Empat

42.7K 2.3K 15
                                    

"Selamat pagi, Bunda," sapa Lia sembari men cium pipi Meira—bundanya.

"Selamat pagi, Sayang," balas Meira.

"Maaf, ya, Bunda. Lia kesiangan. Jadi, nggak bantuin Bunda di dapur," ujar Lia. Semalam ia barus bisa tidur pukul dua malam, terus memikirkan anak-anaknya.

"Iya, tidak apa-apa. Oh, iya, cucu-cucu Bunda belum pada bangun?" tanya Meira.

"Udah, Bun. Mereka lagi siap-siap, sebentar lagi juga turun," sahut Lia. Ia membiasakan ketiga anaknya untuk bersikap mandiri. Bahkan untuk sekedar mandi saja Lia mulai membiarkan anak-anaknya mandi sendiri, ia hanya memantau.

"Selamat pagi, Bunda, Lee."

"Pagi, Ayah."

"Lee, panggil anak-anak sana. Kenapa mereka lama sekali, ya?"

Sesampainya di kamar, Lia dibuat terkejut dengan tiga bocah yang belum selesai memakai baju. Bahkan, Keyra masih menggunakan handuk.

"Ya, ampun, Kenapa belum pakai baju?"

"Mommy, Key tidak mau pakai baju yang ini. Gelah mommy." Adu Key seraya menunjukkan bajunya.

Lia menghela napasnya. "Kenapa? Nanti kita mau pergi, Sayang."

"Gelah, mommy," rengek Key.

"Kakak juga?"

Zoe dan Zie serempak mengangguk. "Tidak mau yang ini, Mom," timbrung Zie.

Lia segera mengganti baju mereka dengan baju yang mereka suka.

"Mommy, Key tidak mau pakai celana ini."

Lagi-lagi Lia menghela napasnya pelan. Lia menunjukkan senyumnya. "Princess, mau pakai celana yang mana? Pilih sendiri, ya?"

Key mengangguk, berjalan mendekati Lia. Matanya menjelajah lemari pakaian. Pandangan bocah itu jatuh pada celana jeans dengan motif kupu-kupu di bagian depan kantong.

Lia menatap celana yang ia ambilkan tadi dengan celana yang Key ambil. Sama, hanya beda motif.

Memang seperti ini, ketiga anaknya selalu pilih-pilih dalam urusan pakai. Jika menurutnya tidak, ya, tidak.

Setelah membantu anak-anaknya mereka langsung bergegas turun menuju ruang makan.

"Maaf, lama. Anak-anak lagi ribet tadi."

Mereka mulai menyantap sarapannya dengan diam. Dentingan alat makan yang saling beradu menjadi pengisi suara.

Setelah selesai makan, Lia membawa anak-anaknya ke kamar. Zoe dan Zie yang tengah asik dengan mainan barunya. Sedangkan, Key. Gadis kecil itu tengah fokus memperhatikan Lia yang masih ber-make up. Sambil sesekali bertanya nama-nama make up.

"Mom, kita mau kemana, Mom?" tanya Zie.

"Kita mau ke taman, Nak. Sekalian lihat-lihat pemandangan. Kata grandpa di sini ada taman yang bagus dan tempatnya sejuk," sahut Lia. Seraya memoleskan bedak ke wajahnya.

"Asyik!" sorak ketiga bocah itu senang. Lia melihatnya dari pantulan cermin.

"Tapi kalian janji,ya, jangan nakal?" tanya Lia yang di balas anggukan dari ketiga bocah itu.

•••

Setelah puas bermain di taman, kini mereka duduk di sebuah bangku panjang tepat di bawah pohon rindang.

"Huh, Mom, Key capek, Key haus, Mom," keluh Key.

"Haus, ya? Kalian tunggu sini. Mom cari minum dulu. Kak Zoe sama Kak Zie jagain Key, ya, jangan kemana-mana."

"Iya, Mom," sahut Zie.

Lia bergegas pergi meninggalkan mereka untuk membelikan air minum.

"Kak Zoe, ada kucing. Key sampelin ah," kata Key sambil berlari mengejar kucing.

Zoe menoleh. Melihat adiknya sudah berlari mengejar seekor kucing. "Key, jangan lari nanti jat—"

Bruk!

Belum selesai Zoe bicara sang adik sudah jatuh karena menabrak laki-laki dewasa yang sedang menelpon.

"Hua, Kakak. Kaki Key bedalah." tangis Key pecah saat melihat lututnya yang terluka.

Sontak saja Zoe dan Zie langsung menghampiri Key yang tengah menangis. "Kan udah di bilang jangan lari, Key, sih, tidak dengerin kakak!" ujar Zoe kesal.

Tangis Key semakin kencang saat mendapat ocehan dari kakaknya.

DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang