BAB 18 - Pahlawan?

352 62 0
                                    

Selamat Membaca👑

Badha sibuk mengamati tanaman yang dengan liar tumbuh mengelilingi akar pohon besar. Ia seperti sedang ada di dunia peri.  Jadi ingat petualangan Petcy Jackson di Olympus.

Tidak lelah Badha berjalan mondar mandir. Mengitari seluruh penjuru hutan . Sibuk mempelajari banyak hal baru yang baginya amat sangat menakjubkan.

Sesekali ia terpekik, nyaris jatuh lantaran tergelincir lumut yang tumbuh subur menutupi permukaan tanah. Tentu saja, musim hujan yang lembab adalah saat terbaik untuk lumut berkembang.

Bola matanya tidak berhenti mengedar. Waktu seharian pun tak akan cukup. Badha sangat senang bisa ada di hutan. Andai ia membawa kamera polaroid miliknya.

Sesaat ia ingat, tugas sekolahnya masih kurang sedikit. Belum sepenuhnya selesai, Badha duduk dibawah akar pohon, mengambil kertas miliknya. Mulai mengerjakan lagi. Keheningan yang ada membuatnya damai. Jawaban sempurna mengalir begitu saja dari otaknya.

Untuk beberapa saat, Badha sibuk tenggelam dengan pikirannya. Ia tidak menyadari, waktu berlalu dengan cepat. Dan kini, seseorang sudah berdiri tepat dihadapannya.

"Lo ngapain masih di sini?!" intruksi dingin serat kelegaan itu mengusik. Badha mendongak, cukup terkejut dengan apa yang dilihatnya, sekarang.

"Ngerjain tugas. Gue dapat teman satu kelompok yang idiot. Jadi ya gini, terpaksa lembur sendiri!" jawabnya enteng. Tersenyum samar kearah Aksara.

Iya. Yang sedang menatap menunduk kearahnnya, dengan nafas tersengal tadi adalah Aksara. Entah gerangan apa yang membawa cowok aneh itu hingga ada di hadapannya.

Desah lega terdengar. Badha kesal, kenapa pula harus di ganggu. Padahal tugasnya sebentar lagi sudah selesai.

"Lo harus balik sekarang!"

"Enggak, sebelum tugasnya selesai!" sanggah Badha menatap Aksara menantang.

Keduanya bungkam. Diam, saling menyelami pikiran masing-masing.

"Keras kepala!" lirih Aksara mengambil duduk di sebelah Badha. Tepat di sebelahnya, memaksa degup jantung Badha menjadi tak karuan.

Harum parfum menyeruak. Badha tahu, kalimat yanng diucapkan dengan penuh kekesalan tadi ditujukan kepada dirinya. Tapi entah mengapa, Badha tidak benar-benar merasa marah. Lucu saja, dan pilihan akhir yang dipilih Aksara adalah duduk menemaninya. Bukan meninggalkan Badha, menjadi sesuatu yang menyulut bibirnya terangkat.

"Heran. Kenapa bisa betah disini, nyamuknya banyak banget!" seloroh Aksara.

Badha menoleh. Cowok disebelahnya sibuk menangkap nyamuk. Untuk beberapa saat Badha tenggelam dalam banyak hal.

"Pasti golongan darah elo, kosong!?"

Aksara menoleh cepat. Diabaikannya dengung nyamuk di kedua lubang telinganya. Fokusnya tertuju pada sosok dengan netra coklat tepat disampingnya.

"Kosong? Lo pikir lagi pesen bakso apa."

Badha mengernyit. Katanya pernah tinggal di UK. Kok oon gitu sih.

"Nih ya, golongan darah itu yang benar kosong, bukan O. Orang awam aja yang terlanjur familiar. Padahal secara medis kebenaranya gitu!" sanggah Badha tidak terima ketika mendapat tatapan merendahkan.  Yang ia katakan benar, Aksara saja yang bodoh. Batinya bersuara.

Kekayaan terdengar. Badha acuh, kembali fokus pada kalimat terakhir di lembar laporan penelitiannya.

"Gue tahu. Cuma ngetes aja dan ternyata elo lumayan pinter." sambung Aksara begitu rasanya rada.

Tuhan Kenapa Aku Cantik ? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang