Dua puluh lima

27K 1.3K 8
                                    

Al tengah sibuk berkutat dengan berkas-berkas yang membuat matanya sakit. Sakit karena harus mengecek berkas penting itu satu per satu.

Dering suara ponsel menghentikan kegiatan Al, ia melihat nama yang tertera di layarnya. Ah, ternyata istri tercinta yang menelfonnya

"Halo, Honey?"

"Mas, tidak usah menjemput anak-anak, ya," ucap Lia di sebrang sana.

"Kenapa?"

"Ayah dan bunda sudah menjemput mereka, Mas."

"Iya, Honey. Sebentar lagi aku pulang."

"Hati-hati, Mas."

Panggilan terputus. Al meletakkan ponselnya di saku celana dan meraih telpon yang ada di mejanya. "Keruanganku sekarang."

Tak lama ketukan pintu terdengar.

"Masuk!" sahut Al

Seorang pria berbadan tegap masuk dan mendekati Al. "Ada apa, Pak?"

"Stev, apa ada jadwal lagi hari ini?"

"Tidak ada, Pak," balas Stev ramah.

"Baiklah, aku pulang lebih dulu. Mertuaku sedang berkunjung ke rumahku."

Stev mengangguk. "Baik, Pak. Saya permisi."

Stev—sekertaris Aldren, Walaupun, Aldren dan Stev sudah bersahabat sejak lama, tetapi jika mereka sedang berada di kantor, mereka akan bersikap professional.

Aldren bergegas keluar dari ruangannya, berjalan menuju parkiran. Tempat di mana mobil mewahnya berada.

Al melajukan kendaraanya dengan kecepatan normal.

Al berhenti di supermarket untuk membeli susu ibu hamil dan juga keperluan dapur yang memang sudah habis.

Al melepas jas serta dasi yang ia gunakan, ia juga membuka dua kancing kemeja di bagian atas. Serta menggulung lengan baju sampai sikut yang membuat dirinya terlihat sangat tampan.

Al memasuki supermarket dengan wajah datar, ia segera mengambil satu troli dan menyusuri rak-rak yang tersusun rapi. Al berjalan ke arah rak yang berisi susu ibu hamil.

Ia meneliti susu ibu hamil dengan berbagai merk dan rasa. Hingga pilihannya jatuh pada brand susu yang sudah sangat terkenal.

"Lia suka rasa apa, ya?" batin Al saat melihat varian rasa yang cukup banyak.

Al menghampiri salah satu karyawan supermarket yang ada di situ. "Kak, permisi. Kalau ibu hamil biasanya minum yang varian rasa apa, ya?" tanya Al.

"Kalau untuk rasa tergantung selera, Pak," sahut karyawan itu ramah.

Aldren mengangguk paham. "Terima kasih."

Al mengedikkan bahunya acuh. Ia memasukan tiga varian susu rasa coklat, tiga varian susu rasa vanilla, tiga varian susu rasa strawberry. "Cukup," gumam Al.

Ia kembali mendorong troli-nya menyusuri seisi supermarket itu.

Setelah membeli barang yang lain dan mencari keperluan yang dibutuhkan keluarganya, ia segera ke kasir untuk membayar semua belanjaannya.

•••

Aldren memasuki rumah dengan diikuti beberapa bodyguard yang membawa barang belanjaannya, ia menghampiri sang istri yang sedang menonton TV dan tidak menyadari kehadirannya.

Al mengecup pipi istrinya tiba-tiba. "Serius banget, sih, Honey."

Lia tersentak. "Mas, kaget tahu!" ujar Lia.

Pandangan Lia jatuh pada bodyguard yang menenteng barang belanjaan yang sangat banyak. "Itu apa, Mas?"

Lia melihat kantung-kantung yang berisi bahan makanan, keperluan rumah, serta susu ibu hamil yang sangat banyak.

"Tolong bawa ke dapur, ya," perintah Lia. Bodyguard itu mengangguk patuh dan langsung membawa semua belanjaan ke dapur.

"Ayah sama bunda mana?"

"Di kamar, lagi istirahat," ucap Lia sembari memijat lengan suaminya.

"Tumben ayah sama bunda ke sini hari biasa?" tanya Al. Pasalnya, mertuanya itu selalu berkunjung saat hari weekend saja.

"Tadi aku telpon bunda, buat kasih tahu kehamilanku, terus bunda bilang bunda mau ke sini."

Aldren mengangguk. "Anak-anak mana?"

"Tidur, Mas. Ini, 'kan masih jam tidurnnya."

"Kamu mau di buatin minum apa, Mas?"

"Coklat hangat," pinta Al.

"Mas mandi sana, nanti aku bawa ke kamar."

Al mengecup pipi sang istri. "Hati-hati kalau naik tangga," ujar Al sembari meriah jas dan tasnya lalu bergegas ke kamar.

DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang