7. bareng?

112 49 35
                                    

"Kenapa dadakan, Bu?" Tanya Bevan.

"Sebenarnya tidak dadakan, hanya saja ibu yang terlambat memberi tahu." Jawab Bu Lisa.

Rita yang duduk di dekat pintu mengangkat tangannya. "Bukannya perpisahan kita masih lama ya, Bu?" Tanya Rita.

Bu Lisa menoleh kearah Rita."mungkin biar nanti nggak berdempetan dengan acara yang lain."


"Kita ada acara lain lagi, Bu?" Tanya Rita.

Bu Lisa berpikir sejenak."Lihat nanti, ibu juga tidak tahu."

"Kenapa dadakan buk?" Kini giliran Bevan yang bertanya.

Bu Lisa mengalihkan perhatiannya pada Bevan. "Sebenarnya tidak dadakan, hanya saja ibu yang terlambat memberitahu kalian."

"Berarti kita nginep di sana ya, bu? Apa aja yang harus dibawa buat persiapan?" Qilla bertanya.

"Iya kita nginep di sana. Untuk persiapan apa saja yang harus dibawa, kita tunggu surat dari kepala sekolah." Ucap Bu Lisa lalu melirik pergelangan tangannya. "Kalian ibu tinggal, ya. Ibu ada rapat dan kepala sekolah. Asep kamu jaga kelas jangan sampai ribut, ya!" Perintah Bu Lisa pada Asep yang diangguki oleh Asep. Setelah itu Bu Lisa keluar dari kelas.

"Ser, asli gue nggak sabar banget!" Ucap Dila antusias.

"Gue juga, Dil." Balas Sera tak kalau antusias.

"Gue yakin ini pasti camping terbaik yang pernah gue ikuti." Dila berucap lalu memeluk Sera.

Sera membalas pelukan Dila. Ia sungguh tidak sabar menanti camping ini. Apalagi ini camping khusus, ia yakin pasti akan sangat seru.

•••

Bel tanda pulangnya waktu sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Seluruh murid SMA Taruna Harapan sudah pergi meninggalkan sekolah begitu bel berkumandang. Tapi tak untuk Sera, saat ini ia masih setia duduk di kursi dekat pos satpam untuk menunggu bundanya datang.

"Telat dijemput lagi, Ser?" Ucap Akbar dari belakang. Ia berjalan bersama dengan Fino disebelahnya.

Sera mengangguk. "Iya, mungkin macet." Handphone Sera berbunyi tanda kalau ada pesan masuk yang tertuju untuknya.

Sms...

Bunda: Sera kamu masih disekolah, ya? Maaf ya, bunda nggak bisa jemput kamu. Bunda ada urusan di kantor. Kamu pulang naik angkot atau ojek online aja,ya.

Sera.p.a: iya Bun, Sera masih di sekolah. Oke Sera naik angkot aja. Bunda hati-hati ya.

Bunda: kamu juga hati-hati ya, sayang.
Nanti kamu mau dibawain apa?

Sera.p.a: Sera mau ayam bakar mang ipak yang di pinggir jalan deket kantor bunda. Sama Sera titip ice krim coklat ya :)

Bunda: okeyy. Kamu hati-hati ya pulangnya.

Sera.p.a: iya, bunda juga.

setelah itu Sera tak lagi mengirim pesan kepada bundanya begitu pun sebaliknya.

"Kenapa? Bunda lo nggak bisa jemput ya?" Tebak Akbar saat melihat raut wajah Sera yang berubah lesu.

Sera mengangguk. "Iya, bunda lagi ada urusan."

"Nah, kebetulan banget. Fino juga mau pulang." Ide cemerlang Akbar tiba-tiba terlintas di benaknya. "Gimana kalau kalian berdua pulang bareng? kan searah."

"Enggak! Gue nggak mau!" Fino menolak berucap menolak.

Akbar menepuk jidatnya pusing. "Ya ampun Fin, kalian kan searah. Pelit banget sih.

"Lo aja yang nganter kalau lo dermawan." Ucap Fino ketus.

"Masalahnya gue mau pergi ke rumah Dila. Dia minta tolong sama gue buat nemenin dia beli sesuatu." Akbar mencoba mencari alasan.

Sera yang melihat perdebatan Akbar dan Fino tak tahu harus berbuat apa. Ia jadi canggung karna bingung harus berbuat apa.

"Gue naik angkot aja." Ucap Sera setelah dari tadi diam.

Akbar menoleh cepat ke arah Sera. "Lo yakin mau naik angkot jam segini?" Akbar berucap tak percaya. "Jam segini tuh, angkot udah sepi, dan bahaya buat perempuan."

Kini Akbar memindahkan pandangannya ke Fino. "Mending lo anterin Sera pulang Fin, kasian banget dia sendirian. Itung-itung berbuat baik sesama manusia.

"Kalau gitu gue duluan, bro." Akbar menepuk bahu Fino sekali. "Lo bawanya jangan ngebut-ngebut, kasian nanti dia histeris." Setelah mengatakan itu Akbar berjalan kearah motornya meninggalkan Sera dan Fino dalam keadaan canggung.

Keadaan canggung semakin terasa saat Akbar meninggalkan sekolah. Ia bingung harus berbuat apa saat Fino berjalan meninggalkannya. Fino berjalan kearah motornya. Sera mengejar Fino yang sudah hampir sampai di motornya.

"Gue bareng lo, ya." Ucap Sera ketika ia berada didekat motor Fino.

"Hemm," jawab Fino sekenanya. Sera naik keatas motornya sambil memegangi bahunya. "Nggak usah modus."

Sera sudah duduk dibelakang Fino. "Siapa juga yang mau modus?"

Fino tak menjawab. Ia menjalankan motornya meninggalkan halaman sekolah yang sudah sepi.
Di perjalanan pulang Fino membawa motornya fokus tanpa memperdulikan Sera yang terus menepuk-nepuk pundaknya.


"Woi bang! lo lagi nggak main di arena sirkuit! Ini jalan raya! Gue nggak mau mati muda!!" Teriak Sera sambil memeluk Fino dari belakang.

"Berisik!" Fino risih dengan teriakan Sera yang sedikit mengganggu konsentrasi.
Sera seketika diam namun ia tak melepaskan pelukannya dari Fino.

Akhirnya Sampai juga Sera dan Fino di perumahan. Perumahan residance yang merupakan tempat Sera tinggal.

"Rumah lo yang mana?" Tanya Fino pada Sera yang berada dibelakangnya.

"Di depan situ lo lurus, terus belok kanan. Rumahnya warna putih abu-abu." Jawab Sera menunjukkan dimana rumahnya berada.

Dan sampailah mereka didepan rumah Sera. Rumah yang tidak terlalu besar tetapi nyaman untuk di tempati. Fino memberhentikan motornya tepat didepan rumah Sera.

Sera turun dari motor Fino. "Makasih, ya." Ucap Sera pada Fino yang tetap di atas motornya.

"Ya," jawab Fino.

"Mau mampir dulu?" Tawar Sera pada Fino yang tak melepas helm nya dari kepalanya.

Fino menggeleng."gue langsung balik aja." Kata Fino menghidupkan motornya kembali.

"Oh oke. Makasih ya udah nganterin, hati-hati." Ucap Sera pada Fino yang mulai menjalankan kembali motornya.

Setelah dipastikan motor Fino telah pergi dari rumahnya, ia masuk kedalam rumah yang sepi.

Serafino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang