Sembilan

37.9K 2.1K 10
                                    

Seorang pria tengah sibuk menandatangani beberapa berkas, tiba-tiba datang seorang pria yang sedari tadi ia tunggu kehadirannya.

"Ketuk pintu sebelum masuk," ujar Aldren dingin. Benar-benar jengkel melihat tingkah sahabat sekaligus tangan kanannya itu.

Stev terkekeh. "Lupa," sahutnya sembari menunjukkan cengiran khasnya.

Al memutar bola matanya malas. Pria itu melirik jam tangan yang melingkar di lengannya. "Kau telat dua menit dua belas detik."

Stev di buat cengo dengan ucapan atasannya ini. "Astaga, Al. Kau fikir mudah mencari data seseorang, apalagi dalam waktu dua puluh menit saja? Kau—ah, sudahlah." Stev tidak melanjutkan ucapannya. Percuma saja ia berdebat dengan Al yang sangat keras kepala.

"Pintu keluar ada di sebelah sana," potong Aldren sembari menunjuk arah pintu.

Stev mencebikkan bibirnya kesal sembari berjalan ke luar. "Untung saja kau bos, kalau tidak sudahku tendang kau!" gerutu Stev. Al mendengar. Namun, ia tidak menghiraukannya.

Setelah memastikan Stev keluar dari ruangannya ia pun mengunci pintu lalu kembali ke meja untuk melihat isi amplop yang dibawa Stev.

Semua informasi tentang wanitanya tercatat dengan lengkap di amplop itu. Aldren meremas kuat kertas yang ia genggam. "Akan aku buktikan kalau kalian itu milikku," batin Al geram.

Aldren kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum menyelesaikan masalah dengan wanitanya itu.

•••

Lia membawa ketiga anaknya ke tempat perbelanjaan terbesar di kota mereka. Sesuai ucapannya, Lia akan membelikan ketiga anaknya perlengkapan untuk sekolah.

Kini mereka baru saja selesai makan di salah satu tempat makan yang ada di tempat perbelanjaan itu.

"Mommy, Kakak boleh beli alat tulis yang kakak mau, 'kan?" tanya putra sulungnya—Zoe.

Lia mengangguk seraya tersenyum. "Iya, kalian bisa pilih sendiri nanti, ya," ujar Lia.

"Hai, ketemu lagi."

Lia mendongak kala mendengar suara berat menyapa mereka. Tatapan tajam langsung ia layangkan saat melihat pemilik suara itu. "Ngapain?" tanya Lia galak.

"Paman Al? Wah, kita ketemu lagi, ya," ujar Zie heboh di susul dengan Zoe dan Keyra yang begitu nempel.

Lia memandang anak-anaknya dengan tatapan bingung. Kenapa tiba-tiba mereka mau berdekatan dengan orang asing? Apa mereka merasakan ikatan batin antara ayah dan anak?

"Paman ngapain di sini?" tanya Key.

"Habis bertemu teman, kalau kalian ngapain?" tanya Al. Tangan pria itu terulur mengusap rambut panjang Keyra. Al memang baru saja ketemu teman semasa sekolahnya dulu dan saat hendak pulang ia tak sengaja menangkap sosok wanitanya bersama anak-anaknya. Ya, Al sudah yakin bahwa ketiga bocah kembar itu anak-anaknya.

"Mau beli pelengkapan sekolah," sahut Key dengan suara cadelnya.

"Triplet, ayo. Nanti keburu tutup tokonya," ujar Lia seraya merapihkan tas berisi keperluan ketiganya.

"Mommy, Paman Al ikut, ya?" tanya Key.

Al dan Lia saling beradu pandangan. Dalam hati Lia sangat berat mengizinkannya. Namun, melihat wajah Key yang memohon membuat ia tak tega. Dengan terpaksa, Lia mengangguk dan tersenyum.

"Asyik, Paman Al ikut," sorak ketiganya.

Mereka keluar dari tempat makan itu dan bergegas mencari perlengkapan sekolah. Keyra yang berada di gendongan Al, Zoe dan Zie yang berada di gandengan Lia. Mereka berjalan beriringan layaknya keluarga bahagia pada umumnya.

Sesampainya di toko yang menjual berbagai macam perlengkapan sekolah. Ketiga bocah itu langsung berhambur masuk dengan raut wajah yang gembira.

Lia dan Al hanya membututi ketiganya dengan membawa keranjang untuk menaruh barang-barang yang akan mereka beli.

"Mom, mau ini," pinta Zoe sembari menunjukkan tempat pensil berwarna merah dengan gambar spiderman.

Lia mengangguk. "Kak Zie juga? Ambil yang sama, ya," sahut Lia.

"Mom, Kakak tidak boleh ambil yang itu. Kakak halus pilih yang ini mommy," protes Key sembari menunjukkan tempat pensil berwarna pink dengan gambar barbie.

"Key, ini sama aja. Cuma beda warna sama gambar. Kalau kakak anak laki-laki harus gambar spiderman, 'kan Key perempuan makanya Key yang barbie. Sama, 'kan bentuknya?" Lia berusaha memberi pengertian untuk Key.

Al menatap Lia kagum, Lia terlihat begitu sabar menghadapi ketiga bocah kembar itu.

Setelah merasa cukup Lia langsung bergegas membayar. Namun, saat di kasir, Al menyodorkan kartu kreditnya dan menahan Lia untuk membayar.

Lia menatap Al jengkel. "Pencitraan," batin Lia.

Setelah semuanya lengkap Lia langsung membawa anak-anaknya pulang karena hari sudah sore. Keyra sudah tertidur di gendongan Al, sedangkan Zoe dan Zie sudah tidak banyak omong lagi seperti tadi. Mungkin mereka lelah.




DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang