Dua puluh dua

28.3K 1.5K 1
                                    

Pagi ini, Lia baru bangun pukul delapan pagi. Ia benar-benar kesal pada suaminya yang menggempurnya habis-habisan.

Setelah mandi Lia langsung bergegas untuk membuatkan sarapan.

"Selamat pagi," sapa Lia pada maid yang ada di dapur.

"Pagi, Nyonya."

"Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?" tanya Bi El.

Lia menggeleng. "Aku ingin memasak sendiri. Kalian kerjakan saja pekerjaan yang lain," ujar Lia sembari berjalan ke arah kulkas.

"Jangan, Nyonya. Memasak sudah menjadi tugas kami."

Lia tersenyum."Kalian tenang saja, biar aku yang bicara nanti. Kalian silahkan kembali bekerja," perintah Lia. "oh, ya, Bi El. Tolong bangunkan anak-anak, ya. Suruh mereka mandi," pinta Lia.

Bi El mengangguk. "Saya permisi Nyonya."

Lia kembali mengeluarkan bahan-bahan makanan yang tersisa untuk ia olah menjadi sarapan mereka kali ini.

Melihat kulkas yang tampak kosong. Ia berpikir untuk belanja selama nanti siang.

Walaupun di sini banyak para maid, tetapi Lia tidak mau menggunakan jasa para maid untuk memasak. Bukannya ia tidak percaya pada maid yang ada di sini, Lia hanya ingin dirinya yang mengatur pola makan suami dan anak-anaknya. Ia ingin makanan yang di konsumsi keluarganya terjamin kebersihannya. Bukan berati Lia menganggap jika para maid yang memasak tidak bersih.

Saat Lia sedang membersihkan ayam, tiba-tiba sebuah lengan besar melingkar di pinggangnya.

"Selamat pagi," sapa Al sembari mencium leher jenjang sang istri.

"Pagi, Al."

"Kenapa kamu yang memasak, hm?" tanya Al berbisik. "aku membayar mereka bukan untuk bersantai." Sambung Al.

Lia memcuci tangannya dan berbalik menghadap Al. "Aku yang ingin. Aku ingin makanan yang suami dan anak-anakku konsumsi terjamin kebersihan dan kesehatannya."

"Aku hanya—"

"Al, please," pinta Lia memohon.

Al luluh dengan tatapan istrinya. "Hanya memasak. Jangan memaksakan kalau kau lelah," ujar Al.

Lia mengecup pipi Al. "Terima kasih."

"Maunya di sini," pinta Al sembari menunjuk bibirnya.

Lia mengecup sekilas bibir Al dan langsung melepaskan diri dari Al. "Periksa anak-anak, Al," pinta Lia.

Tanpa banyak bicara, Al bergegas menuju kamar anak-anaknya. Meninggalkan sang istri yang asyik berkutat dengan alat-alat masak.

Setelah berkutat dengan alat-alat masak. Kini semua masakan sudah di hidangkan di meja makan.

Setelah semua berkumpul, mereka mulai menyantap sarapan mereka.

"Mommy, Key mau ayamnya yang itu," pinta Key sembari menunjuk ayam milik Zoe.

Lia mengambilkan ayam yang Key ingin dan juga menaruhnya di piring milik Zie.

Mereka mulai sarapan bersama dengan diam. Hanya dentingan alat-alat makan yang saling beradu.

•••

Al mengajak anak dan istrinya ke pusat perbelanjaan untuk membeli stok bahan makanan dan mainan untuk anak-anaknya.

"Daddy, Key mau ini," pinta Key sembari membawa satu bungkus cemilan pedas.

"Key, ini pedas, Nak."

Key menggeleng keukeuh. "Key mau ini."

Lia menghela napasnya. Ia mengambil cemilan itu dan memasukkan ke dalam troli.

Key tersenyum puas. "Makasih, Mommy."

Ini troli kedua mereka setelah troli pertama penuh. Al memang membeli persediaan makanan untuk para pekerja di rumah mereka.

"Sudah?" tanya Al.

Lia mengangguk. "Yuk, bayar."

Al mendorong troli itu menuju kasir. Setelah membayar Al langsung membawa anak dan istrinya ke tempat mainan anak. Ya, sedari tadi ketiga bocah itu terus merengek meminta mainan. Barang-barang belanjaanya sudah di bawa oleh bodyguard yang sedari tadi menunggu di parkiran.

Ketiga bocah itu langsung berlari saat sampai di tempat yang di tuju. Mereka begitu antusias dan sangat senang.

Lia dan Al hanya mengekori anak-anaknya dari belakang.

Key mengambil tiga boneka barbie dan satu rumah-rumahan barbie, Zie dan Zoe mengambil dua lego masing-masing dengan bentuk yang berbeda.

Lia memang membatasi anak-anaknya untuk membeli mainan. Sempat terjadi adu mulut antara Lia dan Al.

Al yang ingin memanjakan anak-anaknya dengan cara membiarkan mereka membeli mainan yang mereka suka, sedangkan Lia tetap keukeuh dengan pilihannya untuk tidak berlebihan dalam membeli apapun.

Lia hanya tidak mau ketiga anak-anaknya nanti tumbuh menjadi anak-anak yang boros dan suka menghamburkan uang. Walaupun, kehidupan Lia saat ini sudah berubah. Namun, aturan yang sudah ia tetapkan sejak anak-anaknya tumbuh tidak bisa di ganggu gugat oleh siapa pun. Bahkan, suaminya sendiri.

DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang