BAB 10 - Beranda Pulang

413 82 1
                                    

Selamat Membaca👑

Ini hari Kamis. Selain bahasa inggris, Badha juga senang pelajaran Olahraga. Seru saja ketika bisa melakukan kegiatan bersama guru dan teman teman di luar ruang kelas.

Tidak membosankan. Karena selama tiga jam kedepan, Badha akan melakukan banyak aktivitas menyehatkan. Tidak hanya duduk di bangku kelas dengan malas.

Toh sudah dapat dijamin, jika dengan begini. Badha tidak akan mengantuk.

Peluit sudah ditiup sejak lima menit yang lalu. Tanda jika anak-anak harus segera berkumpul di lapangan utama. Badha sudah siap dengan rambut yang diikat satu. Zuan menanti di depan pintu ruang kelas . Siap berjalan bersama.

Aksara juga Siang baru tiba. Mereka belum mendapat seragam olahraga barangkali, masih mengenakan celana training serta kaus polo hitam, yang tentunya mahal.

Badha membalas salam dari Siang. Namun bungkam saat bertatapan dengan Aksara.

"Pipi lo kenapa merah gitu?!"tanya Zuan heran.

Badha mendelik. Apa begitu kentara sampai-sampai Zuan dapat mengenalinya dengan mudah.

"Perasaan kamu aja kali!"elak Badha. Dalam hati ia menggeram, tentu saja bersemu merah. Aksara menatap aneh kearahnnya, meski tidak dingin seperti saat pertama kali bertemu. Tetap saja, sorot dari netra hitam tersebut membuat Badha mati kutu.

Keduanya segera berjalan menyusuri koridor. Zuan diam saja, memilih topik cuaca yang kebetulan sekali sangat cerah pagi itu. Tidak seperti biasanya, Bogor lebih sering di guyur hujan.

Mereka memang sudah biasa berbicara dengan nanas absurd seperti itu. Badha yang menggunakan lo-gue, sementara Zuan aku-kamu.

Badha sedikit lega, pagi ini ia sudah membulatkan tekad untuk duduk di sebelah Zuan saja. Tidak masalah jika harus di depan, tidak masalah juga karena ia, dengan terpaksa meninggalkan meja kesayangnya. Badha sudah merencanakan ini sejak kemarin, ia tahu tidak akan bisa tidur dengan leluasa selama pelajaran. Maka dari itu, semalam Badha pergi tidur dengan cepat. Untuk mengantisipasi saja.

Lapangan sudah dipadati teman-teman satu kelasnya. Badha juga Zuan sedikit berlari.

Sementara Aksara malah diam mematung.

"Buruan, lo malah ngelamun!"tegur Siang.

Aksara menoleh sekilas, tubuh Siang perlahan menjauh. Dengan senyum tersinggung diwajahnya. Aksara menatap secara bergantian, ransel yang ada di meja sebelahnya. Sementara netra miliknya, menelisik ransel hijau yang ia kenal, tepat di meja kanan paling depan.

👑👑👑

Pemanasan berakhir. Semua murid tampak senang, Pak Jajang yang memimpin di depan, seperti biasa kembali meniupkan peluit.

"Oke anak-anak. Kalian lari keliling lapangan dua kali dulu. Baru setelah itu, olahraga Basket kita mulai!"

Suara dengungan tidak suka segera menyebar keseluruh kerumunan. Koloni kecil itu menimbulkan banyak suara unik, ada yang mendesah sebal. Tentu saja dari sudut. Tempat dimana Talita and the kacung berada. Gadis gadis dengan make up tebal semacam itu, mana mau berolahraga. Jika bisa, mereka lebih memilih untuk membolos daripada harus mengelurakan keringat yang hanya akan membuat tubuh mereka bau, serta menjadikan riasan mereka luntur dan berantakan.

Lapangan sekolahnnya memang luas. Badha mengakui, jika cukup melelahkan untuk berlari mengitarinya, apalagi sampai dua kali. Tapi Badha tidak keberatan, ini menyenangkan. Hanya mereka saja yang sedikit alay.

Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang