Empat belas

34.8K 1.7K 2
                                    

Setelah bermain bersama anak-anaknya, tak terasa waktu sudah semakin larut. Al bersiap untuk pamit. Tubuhnya juga sudah benar-benar lelah.

"Daddy, mau ke mana?" tanya Key

Al menatap gadis kecilnya. Terlihat jelas raut wajah Key yang nampak sedih. "Daddy mau pulang sebentar, Key jangan nakal, ya," ujar Al.

Tangis Key pecah seketika. Al di buat panik begitu juga Lia. "Sayang, daddy hanya sebentar," ujar Lia berusaha menenangkan Key.

Untung saja, Zoe dan Zie tidak ikut menangis. Lia sudah memberi pengertian pada dua anak laki-lakinya tadi.

Key menggeleng keras. "Daddy tidak boleh pelgi."

Lia membawa Key ke gendongannya. Gadis kecil itu berontak sembari sesekali memukul mommy-nya.

"Lepasin Key, Mom. Key mau sama daddy!" ucap Key menjerit. Air matanya mengalir semakin deras.

Al menatap Lia lama dan mengangguk. Lia menurunkan Key. Gadis kecil itu langsung berhambur ke pelukan Al.

"Daddy tidak boleh pelgi, nanti Key tidak punya daddy lagi," ucap Key lirih. Mata bulatnya menatap Al dengan tatapan memohon.

"Dad, teman-teman di sekolah kami selalu tidur bersama orang tuanya, Dad. Zie pingin tidur bersama, seperti teman-teman," pinta Zie.

"Zoe juga mau, Dad!" sahut Zoe antusias.

Lia dan Aldren saling menatap satu sama lain. Entah apa yang harus dilakukan saat ini. Lia sangat tau betul bahwa keinginan ketiga anaknya tidak mudah untuk di ganggu gugat.

"Sayang, Daddy mau pulang, besok ke sini lagi kok," ujar Lia. Lagi-lagi berusaha memberi pengertian kepada mereka.

Sudah cukup. Al tidak sanggup mendengar tangisan ketiga anaknya.

Al melepas kembali sepatunya. "Ayo, kita tidur bersama," ucap Al yang membuat Lia membelalakan matanya tak percaya.

Ketiga bocah itu tersenyum sembari jingkrak-jingkrak.

Lia menghela napasnya pelan. Memaksakan senyum untuk anak-anaknya.

Setelah mengganti baju dan menggosok gigi. Mereka bergegas tidur bersama dengan posisi Lia dan Al berada di pinggir, sedangkan anak-anak berada di tengah-tengah antara Lia dan Al sebagai pembatas mereka.

Untung saja tempat tidur ini cukup besar sehingga mampu menampung mereka berlima.

Triplet sudah tertidur pulas. Tapi tidak dengan Al dan Lia. Dua orang dewasa itu masih membuka matanya lebar-lebar sembari menatap langit-langit kamar dengan pikiran masing-masing.

"Lia, aku minta ma—"

"Jangan di bahas, Al. Ada anak-anak," potong Lia cepat.

"Selamat malam, Lia."

"Malam, Al," balas Lia pelan. Ia langsung membalik tubuhnya membelakangi Al.

Al menoleh. Tersenyum tipis melihat Lia yang membelakanginya.

Tak butuh waktu lama, kini Al dan Lia sudah memasuki alam mimpinya masing-masing.

DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang