16. berdua

77 18 32
                                    


Pletakk....

Fino menyentil kening Sera pelan. "Lo bilang apa barusan?" Tanya Fino tajam.

"Nggak, nggak bilang apa-apa kok," kata Sera tanpa melihat Fino yang menatapnya tajam sambil mengusap jidatnya yang terkena sentilan cinta.

"Tapi gue nggak bohong, lo ganteng sih kalau senyum." Ucap Sera jujur.

"Lo sariawan ya? Sampai jarang senyum?" Kata Sera menebak sambil menuduh.

Fino membuang nafasnya kesal karena mendengar ocehan yang tak pernah berhenti keluar dari mulut perempuan ini."Lo bisa diem nggak!" Fino sedikit menaikkan nada suaranya.

"Selloww bang, nggak lagi-lagi deh." Sera menunjukkan dua jarinya lalu mulai berjalan mendahului Fino.

Setelah mendaki pastinya mereka akan turun lagi untuk kembali ketempat semula. Dila melihat kebawah yang jalannya sedikit curam kebawah.

"Ini jalan kenapa curam banget ya?" Dila bergidik ngeri melihat jalanan kebawah yang sedikit berkelok-kelok.

Naya maju menghampiri Dila. "Kira-kira licin nggak ya?" Sahut Naya yang juga melirik jalanan menuju bawah.

Asep dengan gentleman nya berjalan kearah Naya. "Kita pelan-pelan ya, sini tangan kamu." Kata Asep mengulurkan tangannya pada Naya.

"Bangke, romantis amat." Timpal Bevan tak tahan melihat drama dadakan ini.

Akbar menatap Bevan mengejek. "Lo iri ya? Makanya kapan-kapan wangi dikit biar ada cewek yang mau sama lo," ujar Akbar yang mengundang gelak tawa yang lain.

"Asem lo kumbang," kata Bevan bete  kemudian berjalan lebih dulu lalu diikuti yang lainmya.

Namun berbeda dengan Sera dan Fino yang masih belum berjalan lebih tepatnya Sera yang menahan lengan Fino untuk tidak meninggalkannya.

"Lo kenapa lagi sih!?" Heran Fino pada Sera yang menahannya untuk tidak jalan.

Sera takut-takut menatap Fino. "Takut keselepet, eh kepeleset." Ralat Sera.

"Terus mau lo apa?" Tanya Fino gemas dengan perempuan ini.

Tiba-tiba senyum sumringah langsung tercetak di bibirnya. "Mau di pegangin tangannya," ucap Sera langsung menggenggam tangan Fino yang sangat besar jika dibandingkan dengan tangannya yang kecil.

Hangat, itulah yang dirasakan Fino pertama kali ketika tangan kecil itu menyentuhnya. "Modus." Ucap Fino sinis lalu mereka mulai berjalan dengan Sera yang menggenggam tangannya.

"Modusin temen sendiri nggak masalah,kan?" kata Sera enteng.

"Emang lo temen gue?" Tanya Fino untuk kesekian kalinya.

Sera menoleh kearah Fino. "Iya dong, buktinya kita gandengan." Sera mengangkat tangannya yang tengah menggenggam tangan Fino.

Fino pasrah dengan perempuan satu ini karena jika ia meladeninya terus yang ada mulutnya tak akan berhenti berbicara. Fino bahkan heran sendiri bagaimana bisa seorang perempuan asing yang bahkan belum lama ia kenal sudah berani menggenggam tangannya.
Hal yang tak pernah terpikir oleh Fino sebelumnya.

Serafino (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang