2.murid baru

217 89 49
                                    

"Gilak pak bopenkum kenapa ada disini tiba-tiba sih."Sera berucap dalam hati.

Sera menghadapkan tubuhnya kearah laki-laki itu."Bro, kita harus gimana? Gue nggak mau dihukum, terus harus lari keliling lapangan.

Bukannya menjawab laki-laki itu malah membalikkan badan menghadap ke arah pak bopenkum. Seketika kumis pak bopenkum bergerak sendiri ketika ia melihat anak laki-laki ini.

"Kalian berdua kenapa ada disini? Kalian terlambat ya? Hayo ngaku!" pak bopenkum langsung to the poin tanpa ingin berbasa-basi terlebih dahulu.

Laki-laki itu dengan cepat menjawab."Saya nggak terlambat pak. Tadi saya ngelihat perempuan ini manjat jadi saya samperin."

Sera yang dirinya disalahkan oleh orang yang tak dikenalinya tak mau kalah juga. "Pak, bapak nggak boleh percaya sama ni anak. Bapak nggak lihat tampangnya udah kayak preman? Bapak jujur deh, pasti bapak nggak pernahkan liat anak cowok Model begini."

Pak bopenkum melihat penampilan anak laki-laki itu dari bawah sampai atas. Yang dikatakan oleh Sera ada benarnya juga. "Sudah-sudah, sekarang kalian berdua ikut saya! Jelaskan semuanya dikantor."ucap beponkum berjalan mendahului mereka berdua.

Mau tidak mau akhirnya mereka pun mengikuti pak bopenkum dari belakang.
Bisa Sera tebak pasti ia dan anak baru ini akan dibawa kesebuah ruangan khusus yang tersedia bagi anak-anak murid yang yang tidak disiplin.

Sera berjalan sambil menghentak kakinya di pantai korridor. "Lo sih! Bukannya lari malah menyerahkan diri. Gimana sih, nggak keren banget jadi cowok"

Sesampainya mereka di ruangan khusus anak tak disiplin, Sera dan anak laki-laki itu melihat keadaan didalam ruangan itu. Dimana didalam ruangan itu terdapat beberapa anak yang sedang diceramahi oleh ibu-ibu berbadan pendek yang mungkin kasusnya sama seperti Sera dan laki-laki disampingnya ini.

"Selamat pagi, buk saya menemukan 2 orang ini di samping sekolah. Mungkin mereka terlambat juga." Ucap bopenkum pada ibu yang sedang berceramah itu.

Ibu itu mendongakkan kepalanya menatap Sera dan anak laki-laki itu bergantian."Baik pak, Terima kasih." Ucap ibu guru itu pada pak bopenkum dan setelah itu pak bopenkum meninggalkan ruangan sambil memainkan kumis kebanggaannya.

"Kalian berdua kenapa bisa terlambat? Dan Sera, kenapa kamu bisa terlambat lagi?!" Kini ibu itu memfokuskan pandangannya pada Sera.

Kepanikan langsung menghampiri Sera. "Anu bu.... Tadi saya tuh kesandung batu dijalan, terus pas mau melanjutkan jalan lagi, ternyata ada lubang didepan saya. Karena saya nggak lihat ada lubang di depan saya, jadinya nya saya nyungsep lagi Bu." Alibi Sera menutupi kebohongannya.

"Alasan apa lagi yang kamu pakai Sera?" Bahkan ibu itu sudah tahu kalau Sera berbohong. "Kalau kamu, kenapa bisa terlambat?" Ibu itu memindahkan tatapannya ke arah laki-laki di samping Sera.

"Saya lupa jalan ke sekolah." Jawab laki-laki itu sekedarnya saja.

"Kamu anak baru ya sampai lupa sekolah letaknya di mana?" Tanya ibu itu yang di angguki oleh laki-laki itu.
"Oh kamu anak yang pindahan dari Surabaya. Nama kamu Fino Dirgantara Samudra, kan?" Tebak ibu itu.

Fino mengangguk."iya saya Fino."

"Baiklah, untuk hari ini kamu saya bebaskan. Tapi jangan sampai terlambat lagi ya, Fino."ucap ibu itu pada laki-laki yang bernama Fino itu. "Dan untuk kamu Sera, kamu berserta orang-orang yang terlambat ini saya kasih hukuman lari keliling lapangan tiga kali!"

Sera menatap ibu itu dengan tatapan tak percaya sekaligus kesal." Buk, dia juga telat buk," Sera berucap sambil menunjuk Fino.

"Kamu kenapa protes? mau ibu tambah hukumannya?" Tanya ibu itu dengan mata melotot nya. Sera dengan cepat menggelengkan kepalanya.

Melihat gelengan kepala Sera, ibu itu menyuruh Sera dan ketujuh anak murid yang sempat di ceramahi tadi berlari kearah kelapangan dimana upacara telah selesai.

Untuk kedua kalinya,Sera mau tidak mau akhirnya berlarian di lapangan bersama tujuh murid yang lainnya. Selama berlari tak ada senyum yang muncul di bibirnya, yang ada hanya wajah cemberut yang terpampang jelas.

•••

Setelah menyelesaikan hukumannya, Sera berjalan menuju kelasnya. Ya, kelas XII yang berada dilantai dua sekolahnya. Sesampainya dikelas yang masih ribut karena belum ada guru yang mengajar, Sera berjalan kearah kursinya dengan lesu.

"Ser, Lo kenapa terlambat lagi sih? Lo nggak cukup tidur? Atau nggak niat sekolah?" Dila, sahabat Sera melontarkan sederet pertanyaan ketika Sera baru mendaratkan bokongnya di kursi tempat ia duduk selama proses KBM berlangsung.

Sera melepaskan tasnya yang menggantung di bahunya sejak tadi."biasalah Dil, orang keren kayak gue emang udah seharusnya telat."

"Keren mbah- mu." Dila memyosor bahu Sera dengan buku yang ia pegang. "Lo udah tau belum kalau ada murid baru dikelas kita?'

Sera menggeleng."murid baru dari mana?"

"Mana gue tahu, liat orang nya aja belum, gimana sih." Dila memutar bola matanya jengah.

"Kita tunggu aja sampai Bu Nena masuk, mungkin dia bawa tuh orang." Ucap Dila yang di angguki oleh Sera.

Tak berselang lama datanglah Bu Nena bersama seorang anak laki-laki yang berjalan dibelakangnya. "Pagi anak-anak." Sapa Bu Nena seperti biasanya.

"Pagi, buk." Jawab seisi kelas kompak.

"Baiklah anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru dari Surabaya,loh." Bu Nena menunjuk anak baru itu. "Ayo perkenalkan diri kamu." Ucap Bu Nena pada murid baru.

Laki-laki itu berdeham sebentar." Saya, Fino Dirgantara Samudra dari Surabaya." Perkenalan yang sangat singkat padat dan jelas.

Semua pada melongo melihat cara perkenalan diri laki-laki itu. Tapi tak berselang lama, murid-murid perempuan histeris bahkan ada yang langsung mengklaim bahwa Fino adalah miliknya.

"Harap tenang!" Bu Nena menginstruksikan. "ibu harap kalian semua bisa berteman baik dengan Fino ya. Baiklah Fino, kamu bisa duduk di kursi yang kosong itu." Sambil menunjuk kursi kosong disebelah Sera.

"Baiklah anak-anak, hari ini kita memulai pelajaran dengan membuka bab enam tentang teks drama.

Serafino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang