15. Perkara Pemimpin

1.6K 172 17
                                    

Selepas pemaparan yang berisi kritik dan saran untuk proker kaderisasi, dilanjutkan dengan pemaparan LK.

Belum juga semua orang membuka lembaran berikutnya, salah seorang peserta di sudut kanan saya mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

Belum juga semua orang membuka lembaran berikutnya, salah seorang peserta di sudut kanan saya mengangkat tangannya tinggi-tinggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya, Kak. Silakan!" Moderator mempersilahkan lelaki yang tidak kalah tampan dari pengurus-pengurus BEM-U periode ini.

"Terima kasih kesempatannya. Saya Vicko, biro HUMAS periode sebelumnya. Yang bikin saya penasaran adalah susunan kepanitiaan inti untuk LK, ini benar-benar gebrakan baru. Seumur-umur tahu sejarah kepengurusan BEM-U, saya baru menemukan ada kaum hawa yang berani memimpin kepanitiaan, yang mana wakilnya kaum adam. Which is ini salah satu kepanitian besar, sasarannya ribuan maba tahun 2017." Si ganteng menjeda kalimatnya, mengedarkan pandangan ke arah kami— pengurus. "Orangnya yang mana?"

Jese mengangkat tangannya dengan ekspresi yang tenang sementara saya mulai ketar-ketir melihat seringaian halus dari wajah kak Vicko. Entah pengurus lain menyadarinya atau tidak, tetapi saya terlalu peka untuk menangkap hal-hal yang ganjil bagi saya.

"Kepercayaan diri yang luar biasa? Tetapi kamu sadar tidak ... " Nah kan, firasat saya makin memburuk.

"Perempuan itu cocoknya mendampingi seorang pemimpin, bukan menjadi pemimpin. Karena kebanyakan kalian lebih mementingkan rasa daripada akal. Yakin sanggup dengan tekanan dari berbagai pihak tanpa mempengaruhi sepak terjang kamu dalam kepanitian?" Seringaian kembali dipamerkan kak Vicko, kali ini lebih jelas.

"Terima kasih untuk tanggapan dan pertanyaannya, Kak. Setelah tahu kalau saya menjadi penanggung jawab inti dari LK, saya juga berpikir, bisa tidak ya saya menjalankan tanggung jawab saya? Mana yang jadi wakilnya laki-laki lagi. Sanggup tidak ya saya memimpin dia." Jese meneguk ludahnya sejenak. Melirik ke arah Bintang yang memamerkan senyum penyemangat untuknya. "Akhirnya saya berpikir, apa yang salah kalau saya menerima tanggung jawab ini? Saya tidak akan tahu sejauh apa potensi saya kalau tidak pernah mencoba kan, ya? Lagi pula saya percaya dengan kerja saya, dengan teman-teman panitia saya. Mereka tidak akan meninggalkan saya sendiri mengurus kepanitiaan, dan saya rasa pengalaman-pengalaman saya sebelumnya cukup menjadi alasan kenapa saya memang pantas untuk memegang tanggung jawab ini. Lagi pula laki-laki dan perempuan, saya rasa punya hak dan kewajiban yang sama dalam lembaga."

Tepuk tangan saya yang spontan membuat semua mata tertuju kepada saya. Bahkan perwakilan dari petinggi kampus dan juga para asdos (Asisten Dosen) ikut bertepuk tangan setelah melihat respons saya.

Saya jadi malu sendiri.

Huah ... ibu ... Mau pulang saja.

Dengan senyuman canggung, saya berusaha merilekskan tubuh dan juga pikiran saya. Sampai mata saya bersitatap dengan kak Vicko yang mengerling iseng ke arah saya.

 Sampai mata saya bersitatap dengan kak Vicko yang mengerling iseng ke arah saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mahasiswa- Akademik, Cinta, OrganisasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang