Sera mengerucutkan bibirnya tanda ia kesal dengan jawaban Fino. Padahal kalau diperhatikan dari pelajaran bahasa Indonesia,Sera termasuk anak yang lumayan pintar. Bagaimana tidak ia bisa mendapatkan nilai 75 dari KKM 75.Tapi kalau bersangkutan paut dengan hitung menghitung, Sera angkat tangan. Bukannya ia tidak ingin berusaha, hanya saja hasil yang ia peroleh selalu menghianatinya.
Sera mencoba mengerjakan soal fisika yang diberikan oleh Bu Rit."Fino, ajarin gue soal nomor dua, dong."Fino melihat soal nomor dua di LKS."lo kerjain aja dulu. Nanti gue cek bener atau salah."
"Okee," Sera yang awal nya badmood untuk mengerjakan soal, tiba-tiba ia menjadi semangat. Sera terlihat tenang saat mengerjakan soal fisika tersebut.
Ia mulai mengerjakan soal tanpa melihat rumus yang ada dibuku karena ia mengerjakan dengan caranya sendiri. Tak tahu itu betul atau salah yang penting ia sudah berusaha.Dua menit kemudian......
"Fino nih udah siap." Sera menyodorkan buku latihannya pada Fino.
"Cepat amat lo,'' heran Fino sambil mengambil buku latihan Sera.
Fino harus menahan kekesalannya kala ia melihat jawaban Sera."ini salah semua Oon!" Frustasi Fino,"rumus percepatan itu bukan ini! lo ngerjain soal lihat catatan nggak sih?"
"Enggak, bunda bilang kita harus mengerjakan apapun itu dari hati." Ucap Sera.
"Tapi hati lo nggak bener!" Fino semakin pusing dibuat Sera. "Terus ini apa lagi? Tiga puluh lima dibagi lima hasilnya tiga! Sebenarnya lo ngerti materinya nggak sih? Masa gini aja Lo ga ngerti?!"
"Gue nggak ngerti, makanya gue minta bantuan lo." Balas Sera sewot.
Untuk kesekian kalinya ia harus menahan kekesalannya terhadap cewek model seperti Sera ini."makanya kalau guru lo menjelaskan pelajaran lo dengerin! Kalau nggak ngerti lihat catatan atau tanya guru, bukan malah diem aja." Omel Fino.
"Jujur ya, gue itu nggak suka sama fisika ralat maksudnya hitung menghitung. Gini aja, gue contek lo aja, gimana?" Sera berucap dengan santainya.
"Kalau lo udah memprioritaskan contek, lo bakalan bego terus." Ucap Fino. "Kerjain lagi sampe bener, kalau udah kasih ke gue."
Sera menggelengkan kepalanya. "Enggak mau. lo aja yang ngerjain, gue mau tidur aja." Sera menyandarkan kepalanya di atas lipatan tangannya.
Sekuat tenaga Fino berusaha untuk tidak menumpahkan kekesalannya disaat jam pelajaran berlangsung. Fino tanpa aba-aba langsung menarik kursi Sera agar sedikit dekat dengannya.
"Eh kambing!" Ceplos Sera. "gue kaget tahu! Kalau gue jantungan gimana?" Omel Sera.
"Mau diajarin nggak?" Tawar Fino penuh kesabaran. Dan tanpa diduga Sera mengembangkan senyumnya lalu kembali duduk tegap dan berkata "Mau!"
•••
Jam waktunya pulang pun tiba. Sebagian besar Murid sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Namun, tidak berlaku untuk Sera karena ia masih berada di depan gerbang sekolah menunggu jemputan bundanya.
"Sera!" Panggil seseorang dari belakang.
Sera menoleh melihat siapa yang manggilnya. Dua orang laki-laki berjalan bersamaan kearahnya."Akbar, Fino."
"Lo belom pulang?" Tanya Akbar ketika ia sudah berada didekat Sera.
"Kalau gue udah pulang, gue nggak bakalan ada disini dong, Bar. " Sera memutar bola matanya.
Akbar terkekeh."iya juga ya."
"Lo nunggu siapa?" Tanya Akbar pada Sera yang sibuk celingak-celinguk.
"Gue nunggu bunda gue." Jawab Sera lalu mengecek ponselnya untuk mengirim pesan kepada bundanya kalau ia sudah menunggu.
"Rumah Lo di permata residance nggak sih?" Tanya Akbar untuk kesekian kalinya yang dijawab anggukan oleh Sera.
Tiba-tiba terlintas ide cemerlang di kepalanya."Nahh, gimana kalo lo pulang bareng kita? maksud gue pulang bareng Fino, rumah kalian kan searah."
"Enggak! Gue nggak mau." Jawab Fino cepat tak setuju dengan ide Akbar.
"Astaga Fin, lo tega amat ninggalin cewek secantik Sera disekolah sendirian. Lagian rumah lo kan searah sama rumah Sera, jadi sekalian aja lo bawa dia pulang."
"Ogah, mendingan lo aja yang nganter dia pulang." Ucap Fino menolak untuk mengantar Sera pulang.
Akbar melihat kearah Sera yang hanya diam saja melihat percakapannya dengan Fino."kalau bensin gue kaya, udah gue anter dia pulang. Masalahnya bensin gue sekarat, makanya gue nggak bisa anterin dia pulang.
"Alesan lo, kijang." Fino berucap lalu berjalan kearah motornya berada meninggalkan Akbar yang terus saja membujuknya untuk mengantar Sera pulang.
Sera yang melihat kegelisahan Akbar dan raut muka yang menunjukkan rasa tidak enak hati, akhirnya Sera pun berucap setelah dari tadi diam. "Nggak apa-apa gue nunggu disini aja. Kalian berdua pulang aja deluan, sebentar lagi bunda gue datang, kok."
"Haduhh, gimana ya, gue jadi nggak enak," Ucap Akbar merasa bersalah.
"Oke gini aja, karena gue nggak bisa nganter lo pulang dan Fino nggak mau nganterin lo pulang, gue mutuskan untuk nungguin lo sampai dijemput. Gimana? Deal?" Tanya Akbar."Terserah lo aja, Bar." Ucap Sera menyetujui saran Akbar.
"Woi Fino, kita tungguin Sera dijemput baru kita balik, oke." Teriak Akbar pada Fino yang tengah duduk diatas motor besarnya.
Lima menit kemudian, datanglah mobil silver yang berhenti didepan Sera. Orang yang ada didalam mobil itu menurunkan kaca mobilnya."Sera."panggil orang yang berada didalam mobil.
"Bunda." Ucap Sera ketika melihat siapa orang yang berada didalam mobil.
"Maafin bunda ya. Jalanan macet banget tadi jadi bunda lama sampainya." Kata bunda merasa bersalah.
"Engga apa-apa Bun," Sera memaklumi.
"Akbar, makasih ya udah nungguin gue." Ucap Sera pada Akbar yang dibalas dengan jempol tanda iya. Lalu iya beralih menatap Fino yang masih setia duduk di atas motornya."makasih juga buat Fino yang nggak ikhlas nungguin gue." Teriak Sera.Sera berjalan kearah mobilnya berada."gue duluan ya, Bar." Akbar mengangguk sebagai jawaban lalu melambaikan tangan saat mobil itu mulai berjalan meninggalkan halaman sekolah yang sudah sepi.
Akbar berjalan kearah motonya yang berada di samping motor Fino. "tega bener lo sama sera. Padahal rumah kalian berdua itu searah, searah men. Kalau aja bensin gue kaya, udah gue antar Sera pulang dari tadi."
"Bacot lo, kijang." jawab Fino kemudian mulai menghidupkan mesin motornya.
Suara motor berseru disekolah yang sudah sepi ini.Mereka berdua menjalankan motornya kearah pagar sekolah. "Lagian lo kan udah ber-windu bahkan ber-abad nggak goncengin cewek. Gue kasian aja sama jok belakang lo, dingin terus nggak ada anget-angetnya." Ucap Akbar. Setelah itu Fino dan Akbar meninggalkan sekolah untuk menuju rumah masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serafino (END)
Teen FictionTeruntuk kamu, Fino Dirgantara Samudra. si cowok dingin yang susah senyum dan sinis. "aku... mencintaimu." Serabella putri adinata ini adalah cerita seorang gadis SMA dengan segala cara agar bisa meluluhkan hati Fino yang sedingin kutub Utara. ya...