Tiga puluh satu

26.8K 1.1K 14
                                    

Pagi ini, Stev dan Viona di buat pusing dengan tingkah triplet. Pasalnya, sudah dua hari Al menitipkan tiga bocah itu karena Gevin dan Gevan tengah sakit dan benar-benar butuh perhatian Al dan Lia.

Bukannya Stev tidak senang. Justru ia dan sang istri senang. Namun, tingkah mereka bertiga yang benar-benar membuat kepala Stev dan Viona pusing. Belum lagi jika mereka bertengkar.

Al sendiri bukannya tidak bisa mau mengurus triplet. Namun, ketiga bocah itu sangat sulit untuk di atur. Belum lagi mereka selalu mencium Gevin dan Gevan yang membuat kedua bayi itu menangis terus.

"Triplet, sini makan dulu," ucap Viona. Perempuan itu menyuapi ketiganya dengan sangat telaten.

Inilah salah satu alasan triplet menyukai jika di suruh menginap dengan Stev. Bahkan, ketiga bocah itu ingin lebih lama di rumah Stev.

Viona yang selalu memanjakan ketiga bocah itu membuat mereka semakin betah. Jika di rumah mereka makan sendiri, tetapi di sini. Mereka makan di suapi.

Stev sendiri sudah berulang kali menasehati sang istri untuk tidak terlalu memanjakan triplet. Namun, Viona hanya mengabaikannya.

Stev dan Viona belum di karuniai anak dari pernikahan mereka. Stev sendiri tidak begitu mempersalahkan walaupun ia memang ingin memiliki keturunan. Stev dan Viona hanya bisa berusaha dan berdoa. Sisanya, biar Tuhan yang mengatur mana yang terbaik untuk mereka.

"Mama Vio, Key tidak mau pakai sayur," ucap Key saat melihat sendoknya berisi sayur.

Zoe menoleh tak suka. Ia mencubit lengan Key membuat gadis itu meringis. "Sakit, Kak," lirih Key menatap sang kakak.

"Makan sayur!" ucap Zoe galak.

Key menurut. Dengan terpaksa ia membuka mulutnya dan mengunyahnya dengan gerakan yang lambat.

Viona tersenyum tipis melihat aksi Zoe yang tegas. Ia selalu memarahi adik-adiknya. Bahkan, tak jarang mencubit jika salah satu dari adiknya tidak mengikuti aturan dari sang daddy.

•••

Stev memasuki rumahnya dengan raut wajah lelah. Sesampainya di ruang tengah. Ia melihat ketiga bocah kembar tengah tertidur dengan beralas karpet bulu. Mereka tertidur saling memeluk satu sama lain.

Stev memotret ketiganya dan mengirim foto itu pada Al.

Viona yang baru selesai masak berniat menghampiri triplet untuk mengeceknya. Namun, ia di buat terkejut saat melihat sang suami tengah bersandar di sofa sembari memejamkan mata.

"Tumben sudah pulang?" tanya Viona sembari menghampiri Stev.

Stev membuka matanya, melihat wanita cantik berjalan mendekatinya. "Kangen," ucap Stev.

Viona melihat Stev yang begitu lelah. Ya, sudah seminggu Al memberi pekerjaan yang begitu banyak padanya.

Stev benar-benar jengkel melihat tingkah bosnya yang seenak jidat. Namun, ia berusaha menerimanya dengan lapang dada. Itu semua karena Al menjanjikan untuk menambah gajinya.

Stev tidak masalah dengan gajihnya. Namun, tingkah Al yang seenaknya membuat Stev ingin meneggelamkan laki-laki itu ke dasar laut.

•••

Al baru saja sampai di rumahnya. Ia memasuki rumah dengan satu kantung plastik berisi bubur ayam.

Merawat kedua anak dan istrinya yang tengah sakit membuat Al kewalahan. Walaupun di bantu dengan asisten rumah tangga.

"Twins mana?" tanya Lia.

"Habisin makananmu dan minum obat. Setelah itu istirahat. Twins biar aku yang urus," ucap Al.

Terlalu sibuk mengurusi bayi kembarnya membuat Lia tumbang. Hal itu membuat Al marah dengan sang istri.

Setelah memastikan anak dan istrinya tertidur lelap. Al merebahkan dirinya di samping Lia.

Ting!

Dering ponsel menyadarkan Al yang baru saja ingin memejamkan mata. Ia membuka pesan yang masuk. Ternyata dari Stev. Stev mengirimkan foto ketiga anak-anaknya yang tengah tertidur.

Al tersenyum melihat foto itu. Ia beruntung memiliki sahabat seperti Stev. Stev selalu bisa ia andalkan dalam urusan apa pun. Walau terkadang mereka selalu ada mulut.

Tanpa ada niat membalas. Al meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Ia benar-benar merindukan ketiga anaknya. Al berdoa semoga anak dan istrinya lekas sembuh dan mereka bisa kembali berkumpul.

DADDY [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang