7. Rapat Perdana

2.1K 210 18
                                    

"Sebelum memulai rapat, rasanya sangat penting untuk memperkenalkan diri sewajarnya." Pandangan kak Doy beralih dari pengurus satu ke pengurus lainnya. "Dylan Omar Khael. Dipanggil Dylan atau Doy, terserah kal ... "

"Hi ... Dyla ... " Sapaan yang berupa candaan dari kak Tenny tidak berlanjut saat tatapan tajam kak Doy terarah padanya. "Canda dikit kenapa?" cibir kak Tenny.

"Pendidikan Dokter, 2014." Kak Doy menjeda sejenak kalimatnya. "Selanjutnya Ody."

Kenapa harus kak Ody? Yang di samping dia, ada kak Wildan ada wakilnya. Dasar pilih kasih. Apa bucin jangan-jangan?

Kok saya nge-gas, sih? Ya ampun, Nala, masih juga hari pertama.

Perkenalan berlangsung 30 menit-an. Tidak ada selingan canda tawa, apalagi ketua yang saya akui karismatik itu terlalu serius dan kaku pembawaannya. Sialnya, dia masih saja memukau dengan tingkah seperti itu.

Fokus La, fokus! Calonmu yang ada di kanannya dia. Itu loh yang sipit dan manis itu. Calonmu yang itu, okay! Jangan jelalatan deh!!

"Baik. Saya rasa perkenalannya sudah cukup. Selebihnya bisa dilanjutkan selama masa kepengurusan kita ini." Kak Doy menjeda sejenak. "Untuk agenda kali ini, saya dan Wildan sudah menyusun struktur kepengurusan periode ini. Selanjutnya, teman-teman boleh mengomentari atau mempertanyakan posisi masing-masing." Kak Wildan membagikan setumpuk lembaran yang ada di tangannya dengan cara mengoper ke sebelahnya hingga semua peserta rapat memegang masing-masing selembar.

Belum semenit lembaran itu saya pegang. Seseorang dari arah kiri saya mengangkat tangan. "Maaf, Kak, kenapa yang menjadi ketua biro semuanya dari angkatan kakak?" Saya lumayan syok mendengar pertanyaan seperti itu. Ini di BEM-U, dan kamu menyebut angkatan? Bisa mampus kalau senior kamu tidak terima hal itu.

 Ini di BEM-U, dan kamu menyebut angkatan? Bisa mampus kalau senior kamu tidak terima hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hm ... baik. Pertama, saya dan Wildan memilih kalian untuk di posisi itu berdasarkan pengalaman organisasi yang tercantum dalam lampiran surat utusan dari BEM fakultas masing-masing. Saya rasa alasan itu cukup untuk menjawab pertanyaan kamu." Kak Doy menatap Juan yang sepertinya masih butuh penjelasan konkret.

"Sayabantu Doy menjawab. Kalau berbicara persoalan angkatan seringnya berpautan dengan senioritas dan segala tetek-bengeknya. Mungkin buat kalian, terasa ganjil karena kepengurusan kali ini didominasi oleh yang lebih tua. Sebenarnya bukan kali ini, tetapi setiap tahunnya seperti ini. Kalau mau dianggap sebagai budaya, bisa saja. Akan tetapi saya dan Doy, tidak serta merta menganut budaya itu untuk kepengurusan kali ini. Alasan kenapa kami mengangkat Gebrakan 17/18 karena kami berdua ingin kepengurusan kali ini lebih baik dari kepengurusan tahun sebelumnya. Baik itu dari segi program kerja, solidaritas, loyalitas, bahkan sudut pandang orang-orang terhadap kita." Panjang kali lebar, and I didn't get the point. Untung yang lagi berbicara adalah si calon.

"Untuk apa kita memikirkan sudut pandang orang lain? Toh kita yang menjalani, kenapa mereka yang repot?" celetuk Rose.

Sepertinya teman seangkatan saya tidak terima dengan ancang-ancang struktur yang dibuat oleh ketua dan wakilnya. Kalau dipikir-pikir, apa gunanya kami diutus ke BEM-U kalau toh yang jadi inti cuma angkatan tertentu.

Mahasiswa- Akademik, Cinta, OrganisasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang