52. Malam yang Panjang

2K 172 48
                                    

⚠️

Jeffry mengadang saya dan kak Doy tidak jauh dari tempat kami berada sebelumnya. Dengan tatapan tidak sukanya, dia menarik saya dengan paksa.

"Pelan-pelan, Jeff!" protes saya.

Dia berdecak kesal sebelum melayangkan tatapan tajam ke saya. Lalu balik menatap kak Doy dingin.

"Thanks sudah menjaga Nala." Kak Doy mengangguk pelan dan belum berucap apa-apa Jeffry sudah menarik saya menjauh.

"Kamu kenapa sih, Jeff? Sakit," protes saya saat genggamannya di pergelangan tangan saya mengerat.

"Diam," bentaknya dingin.

Okay, mungkin dia lagi panik karena Musmus sakit, saya maklum. Apalagi saya bersalah karena telat menjawab panggilan teleponnya.

Kami masuk ke dalam mobilnya yang terparkir asal di tepi jalan. Dengan tidak santai, Jeffry melajukan kendaraannya dengan lebih cepat dari normalnya.

"Lo di mana?"

" ... "

"Gue mau pakai kamar."

" ... "

"Hm."

Perasaan saya jadi tidak enak. Ini Jeffry tanya kamar siapa? Buat apa? Bukannya Musmus lagi sakit? Atau bagaimana sih?

Pandangan saya mengarah ke jalan yang saya yakini ini bukan jalan ke rumah dia. Saya mau dibawa ke mana?

"Jangan macam-macam, Jeff!"

Saya tahu ada yang salah di sini dan saya tahu saya dijebak oleh Jeffry. Tetapi kenapa? Dia kenapa?

"Jeff. Turunkan aku di sini!" perintah saya sarkas.

Dia tidak peduli dan makin mempercepat laju kendaraannya.

"JEFFRY HARSYAH WELHELMUS. TURUNKAN AKU ATAU KITA TIDAK LAGI MENJADI TEMAN SEUMUR HIDUPKU," teriak gue panik.

Saya tidak pernah berada dalam situasi seperti ini, situasi yang sangat menakutkan bagi saya. Meski yang di dekat saya ini Jeffry, sahabat saya, tetapi siapa yang tahu kalau misalnya dia kerasukan jin jahat, saya bisa mati di tangan dia.

"Jeff ... Please. Jangan menakutiku!" lirih saya pelan, tangis saya sudah tidak mampu saya bendung. Saya takut, sumpah.

Tidak ada balasan dari Jeffry. Suasana hening, hanya deru kendaraan di jalan juga helaan napas Jeffry yang terdengar memburu. Lama kelamaan saya kaget dengan isakan pelan yang tertangkap kuping saya.

Jeffry menangis. Iya. Yang menangis Jeffry bukan makhluk halus pun makhluk tidak kasat mata.

Saya auto panik, ada apa dengannya? Ada apa dengan Musmus?

"Kenapa?" Dia memelankan laju mobilnya, lalu berhenti tepat di tepi kiri jalan.

"Mama kenapa?" Dia menggeleng pelan. Menenggelamkan wajahnya di lipatan kedua tangannya pada kemudi mobil.

Saya yang awalnya menangis kini terdiam. Meski panik saya belum hilang, tetapi itu sudah berganti. Kalau tadi saya panik dicelakai Jeffry, kini saya panik Jeffry yang kenapa-kenapa.

Meski isakannya pelan, tetapi itu terdengar pilu.

"Jeff ... " Saya mengelus pundaknya. Berusaha mengalihkannya dari rasa sakit kalaupun dia kesakitan.

"Kamu putus dari Rose?" Pelan dia mengangguk namun belum mengangkat wajahnya.

Pantas saja dia sedih, namanya juga putus cinta, tetapi bukannya Jeffry tidak sayang Rose? Atau sudah mulai sayang tetapi ditinggal?

Mahasiswa- Akademik, Cinta, OrganisasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang