Senyum bahagia terlihat jelas di raut wajah Aldren dan Lia. Setelah konsultasi ke dokter kandungan. Lia dinyatakan positif hamil. Usia kandungannya baru memasuki usia satu bulan.
Di perjalanan pulang, Al tak berhenti menggenggam serta mencium punggung tangan istrinya. Sedangkan, tangan satunya ia gunakan untuk mengendarai mobilnya.
"Honey, terima kasih," ucap Al. Entahlah ini sudah ucapan yang ke berapa. Pasalnya, Al selalu mengucapkan kata yang sama sejak tadi.
Mereka tiba di rumah pukul sebelas malam. Al langsung membawa masuk istrinya dan membiarkannya istirahat.
Al pamit keluar sebentar untuk menghubungi seseorang.
"Stev, kau di sana?"
"Ya?"
"Shit! Kenapa setiap aku menelponnya ia sedang proses pembuatan," batin Al kesal.
"Apa, Al? Kau mengganggu waktuku!" ucap Stev di sebrang sana.
"Istriku hamil, Stev," ucap Al antusias.
Tidak ada jawaban dari Stev. Panggilan terputus begitu saja.
Al menatap ponselnya bingung, kemudian ia mengedikkan bahunya acuh dan bergegas kembali ke kamar.
Di lain tempat, Stev benar-benar menyumpah serapahi Aldren. Lagi-lagi waktu proses pembuatannya di ganggu oleh makhluk seperti Al.
"Kenapa, Sayang?" tanya Viona—istri Stev. Ya, Stev baru saja melaksanakan pernikahannya dengan Viona sekitar dua bulan yang lalu.
"Al, menelponku hanya untuk mengabari istrinya hamil," sahut Stev dengan malas.
Tiba-tiba saja raut wajah Viona berubah menjadi murung.
"Sayang, kau kenapa?" tanya Stev yang menyadari peeubahan raut wajah sang istri.
Viona menunduk. "Aku kapan, ya, bisa seperti Lia?" tanya Viona lirih.
Stev menangkup wajah sang istri. "Sayang, kita baru saja menikah. Kau tidak boleh berpikiran seperti itu, ya?" Stev mengusap pipi sang istri. "gimana kalau kita berusaha lagi, hm?" tanya Stev menggoda.
Viona tersenyum malu. Tanpa aba-aba, Stev langsung menerkam sang istri.
•••
"Honey,"
"Ya, Mas? Kenapa teriak-teriak, sih? Ini masih pagi," sahut Lia.
"Kau dari mana saja? Sudah aku bilang jangan melakukan kegiatan yang berat."
Lia mengembuskan napasnya. Sejak mengetahui dirinya tengah mengandung, Al menjadi lebih possessive yang menurut Lia sedikit berlebihan. "Aku habis dari kamar anak-anak, Mas. Itu bukan pekerjaan yang berat," ujar Lia sembari memakaikan dasi Al.
"Tetap saja, kau tidak lagi sendiri. Ada nyawa lain di dalam perutmu," ujar Al sembari mengelus perut rata Lia.
"Aku hanya menjalankan tugasku seperti biasa, dan itu tidak membuatku lelah," jawab Lia dengan kesabaran yang tersisa.
Al menatap istrinya jengah. "Ck, sangat keras kepala," batin Al
"Ayo, turun," ucap Lia.
"Selamat pagi kesayangannya daddy," ujar Al sembari mengecup pipi anak-anaknya.
"Selamat pagi, Daddy," sahut mereka yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
Lia mengolesi roti dengan selai kesukaan suami dan anak-anaknya.
Setelah sarapan, mereka berkumpul di ruang keluarga. Karena masih ada waktu untuk berbincang-bincang.
"Mom, Key mau di pangku sama mommy," pinta gadis kecil dengan rambut yang di kuncir menjadi ekor kuda.
"Sayang, di pangku sama daddy saja, ya? Sini," ujar Al lembut.
Key menggeleng. "Mau sama mommy."
"Key, Key senang tidak kalau Key punya adik?" tanya Al.
Zoe dan Zie yang sedari tadi menonton TV langsung menoleh ke arah sang daddy. "Zie mau punya adik, Dad!" sahut Zie.
"Iya, Zoe juga mau, Dad!" Zoe ikut buka suara dengan sangat antusias.
Key mengangguk. Gadis kecil itu belum terlalu paham apa itu adik. Yang ia tahu, adik itu bisa jadi teman bermainnya. "Key mau, Dad. Bial Key bisa jagain sepelti Lose jagain adiknya."
"Sebentar lagi kalian akan punya adik, kalian senang?"
Ketiga bocah kembar itu mengangguk. "Asyik!" seru mereka.
Key mengedarkan pandangannya ke sudut rumah. "Mana adiknya, Mom?" tanya Key.
Lia menarik tangan Key mengarahkan kearah perutnya."Adiknya masih di dalam sini, kalian harus nunggu sampai sembilan bulan baru adiknya keluar," jawab Lia.
Zoe dan Zie menghampiri Lia dan ikut mengelus perut ratanya.
Al tersenyum melihat pemandangan di depannya, ketiga anak-anaknya begitu antusias menunggu kehadiran adiknya.
Al melirik jam tangannya. "Yuk, sekolah," ucap Al.
Ketiga bocah itu langsung bergegas mengambil tas punggung yang berada di sofa dan memakainya.
"Honey, aku berangkat ke kantor dulu, Kau baik-baik di rumah. Jangan terlalu banyak kegiatan, jangan terlalu capek, hati-hati kalau mau melakukan sesuatu. Ingat, kamu tidak sendiri sekarang," ujar Al memperingati sang istri.
Lia mengangguk. "Iya, Mas," sahutnya sembari memasangkan jas di tubuh suaminya.
"Daddy kerja dulu, ya, Baby. Jangan buat mommy-mu susah," ujar Al sembari mencium perut rata Lia.
Lia menatap Al tajam. "Dia tidak membuatku susah, Mas!" ujar Lia kesal.
Al terkekeh. "Maaf, Honey."
"Kalian belajar yang bener, ya, dengerin kata ibu guru," ujar Lia.
Bocah kembar itu mengangguk dan langsung berpamitan. Setelahnya mereka langsung berlari keluar.
Al mengecup kening Lia. "Aku berangkat, baik-baik di rumah. Aku menyayangimu."
Lia mengangguk. "Hati-hati di jalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY [ TAMAT ]
General FictionPLAGIAT MENJAUH!! # 2 triplet 15 Mei 2020 # 1 kenzo 14 Juni 2020 # 2 kenzie 27 Juni 2020 # 1 hits 21 Juli 2020 # 1 keyra 30 Agustus 2020 # 1 hits 12 September 2020 # 1 hits 22 September 2020 # 1 favorit 24 September 2020 # 1 penerbit 27 September 2...