Enam belas

33.3K 1.7K 5
                                    

Di perjalanan menuju sekolah, Lia duduk di kursi depan, berada di samping Al yang tengah menyetir, sedangkan, anak-anaknya berada di kursi penumpang. Selama perjalanan mereka bercerita, bernyanyi dan tertawa bersama. Terlihat bahagia bukan? Ya, mereka terlihat seperti keluarga bahagia.

"Dad, kenapa belhenti?" tanya key.

"Kita sudah sampai, Sayang," ujar Al.

Liaa yang mendengar ucapan Al segera mengedarkan pandangannya ke depan dan ternyata benar saja mereka sudah berada di parkiran sekolah.

Lia langsung mengajak anak-anaknya masuk. Al menggendong Key, sedangkan Lia menggandeng tangan Zoe dan Zie.

"Kalian belajar yang pintar, ya. Saling menjaga dan membantu. Yang terpenting harus nurut sama guru, ya,"ujar Lia.

"Bekalnya jangan lupa di habisin, ngerti?"

Ketiga bocah itu mengangguk kompak. "Siap, Mom."

Lia mencium pipi anak-anaknya secara bergantian, begitu juga dengan Al.

"Key, jangan nangis terus kalau di kelas, ya."

Lia selalu mengingatkan itu pada Key. Ia selalu mendapat laporan bahwa Keyra selalu menangis di kelas. Ya, Keyra memang anak yang tidak mudah bergaul. Hal itu yang membuat Lia merasa khawatir, takut kebiasaan itu melekat pada diri Key sampai anak itu tumbuh dewasa nanti.

Gadis berkuncir dua itu mengangguk. "Iya, Mom."

Ketiganya memasuki ruang kelas sembari melambaikan tangannya pada Al dan Lia.

Setelah memastikan mereka duduk di tempat duduknya, Lia dan Al segera bergegas untuk kembali ke parkiran dan pulang ke rumah, sedangkan Al harus segera ke kantor.

Suasana di mobil terasa canggung, tidak seperti tadi. Lia hanya menatap ke luar jendela. Tidak berani menoleh menghadap Al.

"Lia," panggil Al.

Lia menoleh. Entah kenapa jantungnya saat ini berdebar lebih cepa dari biasanya. "Y–ya, Al?"

"Apa masih ada kesempatan untuk kita bersama? Aku ingin perbaiki semuanya, aku ingin kau menjadi istriku."

Lia terkekeh. "Jangan bercanda, Al. Fokus saja menyetir. Jangan karena bercandamu yang tidak lucu lalu kita mati konyol."

Al menepikan mobilnya dan beralih menatap Lia. "Aku tidak bercanda, aku serius," ungkap Al sembari menatap mata Lia tatapan penuh harap.

"Sekali lagi aku tanya, maukah kau menjadi istriku, menjadi ibu dari anak-anakku, menjadi nyonya Atmanagara?" tanya Al dengan tegas.

Lia mengangguk sebagai jawaban. Dalam hati, ia benar-benar masih mencintai dan menyayangi Al. Walaupun, mereka terpaut usia yang cukup jauh.

"Terima kasih, Lee," ucap Al sembari memeluk Lia.

Al memeluk wanitanya dengan erat. Tinggal selangkah lagi untuk meresmikan hubungannya. Ya, ia harus menyiapkan mental untuk bertemu orang tua Lia dan meminta izin pada orang tuanya. Bukan hanya itu saja, Al juga harus meminta izin pada orang tuanya.





DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang