Selamat Membaca👑
"Oh aku bahagia sekali. Ini hal paling tak terlupakan dalam tahun ini!"
Suara menggelegar ibunya itu menyahut. Badha yang kebetulan duduk disebelahnya menoleh. Berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh wanita yang telah melahirkannya tersebut.
"Mama juga mengatakan hal sama saat mendapat hadiah liburan dari Papa keliling Eropa awal tahun lalu, juga saat mendapat kado ulang tahun cincin seharga kavling rumah di pondok indah!"ujar Badha jengah.
Dengan anting besar yang menggantung bagai bom berwarna emas, ibunya melayangkan tatapan mata tajam kearah Badha.
"Terserah apa katamu. Aku terlalu bahagia untuk memarahimu sayang, meski aku sangat ingin."
Badha mengangguk. Senang dengan kejujuran ibunya yang tak pernah hilang. Terlalu blak-blakan sampai membuat lawan bicaranya ingin menghilang saja.
"Aku tahu. Aku menghargai keberanian Mama!"
Wanita tua itu memutar bola matanya jengah. Acara makan malam sudah berlalu, kalian harus tahu berapa cerdik juga genius otak ibunya ini. Dengan sengaja, ia mengundang para tamu yang dianggapnya tidak penting, barangkali. Untuk datang pukul delapan. Padahal, acara jamuan ia katakan pada dua tetangga baru yang tampak akan dimulai pukul tujuh. Jadi, hanya keluarganya saja yang secara ekslusif menampung Aksara juga Siang. Begitu semua piring diangkat, diganti dengan piring berisi kue kering yang ditatao pada setiap sudut meja. Meja kartu segera ditata memenuhi taman.
Berselang lima menit. Rombongan yang kedua tiba,mereka tidak menikmati makan malam bersama. Daging sapi impor tidak hidangkan untuk yang kedua kalinya, namun sebagai ganti atas rasa hormat ibunya kepada para tamu. Disediakan panggung lengkap dengan beberapa alat musik yang sengaja dicuri ibunya dari ruang bermusik Rabu.
Badha maasih ingat betapa kecewanya Tallita ketika tahu, para pelayan baru saja membereskan sisa meja kaca besar, tempat dimana jamuan makan malam telahh dilangsungkan.
Tapi gadis yang tinggal tepat di depan rumahnya itu tak punya kuasa apapun, dengan segera kekecewaan Talita teralihkan begitu melihat sebuah kursi tinggi ditata tepat diatas panggung kecil, disudut taman dekat kolam renang.
Segera beberapa kursi terisi . Teman-teman Badha satu kompleks, yang beberapa wajah baru ia kenali secara hebat mulai membawakan lagi sejak satu jam yang lalu. Talita masih ada ditempatnya, dengan wajah merona dan kerlingan mata nakal. Berusaha menghibur beberapa orang yang menatap kearahnnya.
Badha bisa menebak. Sebentar lagi, ibunya akan mendesah berat. Mengadu sebagai keluh kesah, kenapa Talita tak kunjung menyingkir. Apa gadis itu datang hanya untuk bernyanyi.
"Aku tidak senang gadis itu mempunyai bakat menyanyi sementara kau tidak. Dan jujur, kenapa suaranya harus indah?!"
Benarkan. Ibunya akan segera mengomel tentang banyak hal mengenai musik. Dan berakhir menyalahkan Badha yang menurutnya selalu tertinggal jauh dengan Talita.
"Aku menyesal kenapa dulu tidak memaksa dirimu berlatih alat musik bersama Rabu. Aku yakin kau tidak kalah hebat dengan Talita, suaramu juga bagus. Aku berani bertaruh untuk itu. Coba kau bernyanyi sedikit saja, Badha!"pinta ibunya dengan nada memaksa.
Ini akan berakhir buruk. Badha harus segera mencari hal menarik lainya. Sesuatu yang mampu membuat pikiran ibunya teralihkan.
"Aku yakin kau tak ingin mendengar suaraku Mama. Dan oh lihatlah itu, Talita sedang sibuk berbicara dengan Siang. Mereka tampak akrab sekali!"
Badha mendesah lega begitu kepala ibunya sudah tertolehkan.
"Ah gadis itu. Kenapa genit sekali sih!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]
Teen FictionHai! Kenalin nama gue Badha Suri. Okay, kalian pasti mikir 'kok namanya aneh sih?' Hahaha! Dan kupersembahkan kepada kalian yang sedang singgah untuk membaca kisah hidup gue. Dimana menurut gue pribadi, terlahir CANTIK itu mimpi buruk. Well, mungkin...