16. Penerimaan Universitas

1.5K 170 6
                                    

Tepat seminggu semenjak kesiagaan para korlap kaderisasi baik itu tingkat universitas maupun jurusan/himpunan untuk menemui maba mereka pertama kalinya.

Cukup mudah bagi korlap himpunan untuk menemukan maba mereka sekalipun mereka datang dengan seragam yang sama. Apalagi kalau bukan atasan putih dan bawahan hitam alias manusia tai cicak, kalau yang lumayan berisi itu tai tokek.

Sekurang ajar inilah istilah dasar kaderisasi dalam dunia kampus. Kenyataannya yang berseragam hitam putih beberapa tahun terakhir bukan hanya maba atau mahasiswa yang sidang, melainkan PNS atau Pegawai Negeri Sipil juga diharuskan memakai hitam-putih setiap Rabu.

Era baru ala presiden baru. Baru beberapa tahun maksudnya.

Pendaftaran ulang maba yang dilakukan selama lima hari dalam seminggu lalu cukup menguras tenaga kami selaku panitia tingkat universitas. Stand by dari pagi sampai sore selama lima hari penuh.

Tujuannya? Untuk mengarahkan maba pada koridor kaderisasi yang resmi, juga menghindari perpeloncoan ilegal yang rawan di musim penerimaan sekarang ini.

Yang ilegal yang seperti apa? Campur tangan senior angkatan tua guna menjalankan ide-ide mereka yang tidak kesampaian di masa jabatan mereka.

Kebanyakan senior-senior macam ini adalah mereka yang terlalu lama berada di kampus dengan alasan berorganisasi itu dunia yang sebenarnya daripada perkuliahan itu sendiri.

Nah ... dalam hal inilah, kaderisasi yang baik dan benar harus dilaksanakan. Berorganisasi bukan alasan untuk menjadi mahasiswa abadi atau mahasiswa yang masa studinya lima sampai tujuh tahun, yang sidang karena dipaksa oleh masa studi yang sudah melampaui batas.

Sebagaimana hasil raker akan visi dan misi dari kaderisasi 2017/2018, panitia ingin mengaplikasikan kalau organisasi adalah bagian dari dunia kampus yang harus diselaraskan dengan akademik untuk mencapai predikat mahasiswa ideal.

Aktif, cerdas, kreatif, dan segala istilah yang masuk kategori ideal lainnya.

"Yang lain mana?" Saya menggelengkan kepala sebagai balasan pertanyaan Edy— ketua kaderisasi saya yang sejak tadi menarik minat maba yang berlalu lalang di jeda ishoma, sampai-sampai enggan memalingkan tatapan mereka dari Edy.

"Yang lain mana?" Saya menggelengkan kepala sebagai balasan pertanyaan Edy— ketua kaderisasi saya yang sejak tadi menarik minat maba yang berlalu lalang di jeda ishoma, sampai-sampai enggan memalingkan tatapan mereka dari Edy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ganteng memang. Saya saja berusaha untuk menjaga mata. Takut khilaf.

"15 menit lagi waktunya kita untuk perkenalan. Tolong dicari ya! Aku harus menghadapi WR III dengan ribuan pertanyaannya."

"Berulah lagi?" Dia hanya mengangguk sembari memasang wajah masam.

WR (Wakil Rektor) III di kampus saya memang over-protective terhadap maba. Ada trauma tersendiri setiap tahun ajaran baru. Padahal loh ya, sebelum raker pun, kak Doy, kak Jeni, kak Danish, Jese, dan Edy sudah menghadap, memaparkan konsep PPMB yang sudah dirancang.

Gunanya untuk meyakinkan beliau tercinta bahwasanya tahun ini dan diusahakan tahun-tahun selanjutnya kaderisasi itu untuk mendidik bukan untuk perpeloncoan seperti yang terjadi tahun-tahun sebelumnya.

Mahasiswa- Akademik, Cinta, OrganisasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang