Suasana yang tadi memanas, kini berangsur normal. Apalagi selepas evaluasi tadi, jeda beberapa saat untuk mereka yang ingin menunaikan kewajibannya sebagai makhluk ciptaan, dan juga menjadi sesi buat teman-teman untuk mengisi perut mereka.
"Lain kali kalau Wawan yang komentar, lebih baik diiyakan saja atau biar Edy yang menjawab. Dia makin dibantah makin menjadi."
Saya mengembuskan napas pelan sebelum merespons kak Danish yang duduk mendekat ke arah saya.
Semenjak perdebatan tadi, saya memilih mendekam di sudut BEM-U. Menunggu waktunya briefing tanpa ada niat untuk ke mana-mana dan melakukan apa-apa.
"Maunya sih begitu, Kak tetapi dianya itu loh. Menyebalkannya sampai tulang belulang." Bukannya merespons, kak Danish malah tertawa lebar sampai matanya menghilang. Mengingatkan saya pada kak Jimmy.
Tiba-tiba kangen himpunan. Hiks ...
"Sabar ... menghadapi dia memang harus ekstra." Celetukan kak Ruwo membuat saya merapatkan kepala pada kedua lutut.
Aliran bening tidak mampu lagi saya bendung. Daripada menimbulkan banyak spekulasi, lebih baik saya menenggelamkan wajah saya. Berusaha menghalau emosi saya dan sekaligus menenangkan diri saya.
"Kenapa?" Suara kak Joy membuat saya menaikkan pandangan setelah menghapus jejak air mata. Sebuah senyuman tipis saya persembahkan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahasiswa- Akademik, Cinta, Organisasi
Tiểu Thuyết ChungKamu mahasiswa? Tahunya kuliah doang? Cupu dong!. Coba buat list-to-do kamu selama berstatus mahasiswa, terus masukkan organisasi dan cinta di dalamnya sebagai pendamping akademik. Niscaya kehidupan kampus kamu yang 3,5 sampai 4 tahun itu akan berwa...