Delapan

39K 2.1K 12
                                    

"Mom, lama banget, sih?" tanya Key sembari berkacak pinggang. Terlihat raut wajah Key yang begitu kesal.

Lia menarik ketiga anak-anaknya sedikit menjauh dari Al. Lia mensejajarkan dirinya dengan tinggi Key. "Maaf, ya, Sayang," ucap Lia sembari mengecup kening putrinya singkat.

Key mengangguk pelan. "Mom, kenalin. Ini Paman Al. Paman yang waktu itu nolongin Key," ujar Key.

Lia berdiri. Menatap mata tegas milik Al. "Jadi, pria yang selama ini, Key ceritakan adalah Aldren, sosok laki-laki yang dulu selalu ia nantikan kehadirannya," batin Lia.

Al membalas tatapan mata Lia. Pujaan hatinya yang sangat ia cintai.  Al menatap Lia dengan penuh kerinduan. Akhirnya, usahanya mencari Lia tidak sia-sia. "Jadi, mommy dari ketiga anak itu adalah Lia, wanita yang selama ini aku cintai dan sayangi. Wanita yang selama ini aku cari keberadaannya," batin Aldren.

"Mom, kenapa, sih melamun? Paman juga kenapa melamun?" tanya Zie yang sedari tadi memperhatikan dua orang dewasa yang saling memandang satu sama lain dengan diam.

"Maaf, ya. Mom tidak fokus. Yuk, sekarang kita pulang," ujar Lia sembari mengambil tas yang berisi perlengkapan ketiganya.

"Paman, Key pulang dulu, ya," ucap Key. Al menatap Key sebentar lalu tersenyum. "Iya, hati-hati, ya. Anak cantik."

Lia memboyong ketiga anak-anaknya menuju parkiran—tempat mobilnya berada. Saat Lia ingin membuka pintu mobil, tangannya ditahan oleh tangan seorang pria yang berotot dan kekar. Siapa lagi kalau bukan Aldren pelakunya.

"Sayang, kalian masuk duluan, ya? Mom masih ada urusan sama paman ini," ucap Lia. Ketiganya mengangguk patuh dan langsung masuk mobil.

Aldren menarik Lia menjauh dari mobil. "Sudah lama kita tidak bertemu, masih ingat aku, 'kan?"

Lia menghempas tangan Al. Bukannya menjawab, wanita itu memanglingkan wajahnya ke arah lain.

Al menatap wanita di depannya dengan tatapan mengintimidasi. "Kau ke mana saja? Kenapa pergi begitu saja?" tanya Al.

"Bukan urusanmu, Al."

Al menghela napasnya. "Jawab pertanyaan aku dengan jujur. Aku mohon," ujar Al memohon.

"Pertanyaan apa? Cepat katakan! Aku tidak punya banyak waktu," sahut Lia sembari menunduk. Ia tidak berani menatap mata tajam milik Aldren.

"Apa dia anak-anakku?" tanya Al.

Lia mendongak. Menatap tatapan Al dengan beraninya. Lia menggeleng cepat. "Bukan, dia anakku! Bukan anak-anakmu!" balas Lia tegas.

Al berjalan menjauh. "Aku yakin mereka anak-anak kita," sahutnya dengan percaya diri.

"Kau dengar baik-baik! Mereka anak-anakku! Bukan anak-anakmu! Aku permisi," ucap Lia. Ia pergi meninggalkan Al dengan emosi yang menggebu-gebu.

Aldren menoleh. Menatap kepergian Lia. "Baiklah, jika kamu tidak mau memberi tahu. Biar aku yang mencari tahunya sendiri. Jika mereka memang anak-anakku. Akan aku pastikan kalian akan kembali kedalam pelukanku," batin Aldren.

Aldren merogoh saku celananya di raihnya ponsel canggih itu dan menghubungi orang di sebrang sana.

"Carikan data tentang wanita yang aku cintai, Stev. Jika dalam waktu dua puluh menit kau tidak mendapatkannya, kau tahu sendiri akibatnya," ucap Aldren lalu memutuskan panggilannya sepihak. 

•••

Seorang pria tengah bersantai di sebuah taman bersama sang kekasih pujaannya, saat sedang bermesraan tak lama terdengar dering telpon dari sakunya.

"Siapa sayang?" tanya Viona—kekasih Steven.

"Aldren," jawab pria itu sembari mengangkat telpon. Stev menggeram kesal mendapat perintah dari Al—sahabat sekaligus atasanya.

Baru saja dirinya ingin memprotes tapi panggilan sudah di putuskan sepihak.

"Untung saja kau sahabat sekaligus atasanku. Jika tidak, sudah aku patahkan lehermu," gerutu Stev kesal sembari memasukkan ponselnya ke saku.

"Sayang, ayo aku antar pulang. Ada kerjaan yang harus aku selesaikan," ujar Stev tidak enak hati.

Viona menampilkan senyum terbaiknya. Ia mengerti dan tidak masalah sama sekali. Ia juga mengenal Aldren, sosok laki-laki tegas yang begitu baik pada kekasihnya. "Ayo."

Stev tersenyum. "Terima kasih, Sayang," ujar Stev sambil mencium kening wanita itu. Ia benar-benar beruntung memiliki kekasih seperti Viona. Wanita yang sudah resmi menjadi kekasihnya selama dua tahun belakangan ini, wanita yang mau menemaninya dari ia tidak mempunyai apa-apa. Ia sangat bersyukur.

Stev menggenggam tangan Viona. Ia harus segera mengantarkan Viona lalu mengerjakan tugas dari Al.

DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang