kilas balik

6.1K 765 24
                                    








Sejak kemarin taehyung terus gelisah dan menatap cemas kearah sebuah pintu kamar rawat vvip. Didalamnya terdapat jungkook yang masih belum sadarkan diri hingga saat ini. Entah, taehyung bahkan sudah lelah untuk mengeluh dan mengeluarkan air mata. Ia tidak diperbolehkan untuk terlalu lama berada didalam ruangan tersebut, waktu jenguk juga sangat dibatasi mengingat jungkook masih dalam masa pemulihan.

Mingyu yang sangat prihatin akan keadaan menyedihkan taehyung berusaha menghampiri lelaki tan itu. Ia tau, taehyung pasti masih menaruh rasa benci dan dendam terhadapnya.

"aku akan merawatnya dengan baik, kau bisa membunuhku jika aku tidak menepati janjiku"

Taehyung tidak mengalihkan pandangannya dan masih tetap terpaku pintu kamar rumah sakit jungkook. Tak menampik bahwa kini rahangnya mengeras saat mendengar suara itu lagi.

"apa kau masih berfikir bahwa aku akan merebut jungkook darimu?"

"diam sialan!"

Mingyu mengangguk paham. Bukannya segera beranjak dari sana, dokter tampan itu malah ikut mendudukan dirinya disamping taehyung. Membuat lelaki tan itu mendelik kesal, jangan sampai ia kelepasan untuk memukul wajah mingyu lagi.

"sebelum semuanya semakin jauh, aku hanya ingin meluruskan. Entah kau akan mendengarkannya atau tidak aku tidak perduli. Yang jelas, aku sudah menganggap jungkook sebagai adik kecilku. Dia adalah adik kecilku yang saat ini sangat mencintaimu"

Tangan besar taehyung yang tadinya terkepal kuat, sedikit melonggar. Menatap kearah mingyu masih dengan tatapan emosi namun sedikit melunak.

"...aku sama sekali tidak memiliki perasaan lebih pada jungkook selain seorang kakak pada adiknya. Begitupun jungkook padaku, dahulu semua orang memandang kami sebagai sepasang kekasih. Tapi aku tidak bisa, aku tidak ingin merusak masa depan jungkook dan masa depanku! Lalu aku memutuskan untuk pergi meninggalkanya di desa dan merantau ke kota untuk mengejar cita-citaku. Kemudian aku bertemu ibumu... "

Sepertinya taehyung mulai tertarik dengan pembicaraan yang mingyu bawa. Ia mulai menghela nafas sedikit tenang, emosinya perlahan surut dan ia siap mendengarkan kata selanjutnya yang akan mingyu ceritakan padanya.

Setelah mingyu merasa taehyung mau mendengarkannya, lelaki jangkung itu menghela nafas rileks. Ia siap untuk membuka semuanya didepan taehyung sekarang.

"..sebelumnya jangan salahkan nyonya kim. Dia hanya menginginkan anaknya mendapatkan pendamping hidup yang terbaik. Ia sudah kuanggap sebagai ibu kandungku sendiri, ibu kim yang membiayai semua pendidikanku hingga aku bisa meraih gelar ini. Saat itu aku mengalami masa sulit dan terus merasa bersalah pada jungkook karena telah meninggalkannya sendiri. Aku selalu mengeluh pada ibumu hingga ibumu berencana membawa jungkook kemari. Dan yah, nyonya kim berhasil membawa jungkook dengan perantara dirimu dan juga perjanjian itu. Awalnya aku marah dan tak terima, tapi setidaknya aku bisa memantau jungkook lebih dekat lagi.."

Mata tajam taehyung masih menerawang sambil otaknya mencerna perkataan mingyu. Hatinya sedikit lega karena jungkook dan mingyu tak memiliki hubungan apapun selain perasaan melindungi antar saudara. Tetapi ia tetap saja cemburu, sedekat itukah mingyu dengan jungkook?

Perihal ibunya, ia bahkan sudah menduga. Taehyung sedikir tertawa remeh. Menatap mingyu dengan pandangan yang sulit diartikan. jadi sikap ibunya yang saat itu terlihat tidak menyukai jungkook hanyalah sebuah akting belaka? Otak pintarnya mengkilas balik kejadian-kejadian dahulu yang baru ia sadari malah semakin membuatnya sangat dekat dengan jungkook. Ia tak habis pikir bahwa ibunya bisa memikirkan semua ini dengan sangat epic.

Ibunya itu memang orangtua yang unik baginya, ia ingin berterimakasih karena secara tidak langsung sang ibu lah yang mempertemukan dirinya dengan jungkook. Anggap saja bahwa taehyung adalah anak mami, pada kenyataanya kehidupannya pun masih sering terlibat campur tangan sang ibu. Tapi taehyung tak masalah, ia percaya apapun yang dilakukan sang ibu pasti yang terbaik untuknya. Dan kini terbukti, ia sangat berterimakasih bahwa sang ibu mengantarkannya untuk bertemu dengan jungkook.

Taehyung akui bahwa ibunya berhasil membuatnya jatuh kedalam pesona jungkook. Tanpa sadar senyum kirinya terbit, ada sedikit rasa kesal pada wanita tua yang melahirkannya itu.



"aku tidak menyesal pernah memukulmu, aku jelas cemburu mendengar kau sedekat itu dengan jungkook. Dan sekarang kau tidak perlu lagi untuk menjaga jungkook, dia sudah bahagia bersamaku" perkataan taehyung mengandung sarkas yang berlebihan, membuat mingyu menunduk dengan senyuman manisnya yang tercetak sedikit meremehkan.

"bahagia? Aku tau jungkook akhir-akhir ini memikirkan sesuatu sangat keras hingga membuatnya terjatuh dan hal ini terjadi. Apa itu yang kau sebut bahagia bersamamu, taehyung-ssi?"

Taehyung merasa tertampar keras akan perkataan mingyu barusan. Tangannya kembali mengepal kuat saat dirasannya mingyu malah bangkit dan akan meninggalkannya dengan wajah pongah seolah ia menang.

"kau bahkan tak tau jenis kelamin anakmu, aku juga berani jamin kau tak tau jika jungkook mengandung bayi kembar didalam rahimnya yang rentan itu. Kau justru malah membuat semuanya semakin rumit, ketakutanmu akan sebuah komitmen 'pernikahan' justru membuat orang yang kau anggap paling kau sayangi menderita. Kau tidak memikirkan masa depan anak-anakmu kelak saat mereka ditanyai siapa orantua kandungnya sedangkan kalian tidak memiliki ikatan yang sah dimata hukum dan agama"

Mingyu meninggalkan taehyung yang hanya diam mematung. Perasaanya seperti tepat sekali dipanah oleh kata-kata yang baru saja mingyu katakan, ia seperti dilempari oleh batu yang tepat bersarang pada lukanya. Ia seperti tersadar, betapa egois dirinya selama ini yang menginginkan jungkook tanpa memberikan lelaki manis itu kepastian ataupun sekedar status. Ia terlalu pengecut untuk menjalani sebuah pernikahan.

Taehyung mengacak rambutnya frustasi. Ia belum terlambat kan? Ia belum terlambat untuk mengatakan bahwa ia benar-benar mencintai jungkook hingga rasanya sangat sakit saat melihatnya menderita seperti ini. Jika bisa taehyung ingin sekali menggantikan jungkook didalam sana, biarkan saja dirinya yang kali ini menahan rasa sakit akibat perbuatannya sendiri. Asalkan jangan jungkook lagi, ia benar-benar merasa bajingan sekarang.









"AGRRRGHHHHHHHHH!"


Dengan tak terkendali, taehyung berteriak keras. Memukul dinding putih rumah sakit dengan begitu emosi dan rasa penyesalan yang tinggi. Dan kini buku-buku jarinya dialiri oleh cairan merah pekat. Bahkan ia merasa bahwa kini tubuhnya mati rasa, mengapa ia selalu dihadapkan oleh sebuah penyesalan? Bagaimana jika ia terlambat dan jungkook meninggalkannya? Ia benar-benar tidak sanggup untuk membayangkannya sekalipun.




































"astaga, tuan! Hentikan! Itu menyakiti dirimu sendiri!!"

Terdengar seruan melengking lelaki tampan yang kini berusaha berjalan cepat menghampiri taehyung dengan tergopoh. Mata bulatnya semakin membesar saat melihat tuannya yang begitu brutal menyakiti dirinya sendiri, ia meringis sakit saat dirasa luka di dadanya justru terasa nyeri akibat ia berusaha menghentikan aksi taehyung yang berusaha menubrukan kepalanya itu pada tembok keras rumah sakit.

"aku memang brengsek!-hiks. Aku bajingan! Aku begitu pengecut! Jungkook tak pantas mencintai pria sialan sepertiku! Dia terlalu berharga.. Hiks-Jungkook terlalu sempurna untukku-"

"tidak, itu tidak benar tuan! Dimana para suster?! Hei, tolong aku!!!!"

"l-lucas, jungkook baik-baik saja kan? Apa aku terlambat?"

"iya tuan, jungkook akan baik-baik saja. Tenanglah, jangan menyakiti dirimu sendiri"

Pria tampan bernama lucas itu segera menopang tubuh taehyung yang sudah terlihat lemas dan akan limbung. Bersyukurlah beberapa suster lewat dan langsung membantunya untuk menenangkan taehyung dan membawanya untuk segera dirawat.

















••••








Merasa kurang puas sama part ini 😭😭

Apakah kalian juga?

I wish•tk-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang