3. Teman Kecil

3K 237 10
                                    

"Jeffry ... "

Yang tertuju merasa terpanggil. Berarti saya tidak salah orang, kan?

Laki-laki berkaos dalam putih dengan outer coklat terang berbalik menatap saya.

Saya berjalan mendekat, memutus jarak, meyakinkan diri kalau memang dia adalah orang yang dimaksud oleh indra penglihatan gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya berjalan mendekat, memutus jarak, meyakinkan diri kalau memang dia adalah orang yang dimaksud oleh indra penglihatan gue.

"Jeffry, kan?" Dia mengangguk pelan dengan raut wajah bertanya.

Mungkin kaget karena ditegur cecan (Cewek Cantik).

"Maaf ... "

Ahh ... mungkin saya memang banyak berubah. So, let's introduce myself.

"Nala. Ingat?"

Dia terlihat berpikir lalu menggelengkan kepalanya pelan.

Apa saya sebegitu tidak berbekasnya di ingatan dia? Padahal kami lahir hampir bersamaan, di tempat yang sama, menghabiskan masa balita bersama-sama, meskipun setelah 5 tahun kebersamaan kami, dia harus mengikut kedua orang tuanya ke California.

Wajar sih ya. Ingat apa anak umur 5 tahun? Tetapi saya? Apa dia sebegitu berkesannya buat saya di masa lalu?

Saya mengulurkan tangan, berniat memperkenalkan diri kembali. "Dwina Laz ... "

"Wina? Yang pendek, dekil, gemuk, ambekan itu, bukan? Citraland, kan?"

Saya mengangguk membenarkan meski kesal karena ingatannya tentang saya semuanya yang buruk-buruk di masa lalu.

Kekagetan saya bertambah ketika dia menarik uluran tangan saya hingga saya terhuyung ke arahnya.

Untung ya, untung Nala yang sekarang proporsional, tidak lagi obesitas. Seandainya iya, bisa-bisa Jeffry tidak mampu menahan bobot badan saya.

Berselang beberapa saat, barulah saya menyadari sepenuhnya kalau tarikan yang tadi dilakukannya membuat saya berada di dalam pelukannya.

Beberapa pasang mata tertuju ke kami. Mayoritas perempuan-perempuan mulai berbisik yang entah kenapa bisa tertangkap jelas di telinga saya.

Dasar citizen iri semua. Cemburu saja kalau saya bisa dipeluk cogan (Cowok Ganteng).

"Jeff ... " Saya berusaha mendorong Jeffry pelan. Bukannya tidak suka dipeluk, tetapi saya tidak mau menjadi trending topic di kampus karena adegan romantis kami di area BEM-U.

"Duh ... sorry ... sorry ... aku terbawa suasana." Jeffry memberi jarak di antara kami. "Kamu sih bikin rindu." Dia mencubit pipi saya agak keras, membuat saya seketika meringis.

"Hehhe ... maaf." Saya hanya cemberut sambil mengelus kedua pipi saya.

Kami terdiam sejenak. Memahami situasi yang berada di sekeliling kami sekaligus berusaha meraba kecanggungan yang tiba-tiba tercipta.

Mahasiswa- Akademik, Cinta, OrganisasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang