Tiga puluh lima

42.1K 1.3K 27
                                    

"Kami pulang!" seru Key saat tiba di rumah megahnya.

Zoe tertawa kecil melihat tingkah sang adik yang menurutnya masih terlihat seperti bocah berusia lima tahun.

"Ucap salam dong, Key." Lia mengingatkan putrinya itu.

Key hanya menunjukkan cengiran khasnya. "Maaf, Mommy," ucap Key.

Lia mengangguk. "Ganti baju dan istirahat. Key, nanti bantuin mommy masak, ya, Bik El lagi izin pulang kampung," ucap Lia.

Key mengangguk sembari mengacungkan dua jempolnya. Ia berjalan memasuki kamar dan bergegas mengganti seragamnya dengan setelan baju rumahan.

•••

Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Lia sudah siap dengan celemek berwarna hitam yang sangat pas di tubuhnya.

"Key mana, Mom?" tanya Zoe yang berada di depan kulkas sembari menuangkan jus jeruk ke gelasnya.

"Masih di kamar, Kak," jawab Lia. Tangannya sibuk menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan ia play menjadi santapan makan malamnya dengan keluarga kecilnya.

Zoe mengertukan alisnya, kemudian ia memutar bola matanya malas. "Ck, anak itu kebiasaan!" guman Zoe kesal.

Ia pun melangkah keluar meninggalkan dapur. Kakinya terus melangkah menuju kamar Keyra.

Dua kali mengetuk pintu tetap tidak ada jawaban. Zoe pun memilih masuk ke kamarnya.

Pemandangan yang tidak ingin ia lihat tersaji di depannya. Zoe langsung menarik ponsel Key membuat gadis itu memutar badannya.

Key tersentak bukan main. Kakak pertamanya sudah berdiri di depannya dengan tatapan tajam dan aura kemarahan.

"Tadi mommy bilang apa?" tanya Zoe datar.

Key menelan salivanya susah payah. Ia terdiam sembari menunduk takut sembari menggeleng pelan.

"Ke dapur coba!" titah Zoe.

Key teringat. Tadi ia berjanji untuk membantu mommynya memasak. "Maaf, Kak," ucap Key pelan.

Zoe tidak menjawab. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapan tajam masih ia layangkan untuk adiknya. "Cepat!"

"Ponsel, Key," ujar Key pelan.

Zoe tersenyum sinis. "Ini?" tanya Zoe sembari menunjukkan ponsel Key.

Key mengangguk pelan. Namun, saat ia ingin mengambilnya, dengan sengaja Zoe membanting ponsel Key ke lantai.

Key menunduk menatap ponselnya yang sudah rusak.

"Apa? Lebih sayang ponsel atau mommy?" tanya Zoe.

Tanpa menjawab Key memilih melangkah keluar dan berjalan menuju dapurnya.

"Mom, maaf. Key lupa kalau harus bantuin mommy," ujar Key saat tiba di dapur.

Lia yang tengah memotong sayuran pun menoleh. Ia tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, sekarang bantu mommy, ya, biar cepat selesai."

Key mengangguk. Ia mencuci tangan terlebih dahulu dan mulai bergabung bersama mommynya.

•••

Al menatap heran ke putrinya yang hanya diam sembari menatap layar tv. Biasanya, Key akan bermain ponsel selepas makan malam.

"Key, tumben tidak main ponsel?" tanya Al.

"Ponsel Key rusak, Dad," jawab Key tanpa sadar.

Key mulai menceritakan semuanya. Al hanya tersenyum tipis. Ia begitu bangga pada putra sulungnya yang begitu tegas. Namun, sikap Zoe yang membanting ponsel key dengan sengaja membuat Al sedikit jengah.

"Nanti kita beli lagi," ujar Zoe.

Key senang bukan main. Ia berhambur ke pelukan sang kakak. "Terima kasih, Kak."

•••

Setelah selesai dengan makan malam dan berkumpul di ruang keluarga, semua anggota keluarga masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Begitu juga dengan Al dan Lia.

Lia memasuki kamarnya, ia baru saja menidurkan Ryan di kamar bocah itu. Tidak lama, hanya dengan satu botol susu dan usapan di kepalanya sudah bisa membuat Ryan memasuki alam mimpinya.

Al berdiri di balkon kamarnya, pandangannya lurus ke depan. Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perutnya. Al menunduk, kemudian tersenyum saat mengetahui pelakunya.

"Ryan sudah tidur?" tanya Al.

"Sudah," jawab Lia sembari memeluk erat Al.

Al menarik Lia ke pelukannya. Mereka saling memeluk satu sama lain. Membiarkan angin malam yang berembus menerpa kulit mereka.

Lia mendongak. Menatap wajah tampan suaminya. "Terima kasih, Mas. Sudah menjadi suami dan ayah yang baik untukku dan anak-anak," ucap Lia.

Al menangkup wajah istrinya. "Terima kasih kembali karena sudah bersedia menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak-anakku," ucap Al.

Al menangkup wajah Lia dan mencium bibir sang istri. Akhirnya, setelah melewati perjalanan yang rumit untuk membangun rumah tangga mereka. Belum lagi pandangan buruk tentang mereka yang menikah dengan usia yang terpaut jauh.

Al dan Lia berharap, mereka bisa terus bersama sampai ajal yang akan memisahkan mereka.

"Terima kasih, Tuhan. Telah memberikan istri dan tujuh malaikat untukku dan istriku," batin Al.



TAMAT!

DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang