Lima

40.9K 2.3K 20
                                    

Laki-laki yang sedang menerima telfon itu terkejut saat merasa tubuhnya ada yang menabrak, ingin ia memaki orang yang menabrak tubuhnya saat itu juga. Namun, saat ia berbalik ia melihat gadis kecil lah yang menabraknya. Gadis kecil itu tengah menangis karena lututnya terluka. Sampai ttak lama datang dua bocah laki-laki yang sangat mirip. Bahkan, mirip sekali. Tunggu ... dia sangat mirip denganku waktu kecil. Bahkan, tidak ada yang beda sedikitpun.

Aldren Samza Atmanagara, laki-laki berusia tiga puluh dua tahun. Seorang CEO di SAMZ'CROP. Memiliki mata tajam bak elang, hidung mancung, iris mata kecoklatan, tegas, super dingin, irit bicara, dan yang pasti tajir melintir tujuh turunan. Wanita mana yang tidak ingin mendapatkan laki-laki seperti Aldren. Hanya ada satu nama di hatinya Aldren yaitu Marchellia Angelina Will wanita yang sangat Al cintai sampai saat ini. Dan kini wanita itu pun pergi meninggalkannya hanya karena kebodohannya empat tahun lalu.

Al berjongkok di depan gadis kecil itu. "Hei, gadis kecil. Sudah jangan menangis. Sini paman bersihin lukanya," ucap Al seraya mengeluarkan sapu tangan kecil yang selalu ia bawa kemanapun.

Gadis kecil itu merintih kesakitan saat Al membersihkan sisa pasir yang menempel pada luka gadis kecil itu.

"Paman, Key minta maaf," lirih Key. Suaranya terdengar bergetar.

Al tersenyum seraya mengusap pucak kepala Key. "Tidak apa-apa, lain kali jangan lari-lari, ya. Bahaya."

"Paman, maafin adik Zie, ya."

Al beralih menatap bocah laki-laki yang begitu mirip dengannya. "Iya, tidak apa-apa," ucap Al lembut.

"Nama kalian siapa? Kalian kembar, ya?"

Mereka mengangguk kompak. "Aku Kenzo, yang ini Kenzie, dan yang paling cantik Keyra," ujar Zoe ramah. Tidak biasanya Zoe mau berbicara pada orang asing.

"Paman kenapa? Kok pakai maskel?" tanya Key.

Al membuka maskernya sebentar. "Paman lagi sedikit flu," ujar Al lalu kembali memakai maskernya.

"Paman tampan sekali, sepelti daddy," jawab Key. Ia sudah tenang dan sedikit lupa tentang lukanya.

"Oh, ya? Terus kalian ke sini sama siapa? Sama daddy?"

Mereka menggeleng. "Kami ke sini sama mommy," jawab Zie.

"Daddy?"

"Kata mommy, daddy kelja, keljanya jauh," balas Key.

Al mengangguk. "Di mana mom kalian?" tanya Al.

"Di sana, lagi cari minum buat kita." Zie menunjuk pada seorang wanita yang sedang mengantri.

Al mengikuti arah yang ditunjuk. Matanya nyaris keluar saat ia mengetahui siapa ibu dari anak-anak ini. "Lia," lirih Al dalam hati.

Al terus memperhatikan wanita itu yang sedang berbicara pada pemilik warung sambil sesekali tersenyum. Senyum yang sangat Al rindukan selama beberapa tahun belakangan ini. Tanpa sengaja, tatapan mata mereka bertemu. Ada yang berbeda di mata itu. Ya, soflents. Lia menggunakan soflents berwarna biru yang semakin membuat cantik matanya. "Apa itu benar kamu, Sayang?" tanya Al dalam hati.

Al mengalihkan pandangannya pada ketiga bocah yang berada di depannya. "Kenapa anak ini sangat mirip denganku? Apa mereka anak-anakku?" batin Al bertanya.

"Triple, paman pergi dulu, ya, ada kerjaan mendadak yang harus paman kerjakan."

"Iya, Paman."

•••

Al memasuki mansion mewah miliknya. Ia mendudukan dirinya pada sofa empuk itu sembari sesekali mengusap wajahnya.

Pikirannya melayang pada pertemuannya dengan wanita yang selama ini ia cari dan juga ketiga bocah kembar yang begitu mirip dengannya.

"Dari mana?" tanya Jonathan Steven Ricard atau biasa di sapa Stev-sahabat sekaligus tangan kanan Al yang menyebalkan.

Al menoleh. Dilihatnya Stev yang berjalan mendekati dengan segelas minuman dingin ditangannya.

"Aku bertemu dengan Lia, Stev."

Stev hampir tersedak mendengarnya. "Serius? Di mana?

Al menghela napasnya berat. "Di taman."

"Jadi, selama ini Lia ada di Indonesia? Astaga, untuk apa kau mengeluarkan uang banyak untuk proses pencarian Lia ke beberapa negara, Al." Kata Stev kesal.

Al melempar bantal kecil yang mendarat tepat dikepala Stev. "Kau dengar baik-baik, ya. Uangku tidak akan habis sekali pun jika aku berkeliling dunia setiap bulannya," ucap Al lalu meneguk minuman milik Stev.

"Cih." Stev berdecih lalu memutar bola matanya malas.

DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang