Sembilan belas

29.3K 1.5K 3
                                    

Al memasuki mansion megahnya dengan raut wajah yang tampak lelah. Jangan lupakan lebam yang berada di pipinya.

Al merebahkan diri di kasur empuk kesayangannya sembari memejamkan mata.

Al harus menyiapkan pernikahannya sendiri, mengingat orang tuanya yang tidak akan membantunya.

Hanya Stev yang akan membantunya. Ya, Stev. Al bangun dan meraih ponselnya.

"Ada apa kau menelponku malam-malam gini, Al?" tanya seorang di sebrang sana.

Al menggeram saat mendengar suara Stev di sebrang sana yang sedikit parau dan napasnya memburu.

"Shit! Sedang proses pembuatan!" batin Al kesal.

"Stev, bantu aku untuk mempersiapkan acara pernikahan untukku, ya. Aku tidak mau tahu," ucap Al.

"Astaga, Al. Kau menelponku hanya untuk itu? Kau benar-benar mengganggu prosesku, Al."

Belum sempat Al menjawab, panggilan sudah terputus. Al mengedikkan bahunya acuh dan sembari melempar ponselnya ke kasur. Ia harus bergegas membersihkan diri.

•••

Hari berhari terus berganti, tidak terasa hari ini adalah hari yang dinantikan tiba. Hari dimana Lia dan Al akan bersatu.

Lia menatap pantulan dirinya di cermin besar. Ia benar-benar masih tidak menyangka kalau saat ini ia tengah menggunakkan gaun pernikahan.

"Kau cantik sekali, Nak."

Lia menoleh ke belakang dan mendapati wanita yang tampak tidak muda lagi berdiri di belakangnya sembari menatapnya kagum. "Bunda," panggil Lia.

Meira menitikkan air matanya. "Sekarang putri kecil bunda sudah dewasa, baru kemarin bunda mengandungmu, melahirkanmu, dan merawatmu, tapi sekarang kau sudah menjadi seorang istri."

"Bunda, jangan nangis. Tidak ada yang boleh menangis di hari bahagia Lia," ujar Lia sembari menghapus air mata sang bunda.

Tak lama datang seorang pria yang tampak gagah nan perkasa menghampiri mereka.

"Wah, putri kecil ayah yang dulu selalu merengek untuk di belikan barbie sekarang sudah dewasa. Bahkan, kau sudah menjadi istri dari lelaki pilihanmu, Nak."

"Ayah, aku tetap putri kecilmu yang sangat manja, yang selalu merengek padamu," ujar Lia.

Frenky terkekeh. "Baiklah, kau sangat cantik, Sayang," ujar Frenky yang diangguki Lia.

"Mari kita turun, lalu menemui suamimu."

Lia menggandeng lengan sang ayah, lalu berjalan keluar untuk menemui Aldren.

Lia berjalan pelan melangkahkan kakinya ke tempat di mana Aldren berada. Dengan lengan yang masih menggandeng lengan sang ayah. Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat.

Frenky menyerahkan lengan Lia kepada Aldren. "Jaga putriku dengan baik, sekarang ia tanggung jawabmu," ucap Frenky.

Al mengangguk mantap.

"Kau sangat cantik," bisik Al. Ya, ia akui kali ini wanita yang sudah resmi menjadi istrinya terlihat sangat cantik.

Lia tersenyum merona. "Kau juga sangat tampan," balas Lia berbisik.

Acara demi acara telah di lewati. Kini resepsi pernikahan Aldren dan Marchellia telah usai dilaksanakan.

"Mommy, Key ngantuk."

Lia menatap ketiga anak-anaknya yang tampak kelelahan karena seharian bermain kesana-kemari. Ditambah lagi banyak para tamu undangan yang memiliki anak seumurannya.

"Yuk, tidur," ucap Lia.

Al membelalakan matanya. Al menatap Lia sembari menggeleng.

Lia menatap Al tajam.

"Sayang, kalian tidur sama grandma, yuk?"

Al dan Lia menoleh. "Bunda,"

Tanpa banyak protes lagi, ketiga bocah itu berjalan menuju kamar grandma-nya.

"Bunda duluan, jangan lupa baca doa," ujar Meira menggoda Lia.

Kini Al dan Lia telah berada di kamar mereka, terjadi kecanggungan di antara mereka.

Lia sedang membersihkan sisa-sisa make up yang menempel di wajahnya, sedangkan Al sudah merebahkan dirinya di kasur.

Al terus memperhatikan sang istri yang sedang membersihkan make up-nya. "Ck, lama sekali," batin Al tidak sabar.

Al tidak bisa menahannya lagi. Ia berjalan menghampiri Lia. "Honey, aku ingin," ucap Al dengan suara paraunya.

Lia mengerutkan keningnya. "Ingin apa?"

"Ingin memakanmu," bisik Al sembari menggendong Lia sembari menciumi seluruh wajah sang istri.

DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang