Dua puluh tujuh

26.5K 1.3K 4
                                    

"Mas, bangun," ujar Lia.

"Mas." Lia menggoyangkan badan Al. Namun, pria itu tak kunjung bangun.

"Mas, bangun. Aku mau makan," ujar Lia diiringi isak tangisnya.

Al merasa tidurnya terusik karena suara isak tangis perempuan. Perlahan Al membuka matanya, terkejut melihat istrinya yang sudah banjir dengan air mata. Ia melirik jam yang ada di dinding, baru pukul 01.27

Al mendudukkan dirinya sembari mengucek mata. "Honey, kau kenapa, hm?" tanya Al lembut.

"Mau makan."

Al menatap istrinya heran. "Mau makan saja harus menangis?" batin Al.

"Mau makan apa?"

"Mie instant pedas," jawab Lia dengan  tatapan penuh harap.

"Jangan mie instant, ya? Mie instant tidak baik untuk kesehatanmu dan baby-nya, Honey."

Lia menggeleng. "Mau mie instant, Mas." Keukeuh Lia.

"Jangan pedas, ya? Kasihan baby-nya," ucap Al yang di balas gelengan dari sang istri.

Al menggeleng. "Tidak pedas atau tidak sama sekali?"

Lia kembali terisak. Merasa kesal karena Al tidak mau menuruti permintaannya.

Aldren menghela napasnya. "Baby, jangan minta yang aneh-aneh dan tidak sehat, itu tidak baik untuk kesehatan mommy juga pertumbuhanmu, Nak," ujar Al sembari mengusap perut istrinya.

Aldren menatap istrinya yang tengah menyatap mie instant pedasnya dengan lahap. Rambut yang di cepol asal dan keringat yang mengucur membuat kesan sexy.

"Honey, aku minta, ya?" pinta Al.

Lia menggeleng. "Bikin sendiri," ujarnya sembari memasukkan sesuap mie ke dalam mulutnya.

"Mie instannya habis," elak Al.

Ia sengaja menyembunyikan beberapa mie instant untuk menjadi salah satu alasan agar ia bisa memintanya pada Lia. Tujuannya agar istrinya tidak terlalu banyak memakan mie pedas itu.

Lia mengangguk. "Kita makan bersama," sahut Lia.

Dengan sigap Al memasukan mie instant ke dalam mulutnya. Aldren yang memang bukan pencinta pedas merasa tenggorokkannya terasa terbakar.

"Kenapa di habisin, Mas?" tanya Lia. Pasalnya ia baru memakan sedikit.

Al meraih susu dan meneguknya sampai tandas. "Maaf, Honey. Habisnya enak, sih," ujar Al lalu menatap mangkuk yang sudah kosong.

"Kita gosok gigi, habis itu lanjut tidur lagi, ya," ucap Al.

Lia mengembuskan napasnya pasrah sembari mengangguk lesu. Ia sendiri juga sudah mulai mengantuk.

•••

Pagi harinya, suasana kediaman Al sangat ramai karena tangisan triplet. Ya, ketiga bocah itu menangis karena tidak mau di tinggal kerja daddy-nya.

"Key mau sama daddy!" jerit Key. Bocah itu meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari pelukan Lia.

"Key dengerin mommy, Daddy mau kerja, Nak. Key jangan nangis, nanti kita beli barbie baru gimana? "

Key menggeleng. Ia tidak peduli dengan rayuan sang mommy, yang Key inginkan hanya ikut bersama daddy-nya.

Zie dan Zoe juga sama. Kedua bocah itu merengek agar tidak di tinggal kerja oleh Al. Namun, kedua bocah itu tidak sehisteris Key.

Al mensejajarkan diri dengan kedua anak laki-lakinya yang masih terisak. "Eh, kok jagoannya daddy nangis, sih?"

"Daddy jangan pergi," ucap Zie.

Al tersenyum tipis. Tangannya terulur untuk mengelus pucak kepala kedua putranya. "Dengerin daddy, daddy pergi hanya sebentar. Dad janji, kalau tugas dad sudah selesai, dad langsung pulang."

Al beralih menatap putra sulungnya yang menangis tanpa suara. "Kakak Zoe, daddy titip adik-adik, ya? Daddy percaya kalau Zoe bisa jadi contoh yang baik untuk Zie sama Key."

Dengan terpaksa bocah itu mengangguk. Rasa tidak rela masih menyelimutinya. Namun, ia tidak seperti adik-adiknya yang dengan mudah mengungkapkannya.

Al menciumi seluruh wajah Zie dan Zoe secara bergantian. "Jagoan tidak boleh menangis," ucap Al.

Al tersenyum kala melihat kedua anak laki-lakinya yang menyeka air matanya. Al beralih menatap putrinya yang masih histeris di pelukan sang istri.

"Key, jangan seperti ini, Nak," ucap Al.

Melihat Key yang semakin histeris membuat Al semakin tidak tega meninggalkan putrinya itu. Walaupun hanya satu minggu, tetapi terasa sangat berat bagi Al dan anak-anaknya.

Key menatap Stev. "Papa Stev, jangan ajak daddy pelgi," pinta Key lirih.

Stev tersenyum tipis. Ia sama halnya dengan Al. Ingin membawa Key ke pelukannya. Namun, ia dan Al harus menahan itu.

Setelah berpamitan, Al dan Stev langsung bergegas berangkat. Meninggalkan Lia dan Viona yang sedang berusaha menenangkan ketiga bocah kembar itu.


DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang