Jungkook menatap bahagia sang anak yang bermain bersama mainan barunya. Sebuah seperangkat mainan dan arena untuk bermain game dimensi virtual yang sepertinya baru saja dibelikan taehyung sebagai hadiah. Jungkook tau harganya pasti tidak murah, anaknya itu memainkanya seolah ia berada didunia yang ia inginkan.
Matahari sudah tenggelam sejak tadi, matanya terus memandang kearah pintu dimana seharusnya taehyung sudah kembali dari jam kerjanya. Namun sampai pukul 8 malam ini, lelaki tampan yang memenuhi pikiranya selalu itu belum juga muncul.
"mama, Renjun bertemu musuh, ahaha"
"Ayo, anak mama tidak boleh kalah. Renjun harus memberi mereka pelajaran"
Anak kecil itu tidak menjawab, ia asik lagi dengan sebuah tembakan yang ia genggam pada tangan kecilnya. Kuping cantiknya mendengar jelas bahwa bell rumah besar itu berbunyi. Dengan semangat, jungkook bangkit dan berjalan menuju pintu. Hatinya mantap mengira bahwa itu pasti taehyung yang datang dan membawa beberapa kotak pizza yang dijanjikan nya pada Renjun tadi.
Pintu besar itu terbuka, raut kecewa jungkook tak bisa di hindari lagi sekarang. Menatap pada kurir dengan seragam merah dan topi warna senada. Membawa 3 kotak pizza, tersenyum padanya dan memberikan pizza delivery itu padamya.
"apakah benar ini rumah no. 128? Atas nama Kim Renjun?"
Jungkook mengangguk lemas dan memberikan senyuman seadanya. Menghela nafas sesak saat menemukan bukan taehyung yang datang membawa kotak pizza ini. Sebegitu tidak ingin bertemu dengannya kah sampai lelaki itu menyuruh seorang kurir untuk mengantarnya?
"maaf, boleh tanda tangan disini?"
Kurir tadi menyerahkan kertas yang harus jungkook tanda tangan. Disana tertera nama si pemesan atas nama 'kim taehyung'. Membaca itu jungkook menjadi semakin yakin bahwa pria itu memang menghindarinya.
"ah, terimakasih kalau begitu, saya permisi"
Jungkook mengangguk lalu menunduk. Menutup pintu besar itu kembali dan masuk dengan raut kecewa yang masih bertahan. Ia ingin marah pada dirinya sendiri, ia juga ingin marah pada taehyung. Tapi ia tak bisa, ia bahkan tak tau harus berbuat apa sekarang.
Yang ia lakukan hanya bisa menunggu, menunggu taehyung pulang dan berbicara padanya.
••••
"dimana berkas kemarin? Aku rasa aku harus memeriksa ulang"
June menatap datar sang tuan yang sejak kemarin terlihat sangat berantakan. Bahkan sekarang tuannya itu baru membuka matanya dan masih mengenakan kaos tidurnya.
"anda sudah memeriksanya sebanyak 7 kali tuan, semua pekerjaan mu juga telah selesai sejak kemarin"
Taehyung menggaruk perut ratanya, matanya belum sepenuhnya terbuka dan menatap june dengan tatapan mengernyit.
"apa aku bekerja segiat itu?"
June hanya mengangguk jelas. Lelaki tegap itu jelas tidak buta, tuannya itu hampir menghabiskan waktunya bersama laptop tipis dan lembar-lembar surat kerjasama yang bernilai milyaran.
Taehyung mengangguk pasrah, tak ada lagi yang harus ia kerjakan namun tentu saja ia tak bisa pulang. Jungkook bahkan sudah pindah dan tinggal di rumahnya. Ia bahkan tau lelaki manis itu tidur didalam kamarnya. Jangan tanya mengapa ia tau.
Jujur saja, taehyung memang menghindari jungkook. Sebut saja ia kekanakan, tapi ia benar-benar kecewa atas perkataan jungkook saat itu. Lelaki manis itu sendiri yang mengatakan dan menegaskan bahwa ia tak tertarik oleh hartanya, tapi nyatanya sebaliknya. Bukan hanya itu, masalah terbesarmya ada pada hatinya yang berdenyut sakit saat ia melihat si mingyu sialan itu mencium jungkook tepat dibibir pemuda itu. Ia tidak buta, ia menyaksikan semuanya dengan mata telanjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I wish•tk-end
Dla nastolatkówhubungan mereka itu rumit. ◾️ berdoa saja, semoga taehyung diberi kesadaran akan perasaanya pada jungkook sebelum terlambat. ◾️