Sebelas

37.8K 1.9K 5
                                    

Sesampainya di tempat kerja, Lia tidak bisa fokus dengan kerjaannya. Ia sibuk memikirkan bagaimana nanti malam? Apakah pria itu akan merebut anak-anak darinya? Bahkan, mengambil salah satu dari anak-anaknya? Oh, tidak! memikirkannya saja sudah membuat kepalanya ingin pecah saat ini juga.

"Hai, Princess datang, nih." Suara yang sangat cempreng itu terdengar menggelegar.

Lia menghela napasnya sembari memutar bola matanya. "Kumat," ucap Lia dalam hati.

"Lia, kenapa diam kau diam aja, sih?"

"Berisik, Zel. Masih pagi," balas Lia dengan malas.

"Siapa bilang ini malam, hah?" tanya Zella—sahabat yang sudah menemaninya sejak putih-biru.

"Tumben baru dateng?" tanya Lia.

"Habis nganterin anak aku ke sekolah dulu." sahut perempuan berambut panjang itu.

Lia mengangguk. Ia bercerita semuanya pada Zella. Tidak ada alasan Lia untuk tidak memberitahu sahabatnya itu.

"Aku harus bagaimana, Zel? Bagaimana nanti kalau dia nanya siapa ayah triplet?" tanya Lia cemas. Ia benar-benar khawatir. Takut Al akan mengambil ketiga anaknya itu.

"Lalu kau akan jawab apa?" tanya Zella sembari mengikat rambutnya asal.

"Aku jawab saja kalau mereka anak-anakku dengan suami baruku."

Zella menatap Lia dalam. "Terus, dia akan percaya ?" tanya Zella

Lia terdiam di tempat. Benar apa kata sahabatnya itu. Apa mungkin Al akan percaya begitu saja?

"Aku tidak tahu," sahut Lia dengan ragu.

Tiba-tiba saja Zella menjentikkan jarinya di keningku. "Tentu saja, ia tidak percaya. Bahkan, orang lain yang melihat mereka bersama akan menilai bahwa ia adalah ayah dari anak-anakmu itu karena wajah mereka yang benar-benar mirip."

"Lebih baik kau jujur aja, Lee. Jangan turuti egomu itu. Apa kau tidak kasihan pada anak-anakmu? Mereka sudah sangat menantikan sosok Daddy di sampingnya. Semakin lama mereka akan tumbuh semakin besar, mereka tidak akan bisa dibohongin dengan alasan 'Daddy sedang kerja sayang kerja daddy sangat jauh' aku harap kau jangan pentingkan egomu sendiri, pikirkan juga bagaimana dengan anak-anakmu," jelas Zell panjang.

Lia mengangguk. "Nanti malam Al akan mengajak aku untuk bertemu. Apa aku harus bilang semyanya, Zell?"

Zella mengedikkan bahunya acuh. "Terserah,Lee. Jika kau memikirkan anak-anakmu, aku harap kau melakukan apa yang aku jelaskan tadi."

Lia mengangguk. Ia akan mencoba saran dari sahabatnya itu. Dalam lubuk hatinya, Lia masih sangat menyayangi pria itu.

Lia harap pilihannya tidak salah. Ia berharap dengan cara ini Lia bisa membahagiakan ketiga anaknya.

•••

"Kenapa kau senyum-senyum sendiri?" tanya Stev yang baru saja masuk ke ruangan Al.

Al tersadar. "Biasakan ketuk pintu, Stev," sahut Al malas.

Stev membelalakan matanya. Perasaan tadi ia sudah ketuk pintu, apa manusia satu ini tidak dengar?

"Aku sudah ketuk pintu, kau saja yang tidak dengar."

Stev menduduki dirinya di sofa empuk itu. Menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. "Al, aku mau minta izin," kata Stev.

Al menatap Stev tajam. "Kau mau ke mana?"

"Aku harus segera mengurus pernikahanku dengan Viona."

Al terdiam. Selama ini sudah cukup ia menahan Stev untuk tidak menikah lebih dulu.

Al hanya mengangguk. "Ya, Stev."

Stev bangkit. Pria itu berjalan cepat menghampiri Al. Menatap dengan tatapan tidak percaya.

"Kenapa menatap aku seperti itu?" tanya Al was-was. Takut-takut Stev kesurupan Jin kantor.

"Kau serius, 'kan?" tanya Stev. Pria itu semakin mendekati tubuhnya pada Al yang semakin membuat Al bergidik ngeri.

"Ya, menjauh kau," ucap Al sembari mendorong tubuh kekar Stev dan bergegas pergi meninggalkan Stev yang masih tersenyum di tempat.





DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang