31. Bunda

43 9 13
                                    


Fino menyilangkan lengannya didepan dada. Melirik jam di pergelangannya sambil menunggu orang yang di dalam keluar.

Sera keluar dengan tatanan rambut yang di Cepol keatas. Ia menghampiri Fino yang tengah bersandar sambil menyilangkan tangan itu. "Yuk," Sera berjalan mendahului Fino yang ikut berjalan dibelakangnya.

Ketika sudah sampai ditempat duduknya tadi, Sera melihat Dila dan Akbar tengah tidur berdua dengan bahu Akbar yang menjadi bantal kepala Dila.

Sera memainkan handphonenya sambil membalas pesan dari bundanya. Tiga puluh menit lagi Sera tiba di bandara Jakarta.

SMS...

Bunda: bunda 15 menit lagi otw

Sera.p.a: iya bunda hati-hati

Bunda: kamu juga ya

Sera.p.a: iya

Sera mematikan handphonenya lalu memasukkan nya kedalam tas selempang kecilnya. Ia menatap Fino lama. Fino yang merasakan tengah diperhatikan menoleh kearah Sera. "Ngapain lo?"

"Nggak ada apa-apa, kok. Cuma lihat lo doang." Ucap Sera tanpa mengalihkan pandangannya dari Fino.

"Gila," Fino mengabaikan Sera yang tengah menatapnya.

Sera mendorong bahu Fino pelan. "Yang kamu lakukan kesaya itu, jahat." dramatis Sera mengikuti gaya bicara film AADC.

Fino mengeraskan volume suara di handphonenya agar ia tidak bisa mendengar suara menyebalkan Sera lagi. Baru saja ia mencoba menutup matanya, ia dengan terpaksa harus membuka lagi matanya saat earphone yang sedang ia pakai ditarik oleh Sera.

"Mau lo apa sih?" Fino bertanya pelan namun tak dapat menutupi nada suara kekesalannya.

Sera tersenyum melihat Fino yang mulai kesal padanya. "Bosan," Sera mengerucutkan bibirnya, "lo bosan nggak?" Tanya Sera.

"Iya, bosan ngeliat lo." Ucap Fino yang langsung mendapat cubitan pelan di pinggangnya tapi tak menimbulkan pengaruh apa-apa.

Tak terasa pesawat yang ditumpangi SMA Taruna Harapan telah mendarat dengan selamat di bandara Soekarno-Hatta Jakarta.

Dila merenggangkan tubuhnya yang sedikit sakit akibat tidur dengan posisi duduk. Akbar mengucek matanya yang buram karena efek bangun tidur.

Sera sudah siap dengan barang-barang pribadinya begitu juga dengan Fino.
Dila keluar duluan dari kursi disusul Akbar,Fino,dan Sera yang mengekor dari belakangnya.

Sera sudah siap dengan kopernya begitu juga dengan teman-teman yang lainnya. Ia mengecek ponselnya kemudian mengedarkan pandangannya untuk mencari bundanya berada.

Teman-teman yang lainnya sudah masuk kedalam bus dari sekolah yang siap mengantar mereka semua kembali ke sekolah. Sera mencoba menelpon bundanya namun tak di angkat. Sera menggerutu kesal sambil menghentakkan kakinya dilantai. Tak lama Sera mendengar suara familiar yang memanggil namanya.

"Sera," panggil bunda dari kejauhan.
Ia berjalan menghampiri Sera dan langsung memeluk anaknya kala ia sudah berada didekat anaknya.

"Kamu apa kabar? Bunda kangen banget." Rasini mengusap-usap rambut Sera sambil sesekali mengecup kepala anaknya.

Sera membalas pelukan bundanya. "Sera baik,Bun," Sera menguraikan pelukan dari bundanya, "jadi Sera nggak perlu pamit sama mamanya Fino?" Tanya Sera.

"Nggak perlu. Katanya kamu hati-hati saja dan jangan sungkang main kerumahnya. Kapan-kapan kita kesana lagi kok," bunda menggenggam tangan Sera, "ayo pulang." Ajak bunda.

Serafino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang