Tiga

45.1K 2.4K 11
                                    

Setelah selesai makan malam, Lia langsung memboyong ketiga anaknya untuk memasuki kamar.

"Mom, apa Zoe punya daddy, Mom?" tanya Zoe.

Lia terdiam sejenak. "Bagaimana ini?aku harus jawab apa?" kata Lia dalam hati.

Zoe menatap Lia dengan tatapan bingung. "Mom, mom kenapa? Kok diam aja?"

Merasa tidak ada jawaban Zoe menyentuh pundak Lia. "Mom!"

"Eh, iya, Sayang? Kenapa, Nak? Zoe tanya apa tadi? Mom tidak dengar," ujar Lia.

Zoe mendelik kesal seraya berkacak pinggang. "Ish, Mom. Zoe tanya, apa Zoe punya Daddy, Mom?"

Lia menatap sendu putra sulungnya sembari mengelus pucak kepala Zoe. "Zoe, punya daddy, Sayang," ujar Lia dengan senyuman tipis.

Zoe tersenyum. Bocah laki-laki itu langsung memeluk Lia. "Zoe senang mom, tapi kenapa dad tidak pernah menemui kita, Mom? Dad tidak sayang kita, ya?"

Lia mengurai pelukan Zoe. "Zoe tidak boleh ngomong seperti itu , Dad lagi kerja dan kerjanya daddy jauh makanya jarang temuin kita. Kakak Zoe sabar, ya, 'kan dad lagi cari uang yang banyak buat beli mainan kakak Zoe, Zie, sama Key."

Bocah laki-laki itu mengangguk. "Zoe kira, Zoe tidak punya daddy. Soalnya teman-teman Zoe selalu bilang kalau Zoe tidak punya daddy," ungkap Zoe dengan jujur.

Lia tersentak mendengar ucapan jujur dari Zoe. Lia menangkup wajah Zoe. "Zoe, harus selalu inget ucapan mommy, ya, kalian punya daddy dan daddy sayang banget sama kalian. Satu lagi, kalian jangan pernah dengerin omongan orang yang tidak seharusnya di dengar. Ngerti?

Zoe mengangguk. "Ngerti, Mom."

"Yaudah, sekarang Zoe bobo,"ucap Lia.

Zoe langsung merebahkan dirinya di samping Key dan Zie yang sudah tidur lebih dulu. Lia membantu Zoe menaikkan selimutnya.

"Selamat malam, kesayangan mommy," ujar Lia. Mencium sekilas pipi, kening, dan bibir bocah laki-laki itu.

Lia bergegas keluar dan langsung kembali ke kamarnya.

Di kamar, Lia duduk di ranjangnya. Perlahan air matanya mulai mengalir membasahi pipi.

Kejadian beberapa tahun lalu terus berputar diingatannya. Ada perasaan menyesal di lubuk hati Lia, karena keegoisannya ia harus menerima kenyataan kalau ketiga anaknya mulai mendapat hinaan-hinaan kecil dari teman-temannya.

Lia melirik bingkai foto yang berada di dinding. Menatap ketiga foto bayi yang masih berwarna merah itu. "Maafin, mommy," batin Lia melirih.

DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang