mengelap kedua tangan basahnya, dirasanya pekerjaanya telah selesai, kakinya ingin melenggang pergi dari dapur yang memang langsung terhubung oleh ruang makan tersebut.

"sejak tadi kau belum berbicara sedikit pun"

Jalanya terhenti, menunduk menatap sendal rumahan kemudian berbalik dengan sebuah senyum tipis.

"kupikir tuan telah tertidur bersama nyonya rose"

"dia bukan majikanmu, jangan memanggilnya nyonya"

Jungkook hanya mengangguk menurut. Ia terlalu lelah untuk membantah perkataan taehyung.

Taehyung maju, dengan gerakan tak terduga mencengkram pergelangan tangan jungkook yang memar tadi. Memang sudah tak diperban sejak dibawa ke dokter tadi pagi.

"bagaimana lukamu?"

Jungkook menatap lukanya yang masih sedikit nyeri dan membiru, namun itu tidak separah tadi pagi.

Menatap taehyung yang kini begitu dekat berada didepanya. Berdiri menjulang dengan tatapan yang menusuk ke arah pergelangan putihnya.

"aku akan mengoleskan gel yang diberikan dokter tadi" berusaha melepaskan cengkraman taehyung, jungkook membuang wajahnya kearah meja makan yang sudah kosong.

"hm, aku tak menyangka bahwa kau bisa berbahasa inggris" taehyung berkata dengan diakhiri senyuman mengejek. Menghempaskan pergelangan jungkook dan kini kedua tanganya ia masukan kedalam saku celana bahanya.

Jungkook sedikit memerah malu, ia menunduk dalam tak berani menatap wajah tampan itu.

"jadi sekarang kau berambisi ingin menjadi pintar, hm?" jungkook tak menjawab. Ia menelan ludahnya kasar, ia tau jika taehyung saat ini mencoba meledek dan memakinya dengan halus.


"sebelum kau berangan menjadi pintar, kau harus berkaca terlebih dahulu apa dirimu itu pantas atau tidak"

Jungkook tak tau harus menyikapi perkataan taehyung seperti apa. Taehyung berkata seolah dirinya adalah manusia paling hina dan tak pantas dimatanya.








Tanpa menjawab perkataan pedas taehyung, jungkook berbalik dengan cepat menuju kamarnya. Berjalan sambil meremas baju kaos yang dipakainya. Terduduk dan termenung didalam kamar memikirkan perkataan taehyung soal seberapa pantas dirinya sekarang. Apa salahnya jika ia ingin dianggap sama oleh mereka? Ia hanya sedang berusaha untuk membuktikan bahwa dirinya juga bisa. Ia tak butuh sebuah pengakuan, ia hanya butuh dihargai dan bisakah taehyung berhenti untuk memaki dirinya secara halus?

I wish•tk-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang