Tiga belas

35.9K 1.9K 4
                                    

Al menggeleng mendengar cerita Lia. "Kau salah paham, Lee," ujar Al.

"Apa maksudmu? Sudah jelas-jelas wanita itu sedang mengandung anakmu, sudahlah, Al. Kau jangan mengelak."

Aldren tertawa pelan. "Wanita itu kakak iparku. Ia istri dari Aldran—saudara kembarku. Istrinya tengah mengandung buah cinta mereka dan selama ia hamil sifatnya berubah manja padaku, Lee."

Penjelasan dari Al membuat Lia membeku di tempatnya. "Jadi—"

Al mengangguk. Ia menggenggam tangan wanita di dedepannya. "Percaya sama aku, Lee. Aku mohon beri aku kesempatan untuk membahagiakanmu dan anak-anak, izinkan aku melihat perkembangan anak-anak, dan izinkan mereka untuk mengenal aku. Biarkan mereka tahu bahwa aku adalah ayah kandung mereka. Aku mohon," pinta Al dengan tulus.

Aldren benar-benar berusaha keras untuk meyakinkan wanita di hadapannya.

Anggukan dari Lia membuat senyuman manis Al terbit di bibirnya. Tiba-tiba pria bertubuh tinggi itu memeluk Lia sangat erat. "Terima kasih, Sayang. Aku janji akan perbaikin semuanya," ucap Al sungguh-sungguh.

Lia membalas pelukan Al. Menghirup kuat aroma maskulin pria itu.

Setelah acara makan malam selesai, Lia langsung bergegas pulang. Takut ketiga anaknya mencarinya.

"Al, aku harus pulang. Kasihan anak-anak aku tinggal."

Al mengangguk. Pria itu langsung mengantar wanitanya.

•••

Di lain tempat, Zella tengah di buat pusing dengan tangisan tiga bocah kembar yang terus-menerus merengek memanggil mommy-nya. Berbagai macam cara sudah Zella dan sang suami lakukan untuk menenangkan ketiganya.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Zella. Ia segera membuka pintu. "Lama banget, sih, Lee. Aku pus—"

Ucapan Zella terpotong saat melihat pria dewasa dengan perawakan tinggi berdiri tepat di samping sahabatnya.

"Zella, aku minta maaf kalau aku kelamaan," ucap Lia tak enak hati.

Jika di lihat dari raut wajahnya, terlihat selalu Zella sudah sangat lelah. Mengurus satu anaknya saja sudah membuat Zella lelah, di tambah dengan tiga bocah lagi yang super duper aktif dan kompak. Ya, kompak jika salah satunya sudah menangis.

Zella mengembuskan napasnya pasrah dan kembali masuk ke dalam.

"Mommy!" seru triplet dengan air mata yang masih mengalir.

"Hei, kesayangannya, mommy. Kenapa nangis, sih?"

Dengan penuh kesabaran, Lia menenangkan ketiga anak-anaknya dengan Al yang setia di dekatnya. Al menatap Lia penuh rasa bangga kala melihat jiwa ke-ibuan wanita di depannya ini.

"Paman, ngapain di sini?" tanya Key saat melihat Aldren yang sedari tadi diam tak berbicara.

Al mengalihkan pandangannya pada gadis kecil itu. "Mau ketemu anak-anaknya daddy," balas Al.

Lia memberi tatapan tajam pada Al. Al membalasnya dengan anggukan dan senyuman.

"Siapa anak-anaknya, Paman?" kini Zoe bersuara.

"Kalian, 'kan anak-anaknya daddy," ujarnya dengan percaya diri. Lia semakin menatap Al tajam. Menurutnya, ini terlalu cepat untuk mengungkapkan semuanya.

"Daddy!" seru mereka sembari berhambur ke pelukan Al.

Bola mata Lia nyaris keluar dari tempatnya. Bayangannya tentang sang anak yang menolak Al berbanding jauh. Ketiga bocah itu malah menerima Al dengan senang hati.

Al memeluk ketiga anaknya dengan perasaan bahagia. Tanpa Al sadari, setitik bulir bening mengalir membasahi pipi Al.

"Daddy sayang kalian, Nak," ucap Al pelan.

Key menatap mata Al. "Daddy kenapa nangis? Key nakal, ya. Dad?" tanya Key.

Tangan mungil Zoe terulur mengusap air mata sang ayah. "Jangan nangis, Daddy."

Al tersenyum. "Daddy nangis bahagia karena bisa bertemu kalian."

"Kita juga bahagia. Daddy jangan kerja jauh-jauh lagi, ya?"

Al membeku di tempat. Bekerja jauh lagi?

Al menatap wanita di hadapannya. Al yakin wanita itu yang memberi pengertian pada anak-anaknya.

"Daddy janji, janji tidak akan kerja jauh lagi."

Mereka kembali berpelukan. Lia yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka tersenyum tipis. "Aku harap ini pilihan yang terbaik, aku juga berharap semoga niat kamu benar-benar tulus, Al," ucap Lia dalam hati.

DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang