64. Netflix n Chill

2.3K 134 16
                                    

⚠️

"Kalau capek, tidur saja sana. Kamarku kosong. Mama sama papa sepertinya belum pulang." Saya mengangguk.

Badan saya rasanya remuk, padahal tadi di restoran rasanya baik-baik saja. Kenapa malah sekarang lelahnya baru terasa?

Saya menurut, masuk ke kamar Jeffry setelah membersihkan diri tanpa berganti pakaian, hanya melepas cardigan saya. Memilih merebahkan badan saya di atas kasur empuk dia, menyalakan AC, dan menarik selimut. Tidak lagi peduli dengan Jeffry yang entah di mana keberadaannya.

Entah tertidur berapa jam, saya baru bangun saat Jeffry menggoyang-goyangkan badan saya.

"Heh ... bangun! Sudah malam Wina. Dipinjamkan kamar eh malah jadi kebo." Saya mencebik kesal, masih mengantuk.

"Jam berapa memang?"

"8 malam, Win. Tidak capek tidur apa?" Saya menggeleng. Memilih bangkit dari pembaringan dan meregangkan otot-otot saya.

"Musmus mana?"

"Katanya ke rumah kamu sama papa. Bosan di rumah berdua terus."

"Yah ... tahu begitu, kita susul."

"Terus tidak balik ke lokasi KKN?" Oh iya, saya baru ingat kalau saya masih ber-KKN.

"By the way kenapa rumah kamu sepi? Bibi mana?"

"Lagi mengambil libur, makanya mama dan papa cuma berdua melulu. Sekarang mandi sana! Aku tunggu di meja makan." Saya mengangguk. Masuk kamar mandinya setelah meminta kaosnya yang sama sekali tidak kebesaran di tubuh saya, juga trainingnya yang kepanjangan.

Lepas mandi dan keramas, rasanya segar. Selain wangi sabunnya yang maskulin, air hangat di malam hari juga sangat bagus buat kulit dan mood saya.

Saya menyusul Jeffry ke meja makan, melihat menu yang tersedia saya tahu kalau ini semua pesanan, bukan dia yang memasak. Padahal saya berharap bisa menikmati masakannya. Dia jago masak, bahkan masakan saya tidak ada apa-apanya daripada masakan dia.

"Habis makan aku tidur duluan ya!"

"Kamu tidak tidur tadi?"

"Bagaimana mau tidur, kamarku diinvasi kamu, mana mendengkur lagi."

"Ih ... serius? Besar tidak dengkuranku?"

"Tidak sih, tetapi memang lagi tidak bisa tidur. Sekarang baru mengantuk."

"Oke deh. Aku mau nonton saja, belum mengantuk." Kami berdua membereskan meja makan, merapikannya seperti semula.

"Nonton di kamarku saja. Lagi pula mama dan papa tidak balik malam ini. Paling Subuh nanti. Rumah sudah kukunci semua, lampu juga sudah kumatikan."

"Kalau aku nonton, memangnya kamu bisa tidur?"

"Aku mengantuk, ya pasti tidurlah. Atau kalau kamu berani menonton sendiri di ruang depan boleh saja." Saya menggeleng.

Rumah sebesar ini, sendirian, malam hari, gelap. Saya mana berani. Saya memilih mengikuti dia. Mengambil posisi di sofa dekat ranjangnya dan menyalakan TV 42 inch miliknya setelah diizinkan tuan kamar.

Mahasiswa- Akademik, Cinta, OrganisasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang