46. Kampung Inggris pt. 2

1.3K 179 38
                                    

⚠️

Kantuk saya memang kembali menyerang, didukung dengan suhu yang makin dingin, dan nyanyian jangkrik dan hewan malam yang merdu di telinga. Namun kesadaran saya belum sepenuhnya hilang, pun dengan dengkuran halus Hans yang mulai menghilang, tergantikan dengan suara-suara lain yang membuat bulu kuduk saya berdiri.

"Kak ... hh ... pelan-pelan."

"Hush ... "

Suara pertemuan dua tubuh manusia terdengar jelas di indra pendengaran saya. Jelas saya penasaran akan siapa mereka berdua. Akan tetapi saya juga tidak punya nyali untuk membuka mata.

Pasti mereka akan malu kalau ketahuan dan pasti mata saya ternoda adegan tidak senonoh yang mereka lakukan.

Jarak antara kamar juga ruang tengah ke dapur memang agak jauh. Terpisahkan oleh kamar mandi luar dan lorong yang lumayan panjang. Jadi mungkin ini menjadi kesempatan emas buat mereka berdua untuk bersenang-senang.

Kalaupun yang sedang mesum itu panitia yang bertanggung jawab atas pemilihan lokasi, pasti dia sengaja memilih tempat ini untuk inisiasi sekaligus bersetubuh karena kondisi dan situasi yang memungkinkan.

Cerdas memang, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.

"Kak ... aku ... hh."

Sayup-sayup suara mereka menghilang, tergantikan dengan deru napas yang bergantian.

"Thank you, Sayang." Derap langkah mereka mendekat ke tempat saya berbaring. Wajar saja, untuk keluar dari wilayah dapur harus melewati tempat saya.

"Mereka berdua masih tidur, kan? Ukhys dan temanmu itu juga butuh tempat."

"Temanku? Naina?"

"Maybe."

Bangsat.

Sempat-sempatnya mereka mencuri kesempatan dalam acara sesakral ini? Astaga, apakah kemaluan mereka terlalu gatal butuh digaruk?

Hal ini yang terkadang membuat saya jijik setiap kali acara himpunan atau lema dilaksanakan. Terkadang mereka yang memiliki status lebih, memanfaatkan kondisi dan situasi untuk saling berbagi kehangatan tubuh tanpa peduli dengan persepsi orang di sekitar mereka.

Sometimes I found a doggy style couple bercumbu di area fakultas, di tempat gelap yang tidak terjangkau CCTV dan cahaya lampu. Terkadang juga mereka memanfaatkan tangga-tangga penghubung antar lantai untuk tempat mereka berbagi surga dunia.

Tidak perlu tempat mewah laksana kamar hotel berbintang, cukup kemauan dan muncullah kesempatan untuk sperma bertemu dengan sel telur.

Jadi sebenarnya mereka itu lebih murahan daripada pelacur yang bekerja di atas ranjang dengan bayaran pula. Bukan di tempat remang, penuh debu, dan tanpa bayaran. Hanya dua patah kata manis sebagai janji dan mendesahlah mereka seiring malam.

"Kamu tidur?" Saya sedikit tersentak. Berarti dugaan saya benar, Hans tersadar saat adegan laknat itu berjalan.

"Tidak. Kamu lihat?"

"Hm ... "

"Sepertinya kegiatan hima kita tidak luput dari hal seperti itu."

"Mau bagaimana lagi? Kita dipertemukan dengan para pengejar kepuasan."

Saya tertawa sinis. "Sometimes I think that being institutionalized is not completely good, but I ignore it, in fact there is a bad thing about being institutionalized. Orang-orang yang otaknya di selangkangan selalu saja merusak esensi kehidupan."

Terdengar tawa ringan Hans. "Harusnya dari awal aku percaya kak Jimmy, kalau seorang Nala itu memang luar biasa. Seharusnya dari awal kita sedekat ini dan kita bangun Sasing menjadi lebih baik."

Mahasiswa- Akademik, Cinta, OrganisasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang