13. Dinner

71 22 46
                                    

"Sera?" Panggil orang yang menepuk bahu Sera. Sera menoleh melihat siapa yang memanggil namanya.

"Wildan?" Tanya balik Sera.

"Gila, udah lama banget nggak kesini. Kamu apa kabar?'' antusias Wildan saat mengetahui itu Sera.

"Baik,kamu?" Sera balik bertanya.

Wildan mengangkat bahunya. "Ya gitu, sibuk sama kuliah.

Sera mengangguk paham."Seru nggak jadi anak kuliah?"

"Yang pastinya lebih seru SMA. Ini siapa? Pacar lo?" Tunjuk Wildan kearah Fino.

Sera menoleh kearah Fino."Oh ini, dia teman aku. Namanya Fino." Jawab Sera.

"Ohhh," Wildan membulatkan bibirnya paham. "kenalin aku, Wildan." Ucap Wildan mengulurkan tangannya.

"Fino." Fino berucap tanpa membalas uluran tangan Wildan.

Wildan yang tak mendapat balasan dari Fino menarik kembali tangannya. "Oke,"
Wildan pamit undur dari hadapan Sera dan Fino karena ia ada urusan yang harus dikerjakan.

Selepas kepergian Wildan, Sera menatap tajam kearah Fino. "Nggak sopan, dia senior lo, tahu."

"Pacar lo?" Tanya Fino tak mempedulikan ucapan Sera yang menegurnya.

"Senior doang. Lo---"

Tiba-tiba mang Ipak datang membawa pesanan mereka berdua.

"Pesanan datang. Ayam bakar yang dibakar pakai cinta dan arang tak lupa pakai kipas." Mang ipar meletakkan pesanan Sera dan Fino di atas meja.

"Woww" Ucap Sera saat melihat ayam bakar di atas meja.

"Silahkan makan, harus habis ya." Ujar mang Ipak lalu pergi dari hadapan Sera dan Fino.

Sera mencuci tangannya."Selamat makan." Sera berucap kemudian memulai makan malamnya.

Fino mengangguk lalu ikut makan setelah mencuci tangan pastinya.
Sera makan sambil berbicara dengan Fino yang kadang menjawab jika perlu saja.

Mereka keluar dari warung mang Ipak setelah membayar makanan mereka. Lebih tepatnya Fino yang membayarnya. Awalnya Sera menolak namun Fino bersikeras tetap ingin membayar makanan mereka.

"Makasih ya udah bayarin." Ucap Sera sebelum naik keatas motor. Setelah Sera duduk di atas motor baru lah Fino menjalani motornya.

Sera menikmati angin malam yang terasa sejuk ini. "Fino, kita jangan langsung pulang, ya."

"Kenapa? " Tanya Fino.

"Masih mau jalan-jalan. Terus mau bakso tusuk yang dipinggir jalan deket lampu merah." Ucap Sera sedikit membujuk.

Fino heran, bagaimana bisa badan perempuan ini tetap kecil sedangkan porsi makannya banyak."Ya." Fino membelokkan motornya ke kanan menuju lampu merah.

Sesampainya di tempat orang jualan bakso. Sera turun dari motor lalu memesan bakso. "Bakso tusuknya lima. Pedes manis ya, pak."

Serafino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang